"Apa bisa kebencian itu berkurang, karena suatu kebenaran yang baru saja terungkapkan?"
Alona Ray Zeena
Ana dan Geana berjalan mendekati dua orang yang cukup familiar. Sesekali Geana melihat Ana meremas ujung bajunya sendiri. Mungkin saja gadis itu terlalu gugup ataupun belum siap bertemu lagi dengan orang yang beberapa tahun ini ia benci.
"Ma, Ana ... Ana belum siap," ujar gadis itu pelan. Ini tidak seperti dirinya dulu, yang tidak pernah terlihat lemah dan selalu menatap dengan penuh intimidasi kepada lawan bicaranya, kecuali kepada Geana.
Geana tersenyum lembut, "Percaya sama Mama, semua akan baik-baik saja." Geana berucap dengan sangat lembut, tangannya juga menggenggam erat tangan milik Ana, seakan memberi gadis itu sedikit ketenangan.
Ana menganggukkan kepalanya pelan, "Iya, Ma."
Perlahan keduanya semakin dekat, membuat Ana semakin mengeratkan genggaman pada tangan mamanya.
Ana menarik nafasnya sejenak, "Papa, Tante Lia," ucap Ana pelan, namun sepertinya didengar oleh kedua orang yang disapanya tadi.
Buktinya kedua orang itu menoleh, dan Ana mendapati ekspresi keterkejutan yang tercetak jelas di wajah keduanya.
"Ana," panggil Lia, wanita itu langsung memeluk Ana erat. Sesaat, membuat gadis itu kesulitan untuk bernapas.
"Tan." Ana bergerak tidak nyaman karena pelukan Lia yang terlalu kuat.
Lia yang menyadari ketidaknyamanan Ana, akhirnya melonggarkan sedikit pelukannya, "Maaf, Tante terlalu senang lihat kamu datang," ujar Lia.
Kini ia melepas pelukannya dari gadis itu, kini pandangannya beralih ke Geana yang sejak tadi terdiam.
"Jeng Geana, maaf," ucap Lia lirih.
Geana tersenyum, "Jeng Lia nggak salah, nggak perlu minta maaf. Dari awal aku yang salah." Kembali Geana menyalahkan dirinya sendiri.
"Ana udah tau, semuanya." Kali ini Ana berucap dengan pandangan ke arah Edwin yang juga sedang menatapnya.
"Tapi, walaupun kebenaran ini udah Ana ketahui, rasa benci Ana terhadap Papa tetap ada. Ya, walaupun mungkin sedikit berkurang."
"Maaf, Pa. Bagi Ana cukup sulit untuk menerima semuanya, karena nyatanya Papa memang meninggalkan Ana dan Mama, apapun itu alasannya, seharusnya Papa nggak seperti itu." Baru kali ini gadis itu mengucapkan kalimat yang panjang kepada papanya.
Mungkin, gadis itu ingin mengakhiri semuanya secepat mungkin.
...
Leo, Ana minta maaf. Walaupun Ana tau, kamu nggak bisa dengar permintaan maaf Ana.
Ana memang egois dan selalu mengabaikanmu.
Ana terlalu jahat, dingin dan nggak punya perasaan.
Semua ada alasannya, Leo. Ana hanya nggak mau membuka luka lama yang udah Ana tutup serapat mungkin.
Ana tau ini udah telat, tapi Ana tetap akan bilang.
Ana sayang Leo.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONA (e) | END
General FictionALONA (e) ~ A Story by Yeni F. W ______________________________________ "Sendiri itu, NYAMAN." Ana, gadis dingin dengan tatapan tajam. Berwajah datar dan sedikit bicara. Tidak suka basa-basi dan membenci keramaian. Hingga, Leo hadir dalam kehidupann...