Dr. H. Spencer Jones menulis satu buku, bernama “LIFE ON THE OTHER WORLD” (Hidup di Bumi lain). Dr. Jones menulis dalam bukunya itu, apakah yang hidup dalam bumi lain-lainnya. Buku tadi ditulis ditahun 1940, jadi boleh dikatakan baru sekali. Lagi pula ditulis di Negara Inggris; negara ini memasyhurkan dirinya, karena disana ada demokrasi asli, ada kemerdekaan penuh buat berkata, menulis dan berkumpul. Kemerdekaan mengeluarkan pikiran itu tidaklah memerdekakan pujangga Jones dari Gereja Resmi, apabila ia meraba perkara yang begitu penting, ialah yang Hidup. Perkara yang Hidup ini di Negara Merdeka, demokratis, yang dianggap seperti monopolinya Gereja resmi. Agama monotheisme, bertuhan Esa, sudah mempunyai kepercayaan “yang tak lekang dek panas dan tak lapuk dek hujan” perkara yang Hidup itu. Teman sejawat pengarang Dr. Jones, pula seorang ahi Bintang pun juga sudah memeriksa perkara hidup dilain bumi itu. Teman Dr. Jones bernama Fontenelle, sebelumnya memberanikan diri memeriksa perkara yang mengenai kepercayaan tu mengucapkan sembah simpuh terlebih dahulu. Sembah simpuh inilah yang terlebih dahulu dicatat oleh Dr. Jones dalam bukunya tadi, sebagai sesuatu syarat minta izin kepada yang monopoli atas perkara itu. Bunyi sembah simpuh itu, diantaranya: “Bahwa menempatkan manusia didalam ini tempat dari bumi kita ini berbahaya sekali buat agama”.
Lebih kurang 500 tahun dahulu, maka Antonio Bruno, Ahli Bintang Italia dibakar hidup-hidup, karena ia memajukan teori tentangan gerakan bumi yang bertentangan dengan kepercayaan resmi. Copernicus dan Galilea dibelakangnya Bruno mesti bermain sandiwara dan mengaretkan lidahnya supaya badannya dijauhkan dari api unggun.
Penulis ini kebetulan pula termasuk keluarga yang mempunyai kakek yang terkenal dalam daerahnya, sebagai ahli falak. Walaupun kuburan Sang Kakek dianggap sakti kramat, tetapi perkara ilmu bintang itu, adalah perkara yang mesti dibisikkan diantara anggota keluarga saja. Saya masih ingat pesan Sang Ibu yang selalu diucapkan kepada saya, supaya berlaku “awas” sekali terhadap Ilmu Bintang. Entah karena Sang Kakek mengandung faham yang berbahaya terhadap Ilmu Bintang, entah karena sendiri memusuhi faham yang dianggap berbahaya, tiadalah saya tahu ............wallahu Allam (Hanya Tuhan Yang Tahu, ed).
Tetapi syukurlah sudah bukti, bahwa tiada didalam dunia Agama serani saja, tetapi didalam dunia Islam pun Ilmu Bintang itu mengandung beberapa perkara yang menyinggung kepercayaan resmi – Ilmu Bintang itu didaerah monotheisme seolah-olah senantiasa berada dibawah pengawasan sensor!
Tiadalah pula mengherankan kalau Ilmu Bintang itu mesti di buntuti, dikempei-i saja. Memangnya faham tentang bumi dan langit saja, tentang keadaan dan asalnya bumi dan langit itu pada Ilmu Bukti dan Agama berbeda seperti siang dan malam.
Dua perkara saja yang amat menyolok mata.
Pertama, bumi dan bintang itu oleh Agama dianggap sebagai firmannya Tuhan. Ilmu Bukti menyangka sebagai buahnya evolusi, kemajuan menurut hukum sendiri, dalam juta-jutaan tahun: dari leburan benda (molten masa), dari kabut menyala, kabut Hydrogen, sampai ke Alam Raya kita sekarang ini.
Kedua: Bumi kita ini dianggap sebagai bumi yang tunggal dan besar. Tetapi tiada bergerak. Bumi kita ini adalah pusatnya matahari dan bintang yang mengedari bumi kita ini. matahari dan bintang ini dianggap sebagai malaikat pada satu langit yang dianggap sebagai salah satu dari bumi yang banyak.
Lagi pula bumi ini sangat kecil sekali kalau dibandingkan dengan besarnya matahari saja. Matahari inipun cuma salah satu dari bintang menengah saja, diantara juta-jutaan bintang di Alam Raya ini. bumi ini bukan pula pusatnya Alam ini. bumi ini mengedari matahari, yang bukan pusat pula di Alam Raya ini. matahari inipun sebetulnya tiada tetap, karena ia berputar disekeliling sumbuya sendiri. ketika bumi mengedari matahari, bumi itu berputar pula pada sumbunya sndiri. Sebab itu kita melihat bintang yang mengelilingi bumi. Lagit yang dianggap padat itu tak ada dalam Ilmu Bintang. Walaupun teropong bisa jauh memandang sampai 500.000.000 tahun sinar, langit padat itu tak kelihatan. Yang ada cuma awang-awang kosong, dan didalamnya ada berjuta-juta bintang, bumi dan bulan (satlliet) yang sangat berjauhan pula satu sama lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MADILOG
De TodoMADILOG Tan Malaka (1943) Sumber: Terbitan Widjaya, Jakarta, tahun 1951. Bab III diambil dari terbitan Pusat Data Indikator, 1999.