Chapter 16: Candramaya

199 17 4
                                        

     Suara gemericik air terhenti saat kepala keran itu diputar, Stephani segera menggulung rambutnya keatas dengan handuk lalu berjalan menuju meja rias dan ingin mengeringkan rambutnya di sana. 

     Dia menatap pantulan dirinya sendiri, masih membayangkan betapa mengerikan dirinya yang dirasuki beberapa roh dalam hari yang sama. Awalnya Stephani hanya melihat gumpalan seperti asap tebal berwarna abu abu kehitaman di sertai hawa yang sangat dingin, lalu lama kelamaan asap tersebut mendekatinya dan dirinya tidak ingat apapun lagi dan terbangun dengan tubuh yang sangat lemas sampai dirinya tak kuat untuk berjalan.

     Dengan tatapan kosong Stephani terus menerus menatap cermin di depannya sampai ia tak sadar telah membuat wajah yang mengerikan. 

Apa yang kau pikirkan?

     Suara perempuan paruh baya berbisik ditelinga kanan membuat dirinya terperanjak sembari menutupi kedua telingnya. Tak ada siapapun, Stephani menelan salivanya di sertai napas yang tersenggal senggal. Atmosfer di kamarnya tiba tiba saja berganti menjadi dingin, padahal jendela dikamarnya tertutup rapat.

     Dengan perlahan Stephani memberanikan diri untuk menoleh lurus kearah cermin. Lewat pantulannya Stephani mendapati dua sosok yan tengah berdiri tepat di belakangnya. Satu memakai kebaya hitam dengan sanggul khas jawa dan satunya lagi pria tinggi berbadan kurus dan juga rambutnya yang gondrong. Wajah menyeramkan mereka sama sama  menatap  Stephani yang kini tak bisa berbuat apa apa, tubuhnya seakan membeku melihat sosok menyeramkan yang ada di depannya. Tak berselang lama Stephani pun tak sadarkan diri.

     Alam bawah sadarnya membawa Stephani kesebuah ruangan serba putih dengan asap tebal berwarna putih ke abu abu an yang mengelilinginya. Tak ada siapa siapa di sana selain dirinya sendiri. Namun, tiba tiba saja dari sebelah kanannya sesosok wanita berkebaya muncul dihadapannya dengan wajah yang tidak semenyeramkan tadi. sosok tersebut tersenyum lalu berusaha mengusap puncak rambut Stephani namun ia memundurkan satu langkah kebelakang.

"Mungkin ini saatnya aku memperkanalkan diriku kepadamu."Ujarnya sembari tersenyum mendapati wajah Stephani yang masih ketakutan.

"Namaku Candramaya, kamu bisa memanggilku Maya. Aku diperintahkan oleh mendiang kakekmu untuk menjagamu karena dia tahu kalau kamu mempunyai aura yang cukup kuat." Sosok bernama Candramaya itu melangkah maju dengan anggun sampai posisi mereka berhadap hadapan.

"A-apa maksud kamu?"

      Sebenarnya Stephani sudah tahu ada yang tidak beres dengan tubuhnya, tiba tiba saja dia merasa kalau ditubuhnya ini ada sosok yang lain dan Stephani juga merasa bahwa dia dapat mengendalikan sosok yang ada ditubuhnya.

"Aku yakin kamu bisa merasakan kehadiranku, benar bukan?" Tanya Maya sembari mengelus puncak rambut Stephani.

"Kamu benar nyata?"

"Benar sayang, aku nyata. Aku adalah jiwa yang tersesat lalu dirawat oleh kakekmu khusus untuk menjagamu."

     Ternyata darah campuran seperti Stephani juga bisa mendapatkan seorang penjaga. Sejak kecil Stephani tidak pernah bertemu dengan kakek neneknya di karenakan meninggal saat usia Stephani 2 tahun sejak itulah ia tinggal dengan ayahnya karena ibunya memilih untuk kembali ke jepang dan menikah di sana dan sampai saat ini Stephani belum pernah bertemu dengan ibunya.

"Aku tahu kamu belum pernah melihat wajah kakekmu. Sini akan ku tunjukkan." Maya menutup kedua mata Stephani dengan telapak tangan kanannya.

     Stephani kecil dudu didepan teras rumah yang menghadap langsung dengan pohon mangga yang berbuah lebat. Seorang pria paruh baya sebut saja Hans dengan telaten memotong buah mangga lalu memberikan irisan kecil kepada Stephani yang dengan lahap memasukkan sebagian irisan buah tersebut dengan tangan mungilnya. Kedua pipinya yang gembul penuh dengan sisa sisa air mangga yang menetes dan mengotori dress putih yang ia kenakan. Hans  membersihkannya menggunakan sapu tangan berwarna abu abu dengan ulasan senyum ringan di wajahnya.

Boom..!

    Suara dentuman keras terdengar dari dalam rumah. Seolah tahu apa yang akan terjadi Hans  dengan sigap menggendong Stephani lalu memalingkan wajahnya agar tidak melihat ke arah rumah, karena sekarang segerombolan mahluk dengan berbagai bentuk menatap tajam dengan mata mereka yang berwarna merah darah dan juluran lidah mereka yang panjang seakan telah menemukan mangsa untuk disantap.

"Maya!" Sosok perempuan paruh baya menggunakan kebaya hitam muncul di samping dengan kaki yang tidak menapak tanah sama sekali.

     Diserahkannya Stephani untuk diambil alih oleh Maya. Dibawanya Stephani menjauh dari sana, Stephani kecil tersenyum lebar sembari mengusap lembut wajah maya yang saat itu menunjukkan wajah cantik. Maya membawa Stephani ke taman bermain dan memberiarkan anak itu bermain pasir sampai dress putihnya berganti menjadi kecoklatan,

    Sementara Hans tengah menghadapi segerombolan iblis yang meraung meminta jatah.

"Sudah 25 tahun kami menunggu, kami sudah berikan apapun yang kamu mau, bahkan kekuatanmu itu kami yang berikan!" salah satu iblis dengan memamerkan giginya yang taring dan juga lidahnya yang panjang.

     Dengan langkah gontai, Hans mendekat, "aku akan menebus semua dosaku dan membubarkan kumpulan sesat itu, aku tidak mau lagi melihat mayat mayat tak berdosa berjatuhan." Pria itu berlutut, menumpahkan seluruh penyesalannya selama ini. Air matanya jatuh menyusuri pipi dan dagunya, kebodohannya membawa bencana bagi sebgain keluarganya, uang dan kekuasaan telah membutakan hati nuraninya. Jiwanya yang kosong dengan mudah tergoda oleh omongan para iblis yang berjanji akan mewujudan semua mimpi mimpinya.

"Argh! Dasar manusia bodoh! Baiklah kau tak akan meilhat nyawa berjatuhan tapi, perkumpulan itu harus tetap berlanjut." Setalah itu, para iblis menyerang tubuh Hans tanpa henti, mereka menghisap seluruh energinya mulai dari ubun ubun kepala sampai ujung kaki, sebagian iblis lainnya merobek dadanya dan merenggut jantungnya yang masih berdetak.

"Maya.., ku titipkan dia padamu, mulai sekarang kau miliknya." 

     Benang merah yang terhubng antara Maya dan Hans  telah putus  dan kini berganti dengan Stephani. Maya sepenuhnya milik Stephani.

     Candramaya hantu berkebaya khas jawa itu Hans temukan saat dia berkunjung ke Jogja. Saat itu Maya dikelilingi asap hitam pekat tanda kemarahan dan sedih yang teramat dalam. rambutnya yang acak acakan dan sanggulnya yang hampir jatuh juga wajah mengerikannya terpasang jelas saat pertama kali Hans meilhatnya. Hans berikan senyuman lembutnya lalu mengulurkan tangan kananya.

"Mungkin aku tidak bisa membalaskan dendammu, namun aku bisa menemanimu sampai kau menemukan jalan pulangnmu." Maya memperlihatkan lagi wajah menyeramkannya dengan melelehkan sebagian batok kepalanya sampai otaknya yang segar dan masih berdenyut terhilat. Hans mengerti dan kembali mengulas senyum.

"Baiklah jika kamu memilih tidak bertemu putramu di surga dan memilih menjadi hantu jahat yang selamanya tinggal didunia antara hidup dan mati, aku tak akan memaksa." Hans berbalik dan hendak pergi namun suara Maya menghentikannya.

"Aku ingin bertemu anakku..., Pria brengsek itu telah membunuh anakku! ...  Aku ingin bertemu anakku! ...  Pria brengsek itu membunuh anakku! ... Aku ingin bertemu anakku! ..." Tanpa sadar Maya menyetujui ajakan Hans  dan terbentangnya benang merah yang mengaitkan mereka satu sama lain. 

"Kau akan sangat membantu Maya"

     Stephani terjaga. Mengambil napas dalam berusaha mentralkan napasnya lalu menatap sekitarnya. Masih berlatar putih, Stephani masih belum benar benar terjaga. Matanya menangkap sosok perempuan berkebaya hitam. Maya tersenyum manis dengan wajah cantik, namun saat Stephani mengedipkan matanya untuk sesaat, sosok Maya berubah menjadi Maya yang menyeramkan dengan separuh tempurung kepalanya terbuka dan lelehan otaknya yang menyusuri dahi dan pipinya. Stephani berkedip lagi, Maya berganti menjadi cantik lagi.

"Aku sengaja menunjukkan diriku yang lain, agar ndoro putri tidak ketakutan saat melihat mereka yang lain."

    Stephani mulai memberanikan diri mendekat kearah Maya.

"Perkumpulan apa yang dimaksud kakekku? Apa itu ada kaitannya dengan apa yang sedang teman temanku selidiki?" 

"Ngapunten ndoro ayu, aku hanya bertugas melindungimu bukan membantumu untuk yang lain. Sudah. Pulanglah! ada satu jiwa lagi yang mau memperkenalkan diri padamu."



Alhamdulillah  bisa update walaupun 4 bulan sekali hehe:)

PETAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang