"Kondisinya semakin parah. Tidak ada jalan lain selain transplantasi."
"Kalau begitu lakukan, dokter. Saya bayar berapapun biayanya."
"Masalahnya bukan di biaya saja, Pak. Mendapatkan donor dari pasien mati otak tidaklah mudah. Belum lagi kecocokannya dengan pasien. Untuk sementara istri bapak akan kami masukkan waiting list. Kita akan pantau terus kondisinya agar tetap stabil sampai mendapat donor yang cocok."
Jaehyun mengacak rambutnya frustasi. Ia tahu tidak mudah. Tapi harus dilakukan. Ia tidak mau kehilangan Ten. Tidak di saat Jaemin masih kecil dan membutuhkan kasih sayang seorang ibu.
Taeyong hanya mendengar sedikit karena ia sibuk menenangkan dua bocah yang cemas pada keadaan Ten.
"Mama, bundanya Jaemin gapapa kan?" Tanya Jeno. Sedikit banyak anak itu paham situasinya sedang tidak bagus kalau Jaehyun saja terlihat segusar itu.
"Gapapa, bundanya Jaemin cuma butuh istirahat aja. Nanti juga bangun lagi dan masak untuk kalian lagi."
"Hu-um... Jeno suka masakan bundanya Jaemin." Mungkin Taeyong akan cemberut karena perkataan Jeno jika saja situasinya sedang tidak seperti sekarang. Anaknya lebih menyukai masakan orang lain.
Jaehyun berjalan mendekati Taeyong dan anak-anak. Sepertinya ia telah selesai berbincang dengan dokter. "Taeyong, kamu ajak anak-anak pulang ya? Ga baik mereka lama-lama di sini."
"Jaemin mau sama bunda!"
Jaehyun berjongkok demi menyejajarkan tinggi dengan Jaemin. "Bunda harus istirahat. Kamu main sama Jeno aja ya di rumah? Tante Taeyong bakal nemenin kalian."
Jaemin terlihat ingin membantah, tapi akhirnya ia mengangguk juga.
Jaemin beralih pada Taeyong lagi. "Maaf, kayaknya pindahan kamu harus ditunda. Aku butuh bantuan kamu, Yong.""Iya, mas." Taeyong cukup tahu diri, setelah sebelumnya dirinya dibantu, sekarang gilirannya membantu keluarga ini.
"Kamu bisa ikut aku sebentar ga?" Jaehyun memberikan tatapan memohon pada Taeyong. Taeyong mengangguk kemudian berpesan, "Jeno, Jaemin, jangan kemana-mana ya?"
Taeyong lalu mengikuti Jaehyun ke sudut yang sepi. Belum sempat ia bertanya apa yang Jaehyun inginkan, ia sudah lebih dulu dibawa ke dalam rengkuhan oleh Jaehyun.
"Biarin begini dulu, sebentar aja..." Bisik Jaehyun teredam karena wajahnya terbenam di ceruk leher Taeyong.
Taeyong mengikuti mau Jaehyun. Ia hanya diam sambil sesekali mengusap punggung yang lebih tua. Ia paham Jaehyun begini karena mencemaskan Ten.
"Kak Ten bakal baik-baik aja. Dia kuat. Percaya sama aku mas..."
Jaehyun melepas rengkuhannya pada Taeyong, lalu mengusap matanya yang basah. "Iya... Harusnya aku yang bilang begitu di depan Jaemin, bukannya malah cengeng begini."
Entah mendapat dorongan dari mana Taeyong ikut menghapus air mata yang masih menggenang di mata Jaehyun. Menimbulkan senyum kecil di bibir pria itu. "Makasih..."
"Aku pulang ya mas?"
"Iya, hati-hati di jalan. Tolong jaga Jaemin sebentar ya? Kalau Ten udah sadar, nanti aku pulang."
"Santai aja mas, temenin kak Ten dulu. Kasih semangat yang banyak. Bilangin juga ga usah pikirin Jaemin dulu. Fokus buat sembuh aja."
Jaehyun mengangguk. Ia bersyukur ada Taeyong di saat-saat seperti ini. Dipeluknya lagi tubuh Taeyong sekilas sebelum melepas kepulangan pria itu bersama anak-anak.
.
.
.Weekend berakhir, besok Jaehyun dan Taeyong harus kembali bekerja dan anak-anak pun perlu pergi ke sekolah. Ten sudah membaik meskipun keadaannya masih lemah. Cerewetnya tidak juga hilang meski sedang sakit. Terutama pada Taeyong yang bertugas menjaga anak-anak.
![](https://img.wattpad.com/cover/233637683-288-k106652.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
In Between [JaeYong version]
FanfictionJaehyun kira ia telah berdamai dengan masa lalu. Nyatanya saat "dia" kembali, hatinya kembali goyah. . . . . JaeYong & JaeTen, bxb, mpreg, age switch, plot receh ala sinetron indo**ar, local setting, bahasa baku-nonbaku, the world of the married ver...