[12]

1.1K 123 47
                                    

Ten heran melihat Taeyong pulang dengan dituntun oleh Jaehyun. Mereka memang sering pulang bersama, tapi biasanya tidak seperti ini. Pasti sesuatu telah terjadi.

"Taeyong kenapa, mas?" Ten mengambil alih tangan Taeyong dari Jaehyun. Menurutnya lebih baik ia yang menuntun Taeyong, daripada ia berlama-lama melihat tangan mereka bertautan.

"Duduk dulu, Ten. Kasian Taeyongnya."

Ten menurut dan menuntun Taeyong hingga ke sofa. Ia bisa melihat wajah yang lebih muda agak pucat dan diliputi kecemasan.

"Sebenernya ada apa sih mas? Yong?"

"Ceritanya panjang, Ten. Tapi intinya Mingyu, orang yang gangguin Taeyong itu, udah kita laporin ke polisi."

"Wah, bagus dong. Kamu bisa tenang sekarang, Yong." Ten mengusap-ngusap lengan Taeyong senang. Taeyong membalas dengan senyum kecil.

Dengan ini, Ten berharap bisa membujuk Jaehyun untuk melepaskan Taeyong karena toh Taeyong sudah tak perlu dilindungi lagi. Mantannya yang brengsek itu akan segera berakhir di penjara.

"Dan ada satu kabar lagi..." Jaehyun yang menggantung kalimatnya membuat Ten penasaran.

"Apa mas?"

"Taeyong hamil."

Ten tiba-tiba saja merasa memilIiki gangguan pendengaran. Entah ia yang salah dengar atau Jaehyun yang salah bicara.

"Apa mas?" Ten mengulang pertanyaannya.

"Taeyong hamil, Ten. Udah 7 minggu. Ternyata bener, waktu mas muntah-muntah kemarin itu karena Taeyongnya lagi hamil."

Ten merasakan tangannya mendingin. Rasa dingin itu lalu menjalar hingga ke dadanya. Membuatnya merasakan sesak yang menyiksa.

Batinnya kini sedang bergelut. Ia harus bereaksi bagaimana? Apakah ia harus berpura-pura bahagia dan memberikan selamat pada suami dan madunya? Atau ia harus marah karena janji yang telah mereka langgar? Ah, tapi kalaupun marah, tak ada yang akan ia dapat selain dosa karena telah menyalahi takdir Tuhan.

Ten memilih opsi pertama. Dengan senyum yang dipaksakan hinggap di bibirnya, ia berkata. "Selamat ya, Taeyong. Kakak ikut seneng. Jaga baik-baik ya, biar kalian berdua sehat-sehat sampai lahiran." Ten bahkan menyentuh perut Taeyong yang terbalut kemeja dan mengusapnya pelan.

Taeyong mengangguk dengan mata yang sudah basah. Rasa cemas yang menumpuk di dadanya menguap ketika Ten menyentuh perutnya. Ia serta merta memeluk Ten dan menumpahkan tangisnya di bahu yang lebih tua.

"Makasih kak... Aku kira kakak bakal marah... Aku takut... Jangan benci aku kak..."

Dalam hati Ten juga ingin menangis. Seharusnya ia yang menangis kan? Tapi nyatanya ia tetap sok kuat dengan menepuk-nepuk punggung yang lebih muda.

"Ya ampun, takut kenapa sih? Kamu hamil ada suaminya ini, ada yang tanggung jawab. Malahan aku yang minta maaf karena kemarin-kemarin nyuruh kamu kerja yang berat-berat. Maaf ya, Yong, aku beneran ga tau."

Taeyong melepas pelukannya, mengusap matanya lalu menggeleng menolak permintaan maaf Ten, "jangan minta maaf kak, kakak ga salah."

"Ish, kamu ini... Bilang iya aja apa susahnya sih?"

"Kak~"

Jaehyun yang hanya memperhatikan saja ikut tersenyum. Reaksi Ten ternyata tidak seburuk yang ditakutkan Taeyong. Ia tahu Ten memang berhati malaikat dan amat lapang dada. Tapi yang masih ia khawatirkan adalah jika Ten ternyata menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya. Sepuluh tahun bersama, membuatnya sedikit banyak paham gelagat Ten. Senyumnya kali ini sedikit berbeda.

In Between [JaeYong version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang