"Terima kasih untuk hari ini. Dan semoga hari ini tidak akan terulang lagi."
Alona Ray Zeena
Saat ini Ana baru saja menyelesaikan ritual mandinya. Jam sudah menunjukkan pukul 20.35. Ia membaringkan tubuhnya di atas kasur queen size miliknya. Keadaan rumah sangat sepi karena mamanya pergi keluar kota.
Ia kemudian memposisikan badannya menjadi duduk. Maraih bantal dan menyandarkannya ke belakang punggung.
Beberapa saat kemudian Ana tersenyum.
Flasback on
"Jadi rumahmu di mana?" tanya Ana yang saat ini kembali menyetir mobilnya.
"Kamu mau ke mana sekarang?" Leo tidak menjawab pertanyaan Ana, justru melemparkan pertanyaan kepadanya.
"Bukan urusan kamu! Sekarang cepat bilang alamat rumah atau Ana turunkan kamu di sini!" Ana berucap dengan datar tapi penuh perintah. Wajahnya bahkan masih datar tanpa ekspresi.
"Ikut kamu aja, kemana pun," jawab Leo. Bahkan lelaki itu tidak lagi takut dengan tatapan tajam yang saat ini Ana lontarkan padanya.
"Turun sekarang!" Ana menghentikan mobilnya dan menyuruh lelaki itu turun. Tujuan awal lelaki itu menumpang padanya kan karena ingin mengantarkan lelaki itu pulang. Tapi, sepertinya Ana menyesal karena membiarkan lelaki itu ikut bersamanya sekarang.
"Serius An?" Leo menatap Ana tidak percaya. "Yang bener aja nurunin aku di sini? Udah dibantuin juga tadi!" ujar Leo kesal. Tapi wajahnya tidak menunjukkan ekspresi kesal sama sekali, hanya gaya bicaranya saja yang dibuat-buat seakan dirinya sedang kesal.
"Jadi nggak ikhlas?!" Ucapan Ana memang selalu pedas dan jutek.
Kenapa ada perempuan seperti Ana? Yang bahkan tidak ada anggun-anggunnya di depan lelaki tampan seperti Leo.
Mungkin, itulah salah satu alasan Leo mendekati Ana, karena gadis itu berbeda.
"Ikh ... las, ya ikhlas banget tadi bantuin. Tapi, jangan juga diturunin di sini dong An."
"Kenapa?" Ana menampilkan senyum smirknya membuat Leo bergidik ngeri. "Takut didatangin preman kayak malam itu? Sampai mau kehilangan nyawa?" Ana masih mempertahankan senyum mengerikannya. Ia bahkan terlihat lebih menakutkan dengan senyum smirknya daripada tidak senyum sama sekali.
"Makanya jangan kebanyakan punya utang!" ujar Ana, lalu menjalankan mobilnya dengan tiba-tiba.
Leo yang reflek kaget pun akhirnya hanya bisa mengelus dadanya pelan.
Lelaki tampan yang tidak beruntung. Pikir Leo jika sudah berhadapan dengan gadis seperti Ana.
...
Ana membuka pintu mobilnya saat sudah berhenti tepat di depan sebuah gedung bertuliskan Panti Asuhan Binaan.
Leo juga mengikuti arah gerak Ana dan keluar dari mobil. Ia baru tau ternyata ini tempat tujuan gadis itu. Samar-samar Leo melengkungkan bibirnya membentuk senyuman, entah karena apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONA (e) | END
General FictionALONA (e) ~ A Story by Yeni F. W ______________________________________ "Sendiri itu, NYAMAN." Ana, gadis dingin dengan tatapan tajam. Berwajah datar dan sedikit bicara. Tidak suka basa-basi dan membenci keramaian. Hingga, Leo hadir dalam kehidupann...