"Kebohonganmu sudah terbongkar. Jadi, kusarankan untuk tidak berpura-pura lagi!"
Zayen Leo Ahram
Seorang lelaki berkemeja hitam dengan kancing yang dibiarkan terbuka, memperlihatkan kaos hitam polos di dalamnya. Celana jeans dengan warna senada bajunya dan sneakers putih melengkapi penampilannya saat ini. Ia melangkahkan kakinya santai di koridor Fakultas Ekonomi. Ia menyampirkan tas ranselnya di bahu sebelah kiri. Satu tangannya Ia masukkan di dalam saku celana, dan yang satunya ia gunakan untuk memegang tas.
Ia sesekali membalas sapaan dan tersenyum kepada mahasiswa lainnya.
Tidak sedikit yang memuji secara terang-terangan atau kagum diam-diam dengan sosoknya.
Wahh, doi aku ganteng banget hari ini.
Kok tumben jalan sendiri?
Pacarnya kemana?
Jangan-jangan udah putus?
Aww, ganteng bangett!
Ganteng! Eh enggak, ganteng banget!
Suara kekaguman sekaligus rasa ingin tahu dari para mahasiswa menemani setiap langkah Leo. Ia ingin membalas seperti biasa ucapan mereka, tapi kali ini ia malas dan memilih untuk bungkam.
"Leo!" teriak dua orang yang sangat familiar di telinganya.
"Cepet banget Bang jalannya?" Reno sudah berada di samping Leo dan merangkul pundak lelaki itu.
"Gila! Cepet banget kalian jalan." Galang masih menetralkan nafasnya yang ngos-ngosan karena lari mengejar dua makhluk di sampingnya ini.
"Aku jalan santai, kaliannya aja yang lambat!" cibir Leo. Ia padahal jalan dengan santai tapi entah kenapa dua makhluk ini bisa ketinggalan.
Apa mereka sejenis kura-kura? Atau keluarganya siput?
Entahlah, hanya mereka dan Tuhan yang tau.
"Nggak apa lambat yang penting ganteng!" ujar Galang. Kini mereka bertiga berjalan berdampingan menuju kelas mereka.
"Tetap gantengan aku!" Leo berucap dengan percaya diri. Dan langsung mendapat tatapan malas dari kedua temannya.
"Balik sana ke kelas!" Leo mengusir Galang saat ingin masuk ke kelasnya. Padahal kelas Galang berada di sebelah kelas Leo, tapi ia malah masuk ke kelas mereka.
"Belum ada dosen juga." Galang duduk di kursi pojok belakang. Reno dan Leo duduk di tempatnya masing-masing yang juga terletak di bagian belakang.
"Ngapain sih ngeliatin aku kayak gitu?" Galang heran melihat kedua temannya yang menatapnya horor saat ini. "Iya, aku tau aku ganteng!" ujar Galang. Ia memang belum melihat situasi.
Leo dan Reno hanya tahan napas saat seseorang baru saja masuk ke kelas dengan earphone yang menempel di kedua telinganya.
"Ssuutt ... Galang!" Ucapan Leo nyaris tidak terdengar karena seperti bisikan. Galang juga tidak peduli dan tetap memainkan ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONA (e) | END
General FictionALONA (e) ~ A Story by Yeni F. W ______________________________________ "Sendiri itu, NYAMAN." Ana, gadis dingin dengan tatapan tajam. Berwajah datar dan sedikit bicara. Tidak suka basa-basi dan membenci keramaian. Hingga, Leo hadir dalam kehidupann...