Satu jam lebih berlalu dan akhirnya mereka sampai di puncak gunung ijen, dengan masker guna menghalang bau belerang, mereka dibuat takjub oleh kobaran api biru yang cantik dan memukau. Rima yang paling antusias melihatnya bahkan ia mengambil banyak sekali jepretan dibandingkan yang lainnya. Sedangkan dua pasangan, Dimas dan Stephani mereka mengabadikan momen dengan memotret tangan mereka yang saling bertaut dengan api biru yang menjadi latar belakangnya.
Puas dengan api biru, mereka mulai mendirikan tenda untuk menunggu pagi tiba. Sembari para lelaki memasang tenda, kaum wanita mendapat tugas untuk memasak mie instan untuk menjadi santapan mereka malam ini.
Hari berganti pagi, secangkir kopi dengan melihat sunrise menjadi suatu yang spesial bagi mereka hari ini. Dimas mendekap tubuh Stephani yang terbalut selimut sedangkan Rima yang bersandar dibahu Hazby dan Hazby tak segan segan untuk mengelus puncak rambutnya. Sembari mereka menikmati suasana yang romantis, Marchel dan Arum mengemas barang barang mereka dan merapikan sampah sampah yang berserakan.
"Semua siap ?" Seru arum. Mereka sudah siap untuk turun.
Baru setengah perjalanan dimas sudah mengeluh kelelahan, alhasil mereka beristirahat dahulu untuk minum dan sebagainya. Dimas duduk lalu meluruskan kakinya yang sedari tadi sakit, ia juga bisa merasakan kedua betisnya mengeras. Melihat pacarnya yang kesakitan, Stephani menghampirinya lalu memeluk Dimas sambil berujar, "semangat ya, kamu pasti bisa."
Setelah mendapat semangat dari sang pacar, Dimas pun kembali bersemangat bahkan kali ini dia berada di barisan paling depan. Rupanya bukan hanya ucapan semangat yang diberikan oleh Stephani namun dia menjanjikan sesuatu yang membuat Dimas bisa bersemangat seperti ini.
Stephani sekarang berada di barisan paling akhir, dengan keringat yang bercucuran ia sekuat tenaga membawa tasnya yang berat samar samar namun masih bisa ia dengar, Stephani berujar, " Ah capek banget sih, pengen cepet cepet turun. "
Setelah mengatakan hal tersebut, Stephani tak melihat ada batu di depannya dan alhasil ia tersandung dan terduduk ditempat. Lutut kirinya berdarah karena terkena batu batu kecil. Ia mencoba memanggil Hazby yang ada didepannya namun Hazby sama sekali tidak menoleh.
"Hazby !" Lagi, Stephani memanggilnya namun seakan tak ada yang mendengar, ia mulai panik ketika rombongannya mulai menjauh darinya. Stephani mencoba untuk bangun namun kedua kakinya terasa sangat sakit bahkan tidak bisa di gerakkan sama sekali. Air matanya mulai jatuh saat dia tidak bisa melihat rombongannya lagi ditambah tidak ada satu orang pun dibelakangnya ataupun lewat didepannya.
Tiba tiba sekelilingnya mulai menjadi gelap dan juga angin yang mulai berhembus kencang. Stephani sama sekali tidak bisa bergerak ketika tiba tiba saja asap tebal mengelilinginya dengan bau melati yang menyelengat sampai akhirnya dia jatuh tak sadarkan diri.
Mereka baru menyadari Stephani tidak ada ketika Dimas menoleh kebelakang dan mendapati Stephani yang tak ada di barisan. Segera ia memanggil teman temannya untuk memberi tahu bahwa Stephani hilang. Mereka kembali naik untuk mencarinya, bertanya kepada wisatawan yang mereka temui namun, tak satupun dari mereka tahu ataupun melihat Stephani berada. Dimas mencarinya dengan mata yang mulai berkaca kaca ia menyesal karna membiarkan kekasihnya itu berada di barisan paling belakang
Sudah satu jam lebih mereka mencari bahkan sampai mereka berada di puncak lagi namun tak ada hasil. Dimas tak henti hentinya meneriaki nama pacarnya itu dan berharap ada sahutannya.
"Mending kita turun dulu lalu lapor sama orang dibawah." Ujar arum namun, Dimas membantah ia tetap bersih kukuh ingin tetap disini dan mencarinya sendiri. Dimas baru mau ikut turun kebawah setelah Marchel dan hazby meyakinkannya.
Singkat cerita mereka sudah turun kebawah dan langsung melaporkan apa yang terjadi. Hazby dan Rima menuju area parkir untuk memasukkan tas dan barang barang mereka kecuali tas Dimas yang masih menempel ditubuhnya dan enggan untuk di sentuh. Rima membuka pintu kursi belakang untuk menaruh tas kecilnya namun alangkah kagetnya saat ia melihat seorang gadis yang tengah berbaring dengan wajahnya yang tertutup rambut. Rima mengedipkan matanya berkali kali untuk meyakinkan bahwa yang dia lihat ini adalah manusia bukan yang lain. ia memberanikan diri untuk melihat wajahnya dengan cara menyingkirkan rambut yang ada di wajahnya dan tak di sangka itu adalah Stephani.
"Kak Stephani ! " Rima mengatakannya sangat keras hingga Hazby bisa mendengarnya. Rima masuk kedalam mobil lalu mengangkat kepala Stephani kemudian mendekapnya, badannya sangat panas dengan keringat yang menetes dan juga bibirnya yang amat pucat. Hazby melihatnya lalu beranjak menemui mereka yang masih ada di post penjaga.
Tak lama mereka datang dengan berlari mereka menuju kesana dan sudah di pastikan dibarisan paling depan adalah Dimas. Sesampainya didepan mobil Dimas langsung melepaskan tasnya begitu saja lalu masuk kedalam. Mendapati tubuh kekasihnya yang terkulai lemas membuat hatinya begitu tergores, menyesal karena tidak mengawasinya dengan baik. Segera mereka menuju ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis.
Singkat cerita mereka telah sampai di rumah sakit dan Stephani pun telah mendapat pertolongan dari dokter dan dokter mengatakan bahwa Stephani tidak apa apa hanya kelelahan biasa yang membuatnya jatuh pingsan. Awalnya mereka bernapas lega sebelum Arum bertanya bagaimana bisa Stephani tiba tiba ada di mobil ?
Mereka semua terdiam di ruangan rumah sakit. Stephani masih tak sadarkan diri. Sedangkan Arum baru menyadari jika semua ini adalah ulah makhluk yang menempel di tubuh Stephani.
"Secepatnya kita harus lepasin dia." Ucapnya tiba tiba saja yang membuat yang lain kebingungan.
"Lepasin apa ?" Tanya Dimas.
Arum pun menjelaskan tentang apa yang terjadi pada Stephani, mereka semua tak kaget sama sekali karena telah terbiasa berurusan dengan makhluk halus. Malahan Arum lah yang kaget, kenapa ekspresi mereka seperti sudah tahu.
"Tapi gimana caranya ?" Pertanyaan itu yang sedang mereka pikirkan, bagaimana caranya memisahkan makhluk tersebut. Mereka mungkin punya kemampuan masing masing namun untuk urusan melepas hal seperti itu mereka sama sekali tidak berpengalaman.
"Kakak gue bisa." Ucap Arum. Oke sekarang mereka punya seseorang yang bisa memisahkan Stephani dengan makhluk tersebut sekarang tinggal menunggu waktu yang pas untuk melakukannya.
"Sekarang aja gimana ? Gue nggak mau Stephani kayak gini lagi." Cemas tentu saja Dimas cukup menyesal untuk membiarkan kekasih tercintanya itu terbaring lemah disana.
Setelah menunggu lama akhirnya Stephani diperbolehkan untuk pulang. Sesampainya di rumah Arum, Stephani langsung di suruh istirahat di temani oleh ibu Arum. Sedangkan mereka menemui kakak Arum dan membahas masalahnya.
"Bisa aja, tapi dilihat dulu karakteristik sosok tersebut, karena memang setiap sosok mempunyai ciri khas masing masing. Mungkin bisa di ceritakan apa saja yang kalian alami saat bersama Stephani ?" Toni adalah kakak Arum yang mempunyai kemampuan diatas Arum.
"Pernah suatu malam saya menggantikan Stephani mengetik tugas karena dia lelah. Entah ini halusinasi atau bukan tapi dari sudut mata saya bisa melihat mata Stephani berubah jadi merah menyala dengan aura hitam pekat di sekitarnya. Saat itu saya memberanikan untuk menoleh namun tak ada apa apa, Stephani masih normal." Ucap Dimas
Yang lain berpikir sejenak dan mengingat ingat kembali memorinya bersama Stephani.
"Ah gue ada, kalian inget nggak pas kita pergi ke rumah kepala sekolah saat itu kita lagi lihat lihat kamar mandinya disana tiba tiba gue nggak bisa napas, bahkan buat ngomong sendiri nggak bisa. Tapi samar samar gue denger dari belakang ada yang bilang 'hei' setelah itu gue bisa napas lagi. Nah saat noleh kebelakang ada Stephani, disana gue nggak pikir macem macem karena Stephani masih bisa senyum ke gue." Hazby baru sadar kalau mungkin suara itu berasal dari Stephani, karena jujur saja suaranya sangat berbeda.

KAMU SEDANG MEMBACA
PETAKA
HorrorSeperti Dejavu, kejadian 4 tahun lalu kembali terulang dan menghantui Marchel dan yang lainnya. Cerita 4 tahun yang lalu ternyata belum selesai, para iblis terus terusan menganggu mereka seakan menuntut balik apa yang mereka renggut. Stephani hanya...