ALONA (e) 19

130 20 3
                                    

"Dia beda. Dan aku sungguh menyukainya."

Zayen Leo Ahram

"Anak Mama kenapa nih senyum-senyum sendiri?" Lia berjalan dari arah dapur menuju ruang keluarga dengan membawa nampan berisi roti cokelat dan satu teko berisi teh hangat dengan tiga gelas kecil.

Ia menatap anak lelaki satu-satunya yang saat ini terlihat bahagia.

Sedangkan Edwin hanya menggelengkan kepalanya menatap anak lelaki itu. Entah apa yang sedang dipikirkan olehnya sehingga membuatnya terlihat bahagia.

"Leo ditanyain sama Mama malah diam aja." Lia sudah meletakkan nampan di atas meja. Lalu mendudukkan dirinya di samping Edwin.

"Lagi jatuh cinta kali dia, Ma!" Edwin terkekeh melihat anaknya. Lalu beralih menatap Lia dengan senyuman.

Hari ini adalah weekend, jadi mereka tidak punya aktivitas apapun di luar dan menghabiskan waktu mereka dengan keluarga.

"Mama sama Papa ganggu aku aja!" Leo mencomot roti cokelat buatan mamanya. "Anaknya lagi seneng juga," ujar Leo.

"Emang anak Mama lagi senang kenapa?" tanya Lia. Ia mengelus perutnya yang terlihat semakin membesar.

"Biasa anak muda. Kayak Mama sama Papa nggak pernah muda aja."

Edwin dan Lia memang tidak pernah tau hubungan Leo dan Sena. Pasalnya, Leo belum pernah mengenalkan Sena pada keluarganya, karena hubungan mereka juga belum terjalin lama. Tapi, juga telah usai karena ulah Sena.

"Ma, Pa." Leo menatap orangtuanya serius.

"Kenapa, Sayang?" tanya Lia.

"Kue nya habis, Leo pergi dulu ya." Leo berjalan cepat menuju kamarnya.

"Dasar kamu ya, Leo!" ujar Lia kesal, tapi juga tidak bisa marah kepada anaknya.

"Bye Ma, Pa. Mama sama Papa pacaran aja ya di rumah. Leo pergi dulu." Leo keluar dari kamarnya dengan jaket hitam yang melapisi tubuhnya.

Sedangkan Edwin terkekeh karena ucapan anaknya. Lain halnya dengan Lia yang wajahnya berubah jadi merah.

Leo memang ada-ada saja kelakuannya.

...

Ana berjalan santai dengan mamanya di taman saat ini. Udara pagi sejenak merilekskan badan dan pikiran mereka.

Ana sengaja mengajak mamanya jalan-jalan setelah beberapa hari di luar kota. Ia tau mamanya pasti lelah dengan pekerjaannya, dan pastinya memerlukan sedikit hiburan.

"Mama suka?" tanya Ana. Sepanjang jalan mereka menikmati udara pagi. Sesekali mamanya terlihat menarik nafas dalam lalu menghembuskannya pelan.

"Anak Mama tau aja, Mama perlu liburan," jawab Geana dengan senyuman khasnya.

"Maaf ya, Ma, Ana cuma bisa ajak Mama kesini. Lain waktu, Ana pasti ajak Mama jalan-jalan ke tempat yang lebih bagus."

Ana dan Geana memilih duduk di salah satu kursi taman. Dipagi hari seperti ini, tidak terlalu banyak orang berlalu lalang di taman. Hanya ada segelintir orang yang sedang olahraga atau sekedar santai saja.

Geana kembali tersenyum, ia menatap anaknya lekat. Senyum tidak pernah luntur dari wajahnya. "Ana selalu ada di samping Mama, itu sudah cukup untuk mengobati lelah Mama. Ana nggak perlu ajak Mama pergi jauh-jauh kemanapun. Yang penting Ana selalu ada di dekat Mama," Geana menatap sendu anaknya. Sorot matanya terlalu sulit untuk diartikan.

ALONA (e) | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang