[2]

2.1K 216 51
                                        

"Nah, udah selesai semua..."

Taeyong kembali berduaan saja dengan Jaehyun di mobil.

Jeno sudah Taeyong bawa ke rumah dan ia titipkan pada tetangga. Sebenarnya anak itu bisa melakukan apapun sendiri. Cuma Taeyong agak khawatir, jadi ia berpesan pada Jeno agar meminta bantuan tetangga di saat-saat darurat.

"Ayo pak, cepet ke kantor. Biar saya bisa kelarin kerjaan sebelum jam 7." Taeyong mendesak karena jam di arlojinya telah menunjukkan pukul setengah 5 sore. Ia tak mau membuang-buang waktu kerja lagi.

"Maaf ya Taeyong, kayaknya kita ga bisa balik ke kantor dulu. Kerjaan kamu bawa ke rumah aja, nanti diitung lembur. Saya mau ajak kamu kelarin urusan saya dulu."

Taeyong memutar matanya, apa lagi sekarang? Bosnya ini seperti sengaja mengulur-ulur waktu untuk terus bersamanya. Heh, memangnya ia tidak punya urusan lain yang lebih penting apa?

Tapi mau bagaimanapun gondoknya Taeyong, ia tidak bisa menolak saat bosnya malah membawanya ke salah satu toko tas kenamaan. Tunggu, kenapa ke toko tas?

"Sebenernya hari ini ulang tahun istri saya. Saya mau beliin dia hadiah tapi bingung. Taun lalu saya beliin dia sepatu ternyata ga sesuai sama seleranya, katanya selera saya jelek. Jadi saya mau minta tolong kamu pilihin yang bagus ya?"

Taeyong meneguk ludahnya. Sejujurnya ia juga tidak tau selera istri Jaehyun seperti apa. Demi apapun mereka bahkan belum pernah bertemu! Apalagi kalau pilihan hadiahnya adalah tas dengan brand fashion terkenal yang seumur-umur belum pernah Taeyong miliki. Ia mengerti apa?

"Ng..." Taeyong memandang ke sekeliling toko di mana puluhan tas berjejer dengan rapi.

"Yang itu bagus pak." Tunjuk Taeyong pada salah satu tas kulit sederhana, tapi terlihat berkelas. Sepertinya cocok untuk hadiah. Saat memilihnya Taeyong membayangkan sosok yang tangguh, anggun, tapi juga lembut. Kurang lebih seperti ibunya Jaemin yang ia temui tadi pagi.

"Oke, sepertinya memang cocok. Tolong bungkus yang ini."

"Baik. Silakan melakukan pembayaran di kasir, Pak. Barangnya akan saya antarkan nanti."

.
.
.

"Istri saya suka hadiahnya, Taeyong. Makasih ya. Saya jadi dapet jatah deh. Hehehe."

Please deh, Taeyong tidak butuh dengar bagian soal "jatah" itu.

"Bagus deh, kalau istri bapak suka." Taeyong lagi-lagi hanya menjawab sekenanya.

"Ulang tahun kamu...belum berubah kan?"

"Ya belum lah, Pak. Mana ada ulang tahun berubah?"

"Haha, iya ya?"

Hening saat Taeyong tak lagi menyahuti Jaehyun.

"Taeyong."

"Iya Pak?"

"Kalau saya bilang masih ada rasa sama kamu, kamu percaya ga?"

Taeyong terdiam. Pertanyaan macam apa ini. 

"Pak, tolong jangan bercanda. Kita lagi kerja."

"Saya ga bercanda, ini pertanyaan serius. Tolong jawab dengan jujur, Taeyong."

Taeyong menghela napas sebelum menjawab. "Pak, kita saling punya rasa itu hanya ada di masa lalu. Sekarang kita udah punya kehidupan masing-masing. Ga akan sama kayak dulu lagi." Jawab Taeyong menghindari jawaban ya atau tidak. Karena ia pun tidak yakin 100% pada pilihan yang akan diambilnya.

"Begitu ya... Maaf kalau selama ini saya gangguin kamu. Jujur aja, kamu tetap sama cantiknya kayak dulu. Bikin saya khilaf."

Taeyong tertegun dengan jawaban Jaehyun. Jadi benar laki-laki itu masih memiliki rasa untuknya?

In Between [JaeYong version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang