ALONA (e) 14

134 25 1
                                    

"Mau ngaku sendiri, atau aku bongkar langsung?!"

Zayen Leo Ahram

"Tumben galau, kesambet apaan?" tanya Reno yang saat ini duduk bersebelahan dengan Leo dan Galang di kursi selasar. Menunggu jam mata kuliah selanjutnya.

"Emang aku kelihatan galau?" tanya Leo balik.

"Mukanya Leo 'kan emang gitu," sahut Galang tanpa mengalihkan pandangan dari ponsel miliknya.

"Emang gitu gimana?" Ucapan Galang terasa ambigu di telinga Leo. "Aku tau, aku ganteng dari dulu mau kayak gimanapun keadaan aku," ucap Leo membanggakan dirinya.

"Hay, Sayang," sapa sebuah suara yang sudah sangat dikenal oleh ketiga lelaki itu.

"Eh Sena! bucinnya abang Leo," ujar Reno.

Leo tersenyum melihat kedatangan Sena yang langsung mengandeng lengan Leo.

"Sen, Leo lagi galau tuh! Dari tadi diam terus." Ucapan Reno membuat kerutan di dahi Sena. Sedangkan Leo hanya diam tanpa mau menimpali ucapan sahabatnya tersebut.

"Sayang galau kenapa?" Sena memperlihatkan kekhawatiran di wajahnya.

Sekhawatir itu setelah mengkhianati hubungan?

"Jangan percaya omongan tuh bocah. Dia kan suka ngawur." Leo terkekeh disela ucapannya.

"Kantin aja yuk?" Leo sudah berdiri mengajak Sena.

"Ikut!!" seru Galang dan Reno berbarengan.

"Nggak usah ngikut!" ujar Sena dan Leo berbarengan juga.

"Yaelah, kompak amat," ujar Reno dengan wajah memelas. "Ajak Rose aja deh."

"Lang, kamu ajak Febi sama Adam ya," ujar Reno lalu meninggalkan Galang sendiri.

"Kenapa jadi aku yang ditinggal?" Galang menggelangkan kepalanya melihat mereka yang sudah menjauh meninggalkannya sendiri.

...

"Adam nggak ikut?" Leo bertanya pada mereka yang saat ini duduk dalam satu meja.

Hanya ada mereka berenam.

"Nggak tau tuh anak ke mana, dihubungin nggak aktif ponselnya," jawab Galang tanpa mengalihkan pandangannya dari bakso divhadapannya.

"Dia juga jarang kayaknya ke kampus," ujar Reno menanggapi.

"Yang, kamu tau Adam ke mana?" Ucapan Leo menghentikan aktivitas makan Sena. Raut wajahnya seketika berubah, namun hanya sesaat.

"E ... enggak tau, Yang! Mungkin dia lagi sibuk." Sena menjawab dengan sedikit tergugup.

Leo hanya menganggukkan kepalanya dan kembali memakan makananya.

Kalau kamu nggak mau jujur sendiri, aku yang akan buat kamu jujur.

...

Ana memasuki kantin yang sangat ramai. Langkah kakinya sedikit ragu untuk terus masuk ke dalam.

Kriukk kriukk

"Memalukan sekali!" gumam Ana mendengar suara dari perutnya.

Ia benar-benar lupa membawa bekal dan berakhir melangkahkan kaki di kantin ini.

Ini adalah pertama kali ia menginjakkan kakinya di kantin.

Pandangan semua orang tertuju padanya saat ia melangkah lebih dalam. Suasana kantin yang tadinya ramai menjadi sunyi tanpa suara.

ALONA (e) | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang