Marchel dan yang lainnya datang tepat waktu sebelum mahkluk tersebut mendekat kearah Dimas dan Stephani yang kini tengah terduduk dengan Dimas yang memeluk Stephani."Dimas !" Seru Marchel dengan jarak yang hampir dekat.
Dimas dan Stephani akhirnya bisa bernapas lega setelah mendengar suara Marchel.
Langit sudah berubah menjadi hitam, ditemani oleh suara jangkrik mereka mulai menyusuri jalan dengan hati hati, tak lama mereka sampai. Setelah mengobati luka Hazby mereka pun masuk ke tenda masing masing untuk istirahat. Belum sampai menutup tenda, seorang laki laki datang ketenda Marchel lalu berkata, "ini mas kopinya, maaf lama soalnya saya ke pantai dulu sama teman teman," ujarnya sambil menyodorkan dua bungkus kopi kepada Marchel.
"Loh, buat siapa ini mas ?" Tanya Marchel bingung.
"Itu buat mas yang itu, tadi rencananya kita mau ngopi bareng tapi saya lupa, yaudah mas saya balik dulu ya," ucapnya sambil menunjuk kearah Dimas yang kebetulan ada ditenda yang sedang tidur, lalu dia berpamitan pergi. Sepertinya itu teman Dimas yang kebetulan ikut berkemah disekitar sini. Marchel kemudian masuk kedalam dan tidur.
Dimas bangun dengan kedua temannya yang tidak ada ditempat dan dengan tenda yang terbuka. Ia pun keluar dan menemukan mereka yang tengah berbincang dengan secangkir kopi ditangannya masing masing.
"Eh dim, udah bangun lo, sini ngopi dulu," ajak Hazby dengan plester di tangan, kaki dan pipi kirinya.
"Enggak deh, Rima sama Stephani belum bangun ?" Dimas duduk disamping hazby
"Pergi ke pantai mereka, katanya mau olahraga. Dim, tadi malem ada yang ngirimin kopi buat lo, temen lo ada disini juga ?" Tanya Marchel kemudian menyeruput kopi yang ada dicangkirnya.
"Temen ? nggak tahu gue, kopi apaan emang ?" Tanya Dimas.
Marchel memperlihatkan kopi hitam yang ada di cangkirnya.
"Kopi hitam, lo kan tahu gue nggak suka kopi hitam," ujarnya
Marchel terdiam, dia baru ingat kalau temannya itu tak suka kopi hitam. Lalu siapa cowok itu ?
Beralih ke Stephani dan Rima yang berada di pantai, mereka tengah berlari di bibir pantai dengan sesekali menghirup napas yang segar. Berbeda dengan Stephani yang cenderung was was dan selalu menoleh kebelakang sebenarnya, tujuannya kesini adalah untuk mencari tahu makhluk apa yang muncul di fotonya kemarin.
Setelah lelah berlari, mereka memutuskan untuk beristirahat dan duduk diatas pasir pantai yang putih. Karna merasa ada yang ganjal dengan Stephani, Rima pun menanyakannya, "ada apa sih kak, dari tadi noleh kebelakang mulu."
"Emm.., nggak pa-pa kok," ujarnya
Sebelum mereka kembali ke tempat kemah, Stephani sempat mengambil foto dibeberapa spot hanya untuk memastikan bahwa apa yang ia lihat itu benar ada.
Setelah sarapan mereka membongkar tenda dan mulai berkemas lalu menuju mobil untuk pulang. Sebelum meninggalkan tempat itu mereka menyempatkan untuk berdoa dan meminta maaf apa bila selama mereka disini berbuat salah.
Tujuan mereka selanjutnya adalah ke rumah teman kuliah Marchel yang kebetulan tinggal di Banyuwangi. Rencananya Marchel akan meminta temannya ini untuk menunjukkan destinasi apa saja yang ada di Banyuwangi. Lihat apa yang sudah di rencanakan cowok itu sangat merinci dan sangat mempersiapkannya dengan matang.
Tak butuh waktu lama mereka sampai di sebuah kampung yang lumayan besar. Setelah memarkirkan mobilnya Marchel langsung menelpon temannya untuk datang.
"Marchel !" Seru seorang cewek berambut pendek tengah melambai lambaikan tangannya dari kejauhan.
Mereka dibawa di rumah yang lega dengan angin sepoi sepoi yang menyapa mereka, aura yang segar ikut mereka rasakan saat pertama kali mereka menginjakkan kaki tak lupa dengan serba serbi tanaman hijau yang menyejukkan mata menambah keindahan tersendiri di rumah.
Mereka di persilahkan masuk dan duduk diruang tamu.
"Guys kenalin dia namanya Arum teman kuliah gue," ujar Marchel memperkenalkan Arum kepada teman temannya satu persatu.
Dari semua teman teman Marchel yang paling menarik perhatian Arum adalah Stephani. Arum melihat sosok perempuan berkebaya yang dengan anggunnya berdiri di samping Stephani. Ya memang konon katanya semua orang memiliki penjaganya masing masing namun, berbeda dengan sosok yang berada di samping Stephani ini, sosok tersebut tidak berbahaya namun kehadirannya memancing mahkluk lain untuk menggangu Stephani. Arum terus memperhatikan sosok tersebut sampai sampai matanya sendiri terasa pedih.
"Arum, lo nggak pa-pa ?" Tanya Marchel ketika menyadari mata Arum berair.
Arum tak menggubrisnya ia menatap tajam Stephani sambil berujar, "Pergi."
Suasana mulai tegang ketika tiba tiba saja vas bunga yang berada di meja jatuh dengan sendirinya. Marchel menoleh ke Stephani yang kini ketakutan karena terus di tatap tajam oleh Arum, awalnya ia tak melihat apa apa namun setelah Marchel perhatikan dia melihat sosok perempuan berkebaya berdiri di samping Stephani dengan wajah dan mata yang merah menyeramkan menatap tajam Arum dengan penuh kebencian. Karna takut terjadi hal yang tidak di inginkan, Marchel menutup mata Arum dengan tangannya kemudian menyuruh Rima untuk membawa Stephani pergi menjauh dari Arum. Dimas membantu menenangkan Arum, kemungkinan ada mahluk yang masuk kedalam tubuh Arum. Dimas sendiri merasakan perubahan aura yang tadinya sejuk dan nyaman malah berubah menjadi sesak dan suram. Dimas memegangi tangan Arum sembari Marchel melafalkan ayat ayat suci untuk mengembalikan Arum.
KAMU SEDANG MEMBACA
PETAKA
TerrorSeperti Dejavu, kejadian 4 tahun lalu kembali terulang dan menghantui Marchel dan yang lainnya. Cerita 4 tahun yang lalu ternyata belum selesai, para iblis terus terusan menganggu mereka seakan menuntut balik apa yang mereka renggut. Stephani hanya...