"Ana menolong hanya sekedar kasihan, kalau kamu mati di tangan mereka."
Alona Ray Zeena
Lelaki itu masih mengikutinya lagi.
Setelah kejadian malam itu, di mana Ana menolong Leo dari orang-orang yang mungkin akan membunuhnya, lelaki itu jadi lebih sering mengikuti Ana dan mengajak Ana bicara.
Seperti biasa Ana hanya mengabaikannya. Menganggap lelaki yang sedang berjalan di sampingnya ini makhluk halus atau sekedar angin lewat yang tidak nampak.
Leo masih setia mengikuti Ana hingga di depan pintu perpustakaan. Ana memang lebih suka menghabiskan waktu istirahat di perpustakaan sambil membaca novel favoritnya.
"Kamu suka baca novel, ya?" tanya Leo antusias. Dia pun duduk di depan Ana sambil memegang sebuah buku, entah buku apa, Ana tidak peduli.
Dan parahnya, buku yang saat ini dipegang oleh lelaki itu dalam posisinya terbalik, entah bagaimana ia akan membacanya.
"An, makasih udah nolongin aku malam itu. Kamu keren banget bisa bela diri, kapan-kapan ajarin aku, ya?"
" Entah sudah keberapa kalinya lelaki itu mengucapkan terima kasih."Kalau kamu nggak nolongin aku, nggak tau nasib aku sekarang kayak gimana. Mungkin lagi baring di rumah sakit."
Masih hening tanpa jawaban.
Masih bagus kalau baring di rumah sakit, kalau mati sekalian lebih bagus sebenarnya. Batin Ana.
"Kamu kenapa kalau di kelas pelit suara? Cuma ngomong kalau jawab pertanyaan dosen sama kasih pendapat, atau diskusi. Aku nggak pernah lihat kamu gosip kayak cewek-cewek lain di kelas kita."
"Pasti cuma ngomong kalau penting. Kamu ada riwayat penyakit lemah suara, sariawan akut atau sakit apa gitu, An?" tanya Leo. Entah kenapa lelaki itu berfikir begitu.
Ana memutar bola matanya malas. Telinganya sudah bosan mendengar semua rentetan pertanyaan Leo. Kok ada cowok modelan kayak gini? Cerewet parah! Batin Ana risih melihat lelaki di depannya itu.
Hening.
"An, gimana caranya biar kamu mau bicara sama aku?"
Lagi, hanya hening yang Leo dapatkan. Seolah Leo sedang bicara sendiri sedari tadi.
Masih menjadi misteri, cowok ganteng dicuekin untuk pertama kalinya. Batin Leo heran.
Sena masuk ke dalam perpus, seketika matanya membulat melihat pacarnya ada di perpustakaan juga.
"Ehh ... ada pacar, tumben pacar aku ke perpustakaan, nggak biasanya?" Suara lembut Sena memecah heningnya perpustakaan.
Sena belum sadar jika Leo di perpustakaan bersama Ana.
"Hai, Sayang, tumben kamu ke perpustakaan juga?" tanya Leo, sama dengan pertanyaan Sena tadi.
"Kok kamu jadi nanya balik sih?" kesal Sena membuat Leo terkekeh dan mengacak rambut gadis tersebut.
"Aku ke sini mau cari buku Akuntansi disuruh sama Bu Lili. Soalnya aku belum ngerjakan semua tugasnya, jadi ditambah tugas baru lagi sama Bu Lili, kesel banget!" Suara manja Sena memang mampu membuat Leo gemas dan berakhir mencubit pelan pipi gadisnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONA (e) | END
General FictionALONA (e) ~ A Story by Yeni F. W ______________________________________ "Sendiri itu, NYAMAN." Ana, gadis dingin dengan tatapan tajam. Berwajah datar dan sedikit bicara. Tidak suka basa-basi dan membenci keramaian. Hingga, Leo hadir dalam kehidupann...