Chapter 18: Lagi?! (3)

288 49 1
                                    

Luna Pov

Aku terbangun dari tidurku. Aku pun mengusap mataku lalu mengecek time pocket, jam 5.45... hm... masih pagi juga... masih ngantuk aku... tapi kalau tidur 5 menitnlagi malah kebablasan nanti...

Aku pun pergi mandi dan bersiap-siap. Setelah aku sudah rapih, aku membangun kan Bahamut. Kami pun turun ke bawah untuk sarapan.

Hari ini adalah hari kedua field trip. Seingetku, hari ini kami akan latihan sihir. Ugh~ aku males sekali...

Aku mengambil tray makanan lalu, duduk di tempat yang kosong. Aku langsung memakan sarapanku bersama Bahamut.

Tidak berapa lama, Luke datang. Dia pun mengambil tray makanan lalu, duduk di sampingku. Kami memakan sarapan kami bersama.

Setelah selesai sarapan, kami bertiga pergi keluar. Kita akan latihan bersama kelas S dan A, lagi. Jadi, kami bertiga langsung pergi menuju lapangan kelas S dan A.

Sampai di sana, aku dapat melihat beberapa murid. Banyakan dari murid kelas E dan F. Beberapa ada yang kelas D, A, dan S.

"Hari ini kita akan latihan apa ya?"tanya Luke bingung.

"Aku yakin seratus persen kita akan latihan sihir hari ini,"kata ku ke Luke.

"Eh? Luna tahu darimana?"tanya Luke bingung

"Hanya firasat,"balasku

"Myu myu,"

Akhirnya setelah sekitar 30 menit, kami mulai latihan di hari kedua field trip. Kami semua disuruh pemanasan dan lari sekitar lima kali putar.

Setelah itu, kami baris dan menunggu instruksi dari Bu Fia, Pak Endy, dan Ryu.

"Selamat pagi semuanya, hari ini kalian akan melanjutkan latihan kalian. Hari ini, kalian akan latihan sihir kalian secara mandiri.

Jika kalian butuh bantuan, silahkan beri tahu salah satu dari kami. Maka, kami akan membantu kalian,"kata Bu Fia

Akhirnya, semua murid pun pergi mencari tempat untuk latihan. Aku dan Luke memilih tempat yang kosong.

Aku mengsummon pedangku dan memberikannya ke Luke. Karena sihirnya dikunci, maka aku akan meminjamkannya pedangku.

Tidak jauh dari Luke, aku latihan sihir api dan anginku. Aku melihat Bahamut yang sedang menyemburkan apinya. Huh... sepertinya dia juga ikut latihan.

"Oh ya Luna,"kata Luke

"Ada apa?"tanyaku bingung

"Bisakah kamu bantu ak-"

Sebelum Luke dapat menyelesaikan perkataannya, sebuah sihir api melesat ke arahnya. Luke mengerang kesakitan, aku yakin bagian belakangnya terbakar sedikit.

"Luke! Kamu baik-baik saja?" tanyaku khawatir. Aku pun dengan cepat berjalan ke arah Luke dan melihat belakangnya. Benar juga, bagian belakangnya terdapat luka bakar yang cukup parah.

Aku dapat mendengar tawa seseorang. Aku pun menengok ke arah asal suara tersebut dan menemukan dua murid yang tertawa kecil sambil menunjuk ke arah kami... tidak... lebih tepatnya ke arah Luke.

Aku melihat mereka dengan penuh amarah. Mereka yang melakukan ini, aku yakin itu. Berani-beraninya mereka...

"Oops, maaf Luke. Aku tidak melihat ke arah mana aku menyerang,"kata salah seorang dari dua murid tersebut. Aku tahu dia sama sekali tidak merasa bersalah.

Aku melihat sekitarku. Sial... guru-guru tidak melihat ini jadi, mereka tidak mungkin menghukum kedua murid tersebut.

Tidak ada bukti. Lagipula, jika kita laporkan ini, para murid hanya akan bilang kalau itu sebuah kecelakaan. Urgh...

"Luke, bagaimana jika kita ke ruang medis?"tanyaku sambil tersenyum kecil menahan amarahku.

"Ah... tentu saja,"kata Luke.

Aku dan Luke berjalan menuju ruang medis. Namun baru beberapa langkah Luke berjalan, Luke jatuh tersandung akibat batu yang tadinya tidak berada di sana.

"Hihihi~ dia ini lemah sekali," kata seorang murid yang aku yakin mempunyai sihir tanah. Aku tahu, dia pasti yang melakukan ini. Aku pun membantu Luke berdiri. Bahamut menggeram kecil.

