Seperti kilat kita sudah meloncat dari Atom, Alam terkecil kepada keluarga matahari kita. Di luar Alam Matahari kita ini ada lagi keluarga Alam Matahari tetapi tiada dekat pada kita. Matahari lain, yakni bintang yang paling dekat, ialah 25.000.000.000.000 mil jauhnya. Banyak diantara matahari yang lain-lain itu boleh jadi sekali mempunyai keluarga bumi pula, keluarga mtahari kita bersama dengan matahari (bintang) yang lain-lain berkumpul menjadi Alam lebih besar lagi, yang dinamai Universe. Saya terjemahkan dengan “Alam Bintang kita”. Ada banyak pula “Alam Bintang kita”. Ada banyak pula Bintang atau Universe yang lain-lain. Maka semua “Alam Bintang” itu, semuanya Universe itu terdapat diawang-awang, kosong. Jumlah dari semua Universe dari Alam Bintang itu serta awang-awang yang jauh lebih besar dari pada itu saya namai Alam Raya. Jadi Alam Raya itu berarti “semuanya”.
Supaya jadi pendek, maka Alam Bintang Kita, Universe kita dan Alam Raya itu, akan saya jelaskan dalam satu pasal ini saja. Pasal ini akan diringkaskan pula, karena maksudnya lain tidak melainkan guna, memperlihatkan kecocokan kelakuan Alam dengan undang Madilog.
William Herschel, dinamai bapaknya Ilmu Bintang Modern, karena cara dan perkakas Herschel, memeriska berlainan dan lebih jitu dari teman sejawatnya yang sesudah dia meninggal. Namanya betul ialah Wilhem Herschel, seorang Jerman pindah ke Inggris. Dari ahli musik ia bertukar jadi ahli bintang. Dari si miskin bertukar jadi Raja dan pemerintah Inggris. Dia hidup tahun 1738 – 1822 . Herschel dengan teropong bikinan sendiri meneropong seluruhnya Alam. Dia simpulkan bahwa Alam Bintang kita ini mempunyai bentuk seperti arloji bundar pesek. Matahari ktia disangkanya tak berpaa jauhnya dari pusat Alam Bintang Kita, arloji tadi. Yang dinamai Milkway, kabut berwarna susu itu bukan kumpulan Bintang, melainkan “glowing gas” uap menyala. Tidak semuanya Nebula (kabut itu uap) sangkanya Herschel. Beberapa Nebula diantara Nebula yang banyak itu mestinya “kumpulan Bintang. Berbagai-bagai kumpulan bintang itu dinamainya pula Kepulauan Bintang. Island Universe”.
13 Tahun sesudah Herschel meninggal, Ahli Bintang betul-betul mulai mengukur satu bintang dengan yang lain. Tetapi perhitungan dengan mengkur dengan langsung (dengan perkakas!) ada batasnya. Kalau lebih dari antara 500 tahun Sinar, hasil perhitungan ukuran langsung tiadalah pasti lagi. Tetapi Ahli Bintang mempunyai jalan lain buat mengukur antara yang tiada bisa dihitung dengan langsung itu. Jalan itu dinamai “pulsation method” (nanti akan diuraikan seidkit).
Pemeriksaan baru dengan teori dan perkakas baru banyak sekali membenarkan pendapat Herschel kini pada garis besarnya. Perhitungan sekarang tentu lebih tepat dan gambaran Alam sekarang sudah betul-betul gambaran, potonya Alam Bintang itu.
42 tahun sesudah Herschel meninggal, pemeriksaan dengan spetroscope membenarkan persangkaan Herschell bahwa kabut susu itu memang gas, uap menyala, bukan bintang. Warna sinarnya kabut susu itu memang sama dengan warna gas-menyala “uap menyala”.
Pada Alam Bintang ktia kebanyakan bintang itu terdapat pada daerah Milkway, kabut berwarna susu itu. Kumpulan yang rapat sekali pada kabut susu itu ialah dekat Bintang, berwarna Sagitarius dilangit Selatan. Rupanya di mata kita saja yang rapat ialah sebab jauhnya. Sebenarnya walaupun bintang itu semuanya bergerak antara satu bintang dengan yang lain, amat jauh sekali. Menurut perhitungan kemungkinan buat satu bintang menghampiri bintang yang lain atau bertempur dengan yang yang lain itu ialah sekali dalam 600.000.000.000.000.000 tahun (6 x 10).
Keluarga matahari kita letaknya 30.000 tahun sinar atau 180.000.000.000.000.000 mil jauhnya dari pusat. Alam Bintang Kita ialah arloji pesak kata Herschel tadi. Sedangkan diameter panjanganya sumbu Alam Bintang kita, adalah 100.000 tahun sinar. (Herschel telah membayangkan hal ini). Matahari kita ini cuma satu Bintang Menengah besarnya. Dia cuma satu bintang menengah diantara kira-kira 100.000.000.000 matahari (bintang) di Alam (Unvierse) kita saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
MADILOG
RandomMADILOG Tan Malaka (1943) Sumber: Terbitan Widjaya, Jakarta, tahun 1951. Bab III diambil dari terbitan Pusat Data Indikator, 1999.