Johnny tersenyum hingga matanya membentuk bulan sabit. Melihat anak-anak itu bermain dengan riang membuat perasaannya bahagia entah mengapa. Mereka anak-anak spesial. Mereka berbeda dengan anak-anak lainnya. Mereka anak-anak yang masih memiliki harapan meskipun nasib tak bersahabat dengan mereka. Mereka sepertinya, dulu.
"Nak Johnny? Lama ga kesini, ibu jadi pangling..."
"Bu..." Johnny menyongsong wanita tua bersenyum ramah itu, tak lupa ia menyalami tangannya dengan hormat.
"Terakhir kamu ke sini... 2 tahun yang lalu ya? Kenapa nih sibuk kerja sampe lupa sama yayasan?"
"Hehe, iya bu... Maaf ya. Mulai sekarang saya sering-sering mampir ke sini deh. Ini juga dateng karena kangen ibu."
"Ah, kamu mah bisaan aja ngelesnya."
Johnny tertawa kecil. Ia tahu sang ibu ketua yayasan hanyalah bercanda tanpa bermaksud menyindirnya. Yayasan Jantung ini terbuka untuk siapa saja, bahkan yang bukan anggota sekalipun, apalagi yang mantan anggota seperti Johnny. Agak kurang tepat dibilang mantan anggota juga karena nyatanya ia masih rutin berdonasi, meskipun jarang berkunjung.
Waktu kecil Johnny mengalami penyakit jantung bawaan. Orang tuanya membawanya ke yayasan ini agar bisa berkenalan dengan sesama orang tua dan anak yang mengalami hal yang sama. Para orang tua yang tergabung bisa saling berbagi pengalaman dan informasi. Bahkan Johnny bisa menjalani operasi saat kecil karena bantuan dari yayasan. Maka dari itu, saat beranjak dewasa ia merasa perlu membalas budi dengan kembali menolong anak-anak yang kurang beruntung melalui yayasan ini.
Selain karena ingin melepas rindu dengan yayasan, satu hal yang membuat Johnny kembali berkunjung adalah, karena ia terus terbayang-bayang sahabat kecilnya dulu. Chitta, satu nama yang ia ingat menjadi temannya bermain setiap kali berkunjung ke yayasan. Setelah menemukan foto lamanya belum lama ini, ia jadi kepikiran, bagaimana kabar Chitta sekarang? Berharap Chitta masih berhubungan dengan yayasan, Johnny akhirnya datang berkunjung.
Setelah disuguhkan secangkir kopi, Johnny meminta izin pada ibu yayasan untuk berkeliling. Kebetulan sedang ada perkumpulan rutin, jadi banyak orang tua dan anak-anak yang datang. Johnny berniat melihat-lihat sambil sedikit mengobrol dengan mereka.
Saat melewati lorong, matanya tertarik pada sebuah foto yang memuat satu orang dewasa dan beberapa anak kecil yang tersenyum ke arah kamera.
"Loh? Dia kan..."
"Kamu masih inget dia? Temen kamu dulu itu loh, yang paling akrab. Dia sering dateng ke sini, tapi dilalahnya ga pernah barengan sama kamu. Kalian masih kontakan?" Sambar ibu yayasan yang ikut menemani Johnny berkeliling.
Johnny menggeleng, masih shock dengan fakta yang baru saja ditemukannya. "Ini... beneran Chitta, bu?"
"Wah, iya ya? Dulu panggilannya Ten itu Chitta, masih inget juga kamu. John sama Chitta yang katanya kalo udah gede mau nikah, haha... Sayang ya Chitta sekarang udah nikah, udah punya anak lagi. Kamu gimana? Udah ada calon atau udah nikah tapi ga bilang-bilang sama ibu?"
Johnny meneguk ludah kasar. Kalau begini sih ia tau persis, siapa suami dari orang yang ada di foto itu. Yang ia belum tahu sebelumnya adalah, kenyataan bahwa Chitta ternyata adalah Ten, istri dari Jaehyun, yang baru ia jenguk beberapa hari yang lalu.
"Yah, sayang ya bu... Saya mah belum kelihatan jodohnya." Sambung Johnny berusaha terdengar biasa saja, padahal hatinya tengah bergemuruh menggebu. Entah kenapa rasa ingin mengenal Ten dan kembali menjalin hubungan dengannya menjadi semakin besar.
"Mm, saya boleh minta kontaknya Ten, bu? Pengen silaturahmi lagi."
.
.
.Dengan semangat, Ten meraih handphonenya, mencari salah satu nomor dalam riwayat panggilan dan menekannya agar panggilan segera tersambung.
![](https://img.wattpad.com/cover/233637683-288-k106652.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
In Between [JaeYong version]
FanfictionJaehyun kira ia telah berdamai dengan masa lalu. Nyatanya saat "dia" kembali, hatinya kembali goyah. . . . . JaeYong & JaeTen, bxb, mpreg, age switch, plot receh ala sinetron indo**ar, local setting, bahasa baku-nonbaku, the world of the married ver...