Aku dapat mendengar beberapa murid yang mengejek Luke dengan kecil. Para guru dan Ryu yang letaknya lumayan jauh dari kami, tidak dapat melihat atau mendengar apa yang para murid lain lakukan dan katakan.

Luke yang sepertinya mendengar perkataan para murid pun menunduk. Aku dapat melihat bahwa dia menahan tangisannya.

Aku memberikan tatapan tajam ke semua murid. Para murid berhenti tertawa dan diam. Aku dapat melihat tubuh mereka yang bergetar sedikit. Aku pun menyeringai sedikit.

Aku membalikkan badanku dan membantu Luke. Aku pun menuntun Luke ke ruang medis. Sampai di ruang medis, aku meminta seorang guru untuk mengobati Luke.

"Lebih baik kamu tinggalkan Luke sebentar,"kata guru yang mengobati Luke. Aku ingin protes namun, Luke menatapku dengan tatapan yang menyuruhku untuk tidak membantah.

Aku menghela nafas, aku pun menyuruh Bahamut untuk menemani Luke. Lalu, aku pergi keluar dari ruang medis.

Aku langsung pergi menuju Bu Fia. Lalu, aku memberi tahu kalau Luke terluka akibat serangan seorang murid yang meleset. Aku tidak memberi tahu mereka kalau para murid sebenarnya sengaja.

Mengapa? Murid-murid di sini akan memihak pada murid yang menyerang Luke. Mereka pasti akan bilang kalau itu tidak sengaja. Jika begitu, aku akan dicap sebagai pembohong.

"Kalau begitu, semua berkumpul!"kata Bu Fia. Kami semua pun berkumpul dan berbaris

"Nah, kita akan melakukan duel setelah makan siang. Jadi, saya harap kalian semua siap,"kata Bu Fia

"Kalau begitu, kalian semua boleh makan siang,"kata Bu Fia

Aku dan murid lain pergi makan siang. Sayangnya, aku makan sendiri karena Luke dan Bahamut berada di ruang medis.

Saat aku asik makan, seorang murid menggebrak mejaku. Aku melihat ke arah murid tersebut, murid yang menyerang Luke dengan sihir api.

"Iya?"tanyaku dengan nada bosan. Namun dibalik nada bosan itu, terdapat amarah yang membara. Ingin rasanya aku menghajarnya.

"Heh~ aku ingin bertanya kenapa kamu membantu dia? Seorang anak yang tidak disayangi dan tidak memiliki sihir.

Bagaimana cara dia masuk ke sini aku juga tidak tahu. Dia pasti beruntung atau mungkin, dia membayar dengan tubuhnya," kata murid tersebut dengan nada merendahkan dan mengejek.

Aku terdiam, aku dapat merasakan tubuhku yang bergetar. Aku menahan amarahku, sabar Luna... jangan hilang kontrol di sini... jangan bunuh dia...

"Hahaha~ kamu salah, Luke tidak butuh sihir. Dia sudah pintar, itulah mengapa dia bisa masuk ke kelas D tanpa sihir. Hebat bukan?

Jika saja dia punya sihir, dia pasti bisa masuk ke kelas S. Tidak seperti kamu, punya sihir tapi tidak punya otak. Oops maaf... kamu punya otak, tapi tidak bisa dipakai dengan baik,"balasku dengan nada mengejek.

Aku dapat melihat murid itu memerah mukanya karena menahan marah. Huh.. bagus, marahlah... kamu masuk ke jebakanku...

"K- kamu pikir kamu kuat dan pintar huh?! Bagaimana jika nanti kita duel? Akan aku tunjuk kan seberapa kuatnya aku,"kata murid tersebut. Mendengar itu, aku menyeringai. Heh... hook, line, and sinker

"Baiklah, aku terima duelmu. Akan aku beri tahu Bu Fia nanti," kataku

Aku pun berdiri karena sudah menyelesaikan makananku. Lalu, aku mengambil sebuah tray makanan dan pergi ke ruang medis. Aku yakin Luke dan Bahamut pasti sangat lapar.

Setelah sampai di ruang medis, aku memberikan Luke dan Bahamut makanan mereka.

"Terima kasih Luna,"kata Luke

"Kyu kyu,"

"Sama-sama,"balasku

Hehehe~ aku akan menghajar murid itu habis-habisan. Berani-beraninya dia menghina adik ku... maaf ya, tapi aku tidak akan membiarkan mu pergi begitu saja. Di duel nanti, aku akan mengalahkan mu...

Change His FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang