Hari ini Hari-Raya, Lebaran! Dikiri-kanan kelihatan dan kedengaran tanda permulaan dari kaum-Muslimin. Tiada mengherankan, kalau pikiran saya melayang pada perkara yang berhubungan dengan hal ini: ke rumah, lumbung dan halaman keluarga saya di seberang dan mesjid dan langgar yang didirikan oleh keluarga itu. Pelayangan pikiran itu akhirnya membentuk simpulan ini: “Semua Muslimin itu diwajibkan berpuasa”. Menurut ilmu saraf, gramatika, semua Muslim itu jadi pokok, subyek kalimat “diwajibkan berpuasa” jadi sebutan kalimat, predicate. Kalau simpulan itu dibalikkan artinya pokok dijadikan sebuah dan sebutan dijadikan pokok, maka kita peorleh: Yang diwajibkan berpuasa itu semuanya kaum Muslimin.
Teranglah salahnya pembalikan, conversion itu. Kita tahu bahwa tidak saja kaum Muslimin, tetapi ada kaum lain seperti di antara pendeta Hindu dan Budha yang diwajibkan berpuasa. Jadi pembalikan diatas sudah bermakna lain. Pembalikan yang benar mesti berbunyi: Sebagian dari yang diwajibkan berpuasa itu ialah kaum Muslimin.
Simpulan Asal (Original).
Kelihatan cuma sebagian dari S yang diliputi oleh P. Dan sebaliknya juga sebagian dari P yang diliputi oleh S. tetapi kebenaran tidak terperkosa. Pembalikan semacam ini dinanami “pembalikan biasa”, seperti perkara B diatas. Perkara D, terakhir tiada dengan begitu saja bisa dibereskan. Simpulan D ini tidak mempunyai pembalikan.
Dalam hal balik-membalik itu, kita tidak saja mesti tukar tempat pokok dengan sebutan dan sebutan dengan pokok. Tetapi kita mesti awasi dua undang dalam balik-membalikkan. Kalau undang ini terlanggar, tiadalah syah pembalikan itu. Berlainanlah makna simpulan yang kita peroleh.
Undang pertama: Quality, “ya atau tidak” mesti tetap. Jadi ya atau tidak, syah atau betul pada “simpulan asal” mesti syah atau batal, ya atau tidak juga pada pembalikan. Dalam pembalikan kita diatas A, B, C undang itu ada diikuti. (Periksalah).
Undang kedua: Quantity mesti tetap pula. Tak boleh dimasukkan “term” berhubung dengan pokok atau sebutan kalimat atau simpulan! Kepada Pembalikan kalau term itu tak ada dalam simpulan asal. Sekarang kita periksa perkara D.
Umpamanya: Simpulan Asal: Sebagian orang beragama itu tidak (bukan) orang Islam.
Pembalikan: Sebagian orang Islam itu tidak beragama.Teranglah salahnya pembalikan itu, karena tidak ada bagian atau seorangpun dari Kaum Muslimin yang tidak beragama Islam. Islam itu artinya Agama. Sebagian orang Islam artinya orang beragama Islam. Kalau orang beragama Islam itu dikatakan tidak beragama, maka simpulan semacam itu bertentangan dengan dirinya sendiri. Undang apakah yang dilanggar dalam pembalikan (D) ini? (Lihat kembali pembalikan diatas!).
Quality, ya atau tidaknya, memang tidak dilanggar. Pada simpulan Asal kita dapati kata “tidak” dan pada pembatalan juga kata “tidak”. Jadi kedua simpulan berdasarkan negative, bertidak. Begitulah undang pertama tidak dilanggar.
Undang kedua: Quantity. Pada simpulan Asal, kita lihat orang Islam sebagai sebutan (predicate) itu dimaksudkan semua orang Islam. Tetapi pada pembalikan orang Islam yang dimaksudkan itu cuma sebagian saja. Disinilah pelanggarannya terjadi, yaitu pada Undang kedua Quantity, banyak bilangan. Menurut undang bilangannya term (istilah) itu mesti tetap jumlahnya.
Dengan Formula, maka pembalikan itu juga tidak bisa dinyatakan dengan pasti, karena memang dalam pembalikan itu boleh jadi: (1) tak ada yang P masuk S (2) semua P itu S atau (3) sebagian P = sebagian S.
Tiga kemungkinan semacam itu tidak bisa dipastikan dengan ya atau tidak saja dalam satu simpulan. Kalau berbuat begitu makna mesti terperkosa. Walaupun “conversion” itu sudah dicatat diatas, tak ada salahnya kalau disini kita kasih definisi cukup. Pembalikan ialah: Satu proses atau perubahan, dimana pokok pada simpulan (proposition) asal jadi sebutan pada pembalikan dan sebutan pada simpulan asal menjadi pokok pada pembalikan, pembalikan mana sama kebenarannya dengan simpulan asal.
Pembentukan semangat Revolusi Perancis tahun 1754, Rousseau mahaguru Filsafat Hegel dan Bapa Historical Materialis Marx banyak sekali menggunakan pembalikan itu. Dengan begitu daerah penyelidikan mereka bertambah dalam, arti bertambah luas dan bunyi bertambah merdu
KAMU SEDANG MEMBACA
MADILOG
AcakMADILOG Tan Malaka (1943) Sumber: Terbitan Widjaya, Jakarta, tahun 1951. Bab III diambil dari terbitan Pusat Data Indikator, 1999.