"Semudah itu bilang kembali? Dan dengan semudah itu aku bilang tidak!"
Zayen Leo Ahram
Sena berjalan dengan cepat menuju mobilnya yang sudah terparkir di halaman rumahnya.
Mamanya memanggilnya dengan lantang. Namun tidak membuat langkah gadis bernama Sena itu berhenti.
Ia masuk ke dalam mobilnya dan menjalankannya menjauh dari pekarangan rumah.
"Semua orang yang aku kenal sama aja!"
"Nggak ada yang bisa ngertiin aku!"
Sena mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Saat ini yang ada dipikirannya hanya ingin segera sampai di kampus dan menemui orang itu.
Ciitt
Jantung Sena berdetak tidak karuan. Sesaat napasnya tertahan menatap objek yang ada di depannya saat ini.
Beruntung ia masih bisa menghentikan mobilnya walaupun dengan cara yang cukup bahaya.
Sena masih berada di dalam mobil, enggan keluar walaupun hanya untuk mengecek keadaan seseorang yang hampir saja kehilangan nyawa karena ulahnya.
Sena tidak peduli.
Pikirannya kalut, dan hanya ada nama satu orang itu yang terus dipikirkan olehnya.
Ia lalu menjalankan mobilnya kembali yang sempat beberapa detik berhenti. Bahkan teriakan pertanggungjawaban dan hujatan dari orang-orang yang ada di sana ia abaikan.
Ia kembali mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Seakan kejadian tadi tidak membuatnya sadar akan bahaya.
...
Ana memasuki ruangan kelas. Seperti biasa, tetap dingin dan berwajah datar.
Beberapa mahasiswa melirik ke arahnya. Menatapnya secara diam-diam. Saling berbisik lalu kembali menatap ke arah Ana.
Ana tidak peduli.
Ia juga tidak merasa terusik. Bukan, bukan tidak merasakannya. Ia hanya sudah kebal dan terbiasa dengan hal seperti itu.
Sendiri.
Sepi.
Namun, nyaman.
Ana mengeluarkan earphone dari saku celananya. Menyelipkannya di kedua telinga lalu menyambungkan bagian ujung kabel di ponselnya. Tangannya bergerak di atas layar, setelah dirasa mendapatkan yang pas, ia lalu membuka buku bertuliskan Perpajakan dan mulai larut di dalam huruf dan angka-angka yang disukainya.
Beberapa menit Ana menghabiskan waktu untuk membaca buku. Masih ada sekitar 5 menit sebelum kelas jam pertamanya dimulai.
Ia melirik bangku yang berada di dekatnya. Entah kenapa Ana merasa berbeda saat belum ada seseorang yang mendudukinya.
Kemana dia?
Ana menggelengkan kepalanya. Bisa-bisanya ia mengucapkan kata itu. Walaupun hanya ia ucapkan dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONA (e) | END
General FictionALONA (e) ~ A Story by Yeni F. W ______________________________________ "Sendiri itu, NYAMAN." Ana, gadis dingin dengan tatapan tajam. Berwajah datar dan sedikit bicara. Tidak suka basa-basi dan membenci keramaian. Hingga, Leo hadir dalam kehidupann...