ALONA (e) 11

142 24 0
                                    

"Segala hal yang kita mau, tidak semua menjadi keinginan orang lain juga. Terkadang banyak hal yang menjadi halangan. Dan halangan itu datang dari orang yang disayang."

Alona Ray Zeena

Drrtt Drttt

Ponsel milik Ana berdering. Tertera nama mamanya di layar utama. Ana segera berdiri keluar dari perpustakaan agar tidak menganggu orang lain yang sedang belajar.

Digesernya tombol warna hijau keatas, saat sudah berada di luar perpustakaan.

"Hallo, Ma," sapa Ana saat sudah mengangkat telpon dari mamanya.

"..."

"Masih Ma, kemungkinan jam 4 sore Ana pulang."

"..."

"Harus sekarang banget Ma?" tanya Ana sambil melirik jam yang melingkar di tangannya menunjukkan jarum pendek diangka 10.

"..."

"Iya, Ma, Ana pulang," sahut Ana akhirnya.

Ana segera merapikan buku-bukunya dan memasukkannya ke dalam tas. Ia bergegas keluar perpustakaan menuju tempat parkiran motor. Sebelumnya, Ana sudah menghubungi dosen mata kuliah Statistika dan Akuntansi, bahwa Ana tidak bisa hadir karena urusan mendadak.

Sebelumnya mamanya tidak pernah begini. Jika ada hal penting yang ingin dibicarakan pasti tidak akan mengorbankan jam kuliahnya seperti ini.

Mama kenapa ya? Ada masalah penting apa memangnya? Batin Ana bertanya.

...

Ana segera memarkirkan motornya di garasi rumah miliknya. Keadaan rumah masih tetap sama saja.

Sepi.

Dengan perlahan Ana membuka pintu rumah sambil mengucapkan salam.

"Assalamualaikum," salam Ana yang sudah masuk di dalam rumah.

"Waalaikumsalam," jawab mamanya dingin.

Mama kenapa nggak kayak biasanya?

"Mama kenapa? Mama baik-baik aja 'kan?" tanya Ana yang sekarang sudah duduk di sofa samping mamanya.

"Sejak kapan kamu ke sana lagi?" tanya mama Ana yang membuat kening Ana bertaut. Binggung dengan ucapan mamanya.

"Sejak kapan? Maksud Mama apa? Ana nggak ngerti, Ma," ujar Ana yang memang tidak mengerti ucapan mamanya.

"Kamu juga udah berani bohong sama Mama. Jawab Mama, sejak kapan kamu ke sana lagi, Ana?!" tanya mamanya lagi dengan nada suara yang lebih tinggi.

Ana tidak pernah melihat mamanya semarah ini, sampai mengeluarkan suara dengan nada tinggi. Tapi Ana memang tidak mengerti maksud mamanya.

"Ke sana kema--"

"Ke panti itu!" ucap mamanya menghentikan ucapan Ana.

Jadi ini maksud Mama, kenapa Mama bisa tahu semua ini? Kali ini Ana nggak bisa bohong lagi. Batin Ana.

"Jadi Mama udah tahu tentang ini?" tanya Ana. "Maafin Ana Ma, Ana nggak ada maksud buat bohongin Mama. Tapi, Ana memang harus berbohong. Karena pasti Mama akan larang Ana untuk ke sana."

ALONA (e) | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang