Chapter 1 : Sosok

976 94 7
                                    

    Jam menunjukkan pukul sepuluh malam, namun gadis itu terus memandangi layar laptopnya sembari mengetikkan sesuatu disana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


    Jam menunjukkan pukul sepuluh malam, namun gadis itu terus memandangi layar laptopnya sembari mengetikkan sesuatu disana. Referensi demi referensi sudah ia baca untuk menambah tulis di makalahnya.

    Tak lama handphone nya bergetar dengan nama Dimas yang terpampang di layarnya. Segera ia mengangkat dan menyalakan speaker dan lanjut mengetik.

"Tugasnya belum selesai sayang ?"

"Belum, kamu katanya mau bantuin aku hari ini tapi aku tungguin kok nggak dateng, " ujarnya sedikit sinis. Bagaimana tidak pacarnya itu sudah berjanji untuk membantunya menyelesaikan tugas, nyatanya sudah dua jam lamanya ia menunggu Dimas tak kunjung datang.

"Maaf.., tadi Rima baru pulang jadi aku harus jemput dia dulu di bandara, " jelasnya.

Stephani mendengus jengah lalu membalas, "kenapa nggak bilang sama aku tadi, kalau tahu gitu' kan kita bisa jemput sama sama."

Argumen mereka terus berlanjut sampai jam satu pagi Stephani bisa tidur setelah pacarnya menjanjikan akan membantunya esok hari.

    Singkat cerita Stephani sudah berada di kampus tempat dia dan Dimas belajar. Mereka mengambil jurusan yang berbeda, Stephani mengambil jurusan pendidikan bahasa Inggris sedangkan Dimas mengambil jurusan pertanian. Seperti biasanya Dimas mengantar Stephani menuju kelasnya. Memang agak sedikit ' alay' sih, toh Stephani juga bisa jalan sendiri, namun ini cara mereka menunjukkan rasa sayang satu sama lain, dan juga cara ini ampuh untuk membuat Stephani tak diganggu oleh cowok cowok genit di kelasnya.

"Belajar yang rajin ya sayang, nanti pulang aku jemput lagi disini," ujar Dimas sambil mengelus puncak kepala Stephani dengan lembut. Posisi mereka berada di depan pintu kelas, jadi aksi mereka ini mengundang kagum sekaligus iri bagi siapapun yang melihatnya.

    Sembari menunggu sejoli itu pulang dari kampus, mari kita beralih pada Marchel. Tempat tinggal Marchel sendiri jauh dari Stephani dan Dimas namun, mereka masih berteman baik sampai sekarang. Diantar sang ayah, Marchel duduk di kursi penumpang sembari menikmati rintikan air hujan melalui jendela. Dulu sewaktu SMA , Marchel paling suka berangkat sekolah menggunakan mobil sendiri. Kemana mana ia selalu mengendarai mobil seorang diri ataupun di temani oleh Dimas. Namun, kini entah mengapa rasanya Marchel malas menggunakan mobil, kemana mana ia selalu diantar sang ayah atau pun mamanya.

    Singkat cerita Marchel sudah masuk di kelasnya. Kebetulan hari ini dia ada kelas presentasi, Marchel yang notabennya pandai berkomunikasi, persentase pun bisa dianggap hal yang kecil olehnya asalkan ia menguasai semua materi yang ada. Nama Marchel sendiri cukup populer dikalangan mahasiswa baru, mungkin karena wajahnya yang bisa dibilang tampan dan juga aura dinginnya. Dingin? Hanya karna matanya yang sinis ketika bertemu orang baru membuatnya dijuluki ' dingin' padahal dia hanya malas menanggapi orang tersebut.

    Rasanya kurang lengkap kalau kita tidak mengenal cowok yang satu ini. Hazby Habibi atau biasa dipanggil Hazby ini juga teman dekat mereka. Berbeda dengan teman temannya, Hazby sendiri kini telah menjadi pengusaha yang mempunyai 100 lebih pegawai. Bergerak di bidang makanan pastilah tidak mudah untuk Hazby apalagi perusahaannya ini belum besar.

    Di malam hari mereka menyempatkan waktu untuk berkomunikasi, ini yang membuat hubungan mereka masih terjaga. Melalui video call mereka bertukar kabar sekaligus canda, melepas penat seharian dengan tawa adalah sesuatu yang sempurna untuk menutup hari.

"Nggak lama lagi liburan, Marchel kapan dateng kesini ?" Tanya Stephani.

"Rencananya ya liburan besok ini, gimana? Pada setuju nggak? " Jawab Marchel dan disambut meriah dari yang lain.

" Woah! Mantap chel! Nanti kita bertiga jemput," ucap Dimas dengan semangat.

