[14]

1K 142 46
                                    

"Mau apa kamu ke sini?" Ketus ibu Ten melihat kehadiran Taeyong di rumah sakit.

Taeyong tidak datang untuk mencari keributan, ia hanya ingin mengantarkan Jaemin yang sudah sangat merindukan Ten.

"Jaemin, mau ketemu bunda, oma..." Jaemin menghambur ke arah omanya.

Ibu Ten mengusap rambut Jaemin lembut. "Sabar ya sayang, bundanya masih diperiksa dokter."

"Kenapa bunda ga pulang-pulang? Jaemin mau sama bunda..."

"Kalau Jaemin mau sama bunda, Jaemin ikut pulang sama oma, jangan sama orang jahat itu." Ibu Ten melempar tatapan sinis pada Taeyong. Jaemin mengikuti arah pandang omanya.

"Tapi mama Taeyong ga jahat. mama Taeyong baik kayak bunda. Dia masakin aku makanan enak, bantu aku pake baju, bacain cerita sebelum aku tidur... Oma jangan marah ya sama mama Taeyong."

Ibu Ten terdiam. Mungkin istri kedua Jaehyun itu memang baik pada cucunya, tapi tetap saja ia tak bisa menerima rasa sakit hati yang dialami anaknya karena laki-laki ini.

"Dia yang bikin bunda kamu sakit dan sedih, Jaemin. Dia orang jahat. Ayo ikut oma, kamu mau liat bunda kan?"

Setengah hati Jaemin mengikuti perkataan omanya. Ia masih tak mengerti di mana letak jahatnya Taeyong. Tapi anak sekecil itu pun tak bisa dibohongi kalau terkadang bundanya menangis seorang diri di tengah malam. Apakah Taeyong itu benar penyebab bundanya menangis?

.
.
.

"Ma..."

"Apa Jeno?"

"Kapan kita naik bis? Bisnya udah lewat dua kali."

Perkataan Jeno menyadarkan Taeyong bahwa ia telah lama melamun. "Maafin mama ya, kita naik bis berikutnya."

Jeno mengangguk lalu kembali menunggu dengan tenang. Anak itu paham untuk tidak menambah beban pikiran Taeyong saat ini. Ia hanya mengeratkan genggaman tangannya pada telapak tangan ibunya.

Sebagaimana ibu dan anak, ikatan perasaan mereka begitu kuat, hingga mereka bisa memahami satu sama lain, bahkan dalam diam.

.
.
.

"Ini pak, novelnya udah selesai saya baca. Bagus ceritanya, makasih ya pak udah minjemin. Ga nyangka loh Pak Johnny seleranya yang begini juga."

"Kenapa tho? Ga cocok emang kalo saya suka roman picisan?"

"Ya gitu pak... Masa suka baca cerita romansa tapi masih jomblo."

Perkataan Doyoung itu menusuk tepat ke dada Johnny.

"Kamu kalo ngomong kok suka bener sih?"

Doyoung tertawa karena ia tahu Johnny tidak tersinggung dengan perkataannya.

"BTW pak, itu foto siapa yang dijadiin pembatasnya? Foto Pak Johnny waktu kecil ya?"

Johnny langsung memeriksa apa yang dimaksud Doyoung dan mendapati foto lama yang sudah ia cari-cari sebelumnya tapi tak ketemu. "Oalah, ada di sini ternyata."

Johnny menatap foto kusam dua anak kecil saling berpegangan tangan dengan senyum nostalgia di wajahnya. Ia membalik foto itu, lalu kembali tersenyum membaca tulisan miring "John dan Chitta".

"Bapak yang ini saya tebak sih." Tunjuk Doyoung pada anak yang lebih tinggi.

"Keliatan banget ya?"

"Iya lah, mukanya mirip banget. Yang satu lagi siapa, pak? Eh maaf nih kalo kepo."

"Gapapa Doy. Dia... Aduh saya lupa nama aslinya, tapi panggilannya Chitta. Kita ketemu pertama kali waktu saya umur 5 tahun, ini foto kayaknya pas saya umur 8 tahun deh. Berarti kita rutin ketemu selama 3 tahun. Haaah... Dia masih hidup ga ya sekarang?"

In Between [JaeYong version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang