[8]

1.1K 150 40
                                    

"Mas Jaehyun?" 

Ten memicingkan matanya guna melihat lebih jelas. Ia yakin ia tak salah melihat, tapi ia juga tak punya pilihan selain membiarkan mobil yang sangat ia kenali itu lewat begitu saja. Ia sendiri sedang berada di dalam mobil lainnya, bersama Jaemin, baru saja mau meninggalkan sekolah.

"Ngapain mas di sini?" Batin Ten heran. Kalaupun Jaehyun berniat menjemput Jaemin, harusnya Jaehyun mengabarinya kan? 

Hanya satu hal lain yang terlintas di benak Ten. Mungkin saja Jaehyun membantu Taeyong menjemput Jeno. Ya, mungkin begitu.

Tapi...kenapa Ten merasakan sesuatu yang mengganjal di hatinya? Apa anak orang lain lebih penting untuk dijemput dibanding anak sendiri?

.
.
.

"Nikah?! Udah gila kali mas!"

"Iya. mas emang udah gila, Yong. Gila karena kamu."

Taeyong memalingkan wajahnya. Lebih memilih memandang keluar jendela dibanding wajah Jaehyun saat ini. Sialnya karena mobil sedang berhenti, tak banyak yang bisa dilihatnya di luar sana.

"Mas sama sekali ga bisa nahan perasaan lagi, Yong. Sejak awal mas emang cintanya sama kamu. Sampai sekarang pun tetep sama kamu. Mas gatau lagi cara lain buat milikin kamu selain nikahin kamu. Mas bisa gila beneran kalau lepasin kamu lagi kali ini."

Taeyong menghela napas lelah. Meskipun benci mengakuinya, ia pun sama. Ia tak memiliki alasan untuk tidak mencintai Jaehyun, karena nyatanya ialah yang memilih pergi dulu. Bahkan saat ia yang memilih pergi, Jaehyun masih tetap menunggunya dan menyambutnya dengan tangan terbuka. Tapi... dulu dan sekarang berbeda. Semuanya tentu tak akan semudah dulu. Sekarang Jaehyun bukan lagi pemuda lajang yang berhak dimiliki siapapun. Jaehyun telah dimiliki istri dan anaknya.

"Gimana...dengan kak Ten? Mas ga mikirin dia? Mas egois..."

Jaehyun turut menghela napas. "Mas tau ini ga gampang. Tapi selama mas bisa adil, ga ada yang salah dengan memiliki dua istri. Mas bakal coba yakinin Ten. Pelan-pelan. Yang penting sekarang kamu setuju dulu nikah sama mas."

Akhirnya Taeyong menghadap Jaehyun lagi. "Aku ga bisa jawab sekarang. Kalau iya, aku sama aja gilanya kayak mas."

.
.
.

Ten terbangun karena suara pintu yang dibuka. Itu pasti Jaehyun pikirnya dan benar saja, tak lama setelah suara pintu dibuka, ia merasakan permukaan kasurnya sedikit turun tanda baru saja ada beban yang bertambah. Ten mempertahankan posisinya seolah ia masih tidur dengan lelap.

"Kamu udah tidur ya, Ten? Padahal ada yang mas mau omongin..." 

Ten bisa merasakan usapan lembut di kepalanya. Sentuhan jemari panjang Jaehyun itu memang salah satu hal yang paling disukainya. Jadi alih-alih mengaku ia sudah terjaga, ia lebih memilih untuk lanjut berpura-pura.

"Tapi gapapa, besok-besok ajalah. Mas juga capek hari ini."

Setelah itu kasur kembali naik. Jaehyun sudah beranjak dari sana dan menuju kamar mandi. Saat itulah Ten menoleh untuk melihat ke mana Jaehyun pergi. Sekarang ia jadi menyesal sudah berpura-pura tidur. Bisa jadi ia malah tak bisa tidur lagi karena penasaran. Apa yang ingin dibicarakan Jaehyun dengannya?

.
.
.

Sepertinya Jaehyun sudah melupakan niatnya untuk membicarakan apa yang ingin dibicarakan tempo hari. Ten pun sudah lupa dengan fakta bahwa ia melihat mobil Jaehyun di sekolah Jaemin. Beberapa hari terlewat dan tak ada pembicaraan khusus antara Jaehyun dan Ten. Pagi ini hanya interaksi layaknya suami-istri pada umumnya saja yang mengisi ruang makan mereka.

In Between [JaeYong version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang