"Loh? Kamu siapa?" Tanya laki-laki itu saat melihat Taeyong yang membukakan pintu.
"Eh...s-saya..."
"Oh... Yang bantuan Ten ya? ART baru? Itu anak akhirnya dengerin ibunya juga, disuruh cari ART dari dulu biar ga kecapekan."
Taeyong memberikan senyum salah tingkah. Ternyata ini ibunya Ten. Taeyong harus bagaimana? Haruskah ia mengatakan siapa dirinya sebenernya? Ah, sepertinya jangan sekarang.
"Mari masuk bu, saya bantuin bawa barangnya." Taeyong menawarkan bantuan.
"Oh iya, makasih ya. Ini oleh-oleh buat cucu saya. Kamu juga boleh ambil kok. Saya bawa banyak."
Ibu Ten menyerahkan sekantung besar entah apa pada Taeyong. Sedikit hati-hati ia mengikuti langkah ibu Ten yang telah lebih dulu masuk ke dalam. Belum apa-apa, ibu Ten tampaknya sudah akan mengomel. "Kamu tadi lagi cuci piring? Kok kerannya ga dimatiin? Kan sayang airnya."
Taeyong merutuki kebodohannya dan buru-buru mematikan keran air. "Maaf bu, tadi saya buru-buru buat bukain pintu."
"Lain kali, sekalipun buru-buru tetep matiin dulu ya. Gimana kalau ini kompor, bukan keran? Bisa-bisa jadi kebakaran loh."
"Iya bu, maaf."
"Udah gapapa, saya cuma ngingetin aja. Jangan takut-takut banget gitu loh mukanya." Ibu Ten menepuk bahu Taeyong pelan. Sebenarnya ia gemas melihat tingkah Taeyong yang kikuk, tapi penurut. Mau memarahi juga tidak tega.
"Ini pada ke mana ya? Kok sepi?"
"Lagi belanja bu ke supermarket."
"Oooh, udah lama?"
"Udah dari tadi sih bu. Eh iya, ibu mau minum apa?"
"Air putih aja, gausah repot. Saya lagi diet."
Taeyong bergegas menuruti keinginan ibu Ten. Diam-diam ia kagum dengan orang ini, kharismanya persis seperti Ten. Membuatnya mau tak mau menurut. Dan apa itu tadi, sedang diet? Wah, benar-benar menjaga kesehatan dan penampilan sekali meskipun usianya sudah tak muda lagi.
"Kamu boleh lanjutin kerjaannya."
"Eh, i-iya bu."
Taeyong melanjutkan kembali kegiatan mencuci piring yang sempat tertunda. Walaupun tadi ibu Ten bilang akan menunggu sambil menonton TV, nyatanya Taeyong merasa terus diawasi. Aduh, jangan sampai ia buat kesalahan.
"Kamu kerja di sini sejak kapan?"
Tuh kan. Ibu Ten tidak benar-benar sedang menonton TV.
"Baru beberapa bulan, bu." Jawab Taeyong seadanya. Tidak bohong juga, ia memang baru beberapa bulan tinggal di rumah ini.
"Usia berapa? Masih kuliah ya?"
"Eh? Saya udah 30an bu."
"Oh, awet muda ya. Ga keliatan kayak udah 30. Udah nikah?"
Taeyong menjawab dengan senyum dan anggukan kecil.
"Udah punya anak? Aduh maaf ya kalo saya cerewet tanya-tanya. Abis saya ga bisa kalo ga ngobrol."
Taeyong lagi-lagi tersenyum maklum dan untuk pertanyaan yang terakhir, ia memilih untuk jujur. "Anak saya seumuran sama Jaemin, bu."
"Oooh... Bisa jadi temen mainnya Jaemin tuh. Pernah di bawa ke sini?"
"Pernah, mereka mainnya akur, bu."
"Aduh, bagus deh... Biar anak itu terbiasa nanti kalo udah punya adik, kemarin seneng banget cerita mau punya dedek ke omanya. Ngomong-ngomong kamu tau ga Ten udah hamil berapa bulan?"
![](https://img.wattpad.com/cover/233637683-288-k106652.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
In Between [JaeYong version]
FanfictionJaehyun kira ia telah berdamai dengan masa lalu. Nyatanya saat "dia" kembali, hatinya kembali goyah. . . . . JaeYong & JaeTen, bxb, mpreg, age switch, plot receh ala sinetron indo**ar, local setting, bahasa baku-nonbaku, the world of the married ver...