    Hari yang ditunggu pun datang. Kini mereka bertiga tengah menunggu kedatangan Marchel di bandara. Rasa tak sabar terus menggebu di hati mereka sampai sampai mereka tak mengobrol dan hanya memandangi orang orang yang lewat dan berharap itu Marchel. Tak lama Hazby melihat Marchel dari kejauhan langsung saja dia berteriak dan berlari menuju Marchel. Mereka berpelukan layaknya teletubbies, sangking bahagianya Stephani menangis haru yang membuat maskara nya luntur.

"Phan, mata lo kenapa?" Tanya Hazby setelah melepaskan pelukan dan menyadari ada yang salah dengan Stephani. Sontak mereka bertiga tertawa ketika menyadari bahwa maskara Stephani luntur.

"Aaa.., gara gara Lo nih, chel." Rengek Stephani lalu dipeluk oleh Dimas.

    Dikediaman rumah Dimas mereka berkumpul disini. Rencananya, Marchel akan menginap di sini termasuk Hazby dan juga Stephani. Disini mereka bukan cuma berempat namun, berlima dengan adik Dimas yaitu Rima yang ikut dalam rencana liburan mereka. Dimas dan yang lainnya sudah memutuskan untuk mengadakan trip liburan ke beberapa daerah di indonesia. Destinasi mereka yang pertama adalah banyuwangi, mereka sempat mencari tahu tentang banyuwangi di internet dan ternyata banyak sekali tempat yang menarik untuk mereka kunjungi salah satunya adalah alas purwo, mereka berencana untuk berkemah disana untuk satu hari kemudian dilanjutkan ke tempat yang lain. Hari ini mereka mengurus tranportasi untuk ke sana, pertama dari sini ke banyuwangi menggunakan pesawat lalu untuk ke alas purwo mereka menggunakan mobil.

    Hari berganti malam. Sambil menunggu Stephani dan Rima memasak makan malam di dapur, Dimas dan Hazby asyik bermain game diruang tengah sedangkan Marchel sibuk dengan laptopnya yang mencari informasi lebih lanjut tentang tempat yang mereka akan kunjungi. Mulai dari fasilitas tempat tersebut, mitos bahkan apa apa saja yang tidak boleh dilakukan disana.

"Guys, nanti disana kalian jangan ngomong yang aneh aneh ya, tempat disana mistis," ujar Marchel

"Tenang gue'kan anak baik baik, nggak bakalan gue ngomong kasar," ujar Dimas dengan mata dan jari yang fokus ke game yang memperlihatkan Dimas yang tengah di kejar oleh Hazby dan tak berselang lama Hazby berhasil menembak dimas dari belakang, "wah anj*ng, ah curang lu, by. "

"Kan, baru di bilangin. " Marchel hanya tersenyum melihat tingkah Dimas yang kini beralih kemeja makan dan enggan untuk menatap hazby. Sedangkan Hazby hanya bisa tertawa puas melihatnya.

    Hari yang ditunggu pun datang, saat ini mereka berlima tengah berada di pesawat yang akan membawa mereka ke Banyuwangi. Tak butuh waktu lama mereka sampai di bandara internasional Banyuwangi. Pertama mereka akan ke hotel untuk beristirahat sebentar baru keesokan harinya mereka berangkat ke alas purwo.

    Keesokan harinya mereka sudah sampai di tempat tujuan menggunakan mobil yang sudah mereka sewa. Pemandangan yang pertama mereka lihat adalah hamparan pepohonan hijau yang membentang luas, udara yang sejuk membuat mereka tak henti hentinya merasa takjub. Berhubung waktu mendekati sore, jadi para cowok pun membangun tenda sedangkan Rima dan Stephani bermain di pantai yang tak jauh dari sana.

Cekrek! Cekrek!

Stephani berganti gaya ketika Rima telah menekan tombol foto. Berlatarkan langit yang mulai ke merah- merahan, Stephani terus bergaya dari gaya jongkok hingga gaya terbang.

"Kak gantian dong, " ujar Rima .

Stephani pun bersedia ia memfoto rima dengan latar belakang yang sama kemudian dilanjutkan dengan latar hutan. Setelah puas bersua foto mereka pergi untuk membantu yang lainnya.

    Dua tenda sudah berdiri perlengkapan yang lainnya sudah dikeluarkan. Stephani melihat kembali hasil jepretan foto dari Rima yang berada di ponselnya. semula tidak ada yang aneh sampai foto Rima yang berlatarkan hutan menarik perhatiannya, sosok hitam yang muncul diantara pohon dengan mata yang seolah olah memperhatikannya, awalnya ia tak percaya dan mengira itu adalah biasan cahaya namun, setelah ia beralih ke foto berikutnya sosok itu tak ada. Karena tak mau negative thinking ia menanyakannya kepada Rima.

" Rim, kamu lihat apa aja di foto ini ?" Tanya nya dengan memperbesar objek sosok tadi.

" Pohon."

Deg! Rima tak melihatnya tapi kenapa Stephani bisa melihatnya sedangkan Rima tidak.




PETAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang