Beruntunglah para ahli yang tidak perlu memeriksa besar atau banyaknya bumi dan bintang diruang Alam Raya ini. Karena mereka tidak perlu menentukan apakah sesuatu bumi biasa memegang udaranya.
Mujurlah mereka tidak perlu menentukan antara bintang dan bintang serta antara bintang dengan buminya. Karena mereka tidak perlu menghiraukan hawa pada bintang atau bumi itu.
Bahagialah mereka para ahli Mistikus, yang tidak perlu menghitung terik panasnya matahari pada sesuatu bumi. Karena tidaklah perlu para ahli itu mencikaraui (mencampuri dengan tiada disetujui orang) panas sejuknya hawa pada bumi yang tiada ada dalam kitab mereka itu.
Lantingkanlah semua Ilmu Kodrat, Kimia, Bumi, Tumbuhan. Matematika, dan sekalian Ilmu yang bersangkutan kedalam api neraka. Karena semua Ilmu semacam itu bisa memurtadkan, menyesatkan, memasukkan iblis.
Aman sentosa di dunia fana dan berharap penuh buat mendapatkan surga yaitu na’im di akhirat kalau percaya dan apalkan apa yang para ahli Mistikus suruh apalkan. Malah tidak perlu diketahui isinya atau bahasanya ilmu yang mesti diapalkan, didengungkan dengan suara merdu dan kepercayaan sekuat memalut gunung itu.
Karena ilmu itu ialah Firman Tuhan dan hurufnya yang ditulis dengan tinta dan kertas bikinan manusia itu saja, bisa mendatangkan manfaat yang tidak terbatas, di dunia dan di akhirat. Kalau tidak di dunia fana ini, mesti di akhirat!
Sedikit urusannya para ahli Mistikus cuma buat mengawasi para ahli yang biasa memurtadkan, menyesatkan dan memperlantingkan ke api neraka. Tetapi pada Negara yang beralasan Ilmu Kegaiban, gerak sudut matanya para ahli Mistikus itu sudah cukup buat mem-“bereskan” semua perkara yang melanggar kepercayaan umum itu. Di Indonesia ini pun dengan mendirikan “Tentara Pembela Nabi Muhammad” atau membentuk “Permusyawaratan Ulama” sesuatu perkara yang oleh para ahli dianggap “anti Islam”, rupanya bisa di-“bereskan” (buat kita maka disampingnya Kemerdekaan Agama itu mestinya ada pula jaminan buat Kemerdekaan “Ilmu Bukti”. Berapa ratus tahun lampau, ahli filsafat Arab yang masyhur, Bidfai, sudah beramanat: “Biarlah tiap-tiap orang menglahirkan pahamnya”).
Bahwa sahnya menurut Bibel (Kitab Injil), pada buku pertamanya Nabi Musa, yang bernama Genesis, timbulnya Alam dan Tumbuhan serta Hewan: dan Manusianya tertulis seperti dibawah ini:
BAB KE 1.
Pada permulaan sekali Tuhan membikin bumi dan langit.
Bumi pada masa itu masih woest (dahsyat), dan kosong serta jurang dalam gelap gulita; dan Rohaninya Tuhan melayang diatas air.
Kemudian Tuhan berfirman: Timbullah cahaya; maka timbullah cahaya.
Tuhan melihat hawa cahaya itu baik; kemudian Tuhan membikin batas diantara Yang terang dan Yang Gelap.
Kemudian Tuhan menamai yang Terang itu Siang Hari dan Yang Gelap itu dinamainya Malam. Pada hari pertama itu sudah ada malam dan pagi.
Tuhan berfirman: Timbullah langit yang meliputi air dan memisahkan air dan air.
Demikianlah Tuhan membikin lngit serta membuat perpisahan antara air dan air, antara air yang dibawah langit dan air yang diatas langit; demikianlah adanya.
.......
.......
Dan Tuhan menamai yang kering itu bumi dan kumpulan air dinamainya Lautan, Tuhan menyaksikan yang demikian.
KAMU SEDANG MEMBACA
MADILOG
De TodoMADILOG Tan Malaka (1943) Sumber: Terbitan Widjaya, Jakarta, tahun 1951. Bab III diambil dari terbitan Pusat Data Indikator, 1999.