Chapter 14 : Reno Wijaya

268 29 10
                                    

Teori 27 club

Banyak orang berteori 27 club atau biasa disebut klub 27 adalah kelompok orang yang menjual jiwanya demi mendapatkan kesuksesan. Kebanyakan orang yang tergabung dalam kelompok ini akan meninggal disaat mereka menginjak umur 27 tahun.

Sudah dua hari Rima dan Hazby di rawat dirumah sakit. Dan selama dua hari juga Rima absen sekolah, saat ini saja dia dikunjungi oleh sahabat sahabatnya yang masih mengenakan seragam sekolah sambil membawa buah tangan berupa cemilan ataupun buah. Sedangkan Hazby mengawasi Rima dari sebrang ranjangnya, mata tajamnya tertuju pada dua teman laki laki Rima yang tampak asyik mengobrol dengan Rima.

Alis Hazby menyatu di saat salah satu teman laki laki Rima menyentuh puncak rambut Rima dengan sesekali tersenyum lebar.

"Anjing bangsat ! Ngapain dia ngelus pacar gue, babi!"

Salah satu teman perempuan Rima sadar jika Hazby memperhatikan Rima lalu dengan suara pelan menanyakan siapa dia dan kenapa dia memperhatikan Rima.

"Oh dia, dia cowok yang gue ceritain sama lo," ujar Rima sambil berbisik.

Mata teman Rima. Vina langsung melotot dan langsung menoleh ke Hazby yang masih dengan wajah yang sama lalu berujar,

"Biasa aja kali om liatin rimanya, Rima nggak kemana mana kok," ujar vina yang mengundang perhatian dua teman Rima dan juga Hazby.

"Siapa, Vin ?" Tanya Azka, laki laki yang mengelus puncak kepala Rima.

"Bukan siapa siapa, sih" seru Vina dengan tawa kecil menatap Rima dan Hazby secara bergantian.

Tak lama sekretaris Hazby datang memberikan map coklat berisi daftar perusahaan yang ingin diajak kerja sama. Hazby membuka berkas tersebut dan membaca setiap detailnya. Disana tertera nama perusahaan sekaligus CEO dari perusahaan tersebut. Sampai mata Hazby berhenti di urutan ke-6.

De-Univers perusahaan coklat yang tiga tahun lalu banyak digandrungi oleh anak-anak muda karena coklatnya yang sangat lezat. Tingkat kemanisan yang pas dan tekstur yang lembut membuat coklat tersebut laris manis di pasaran. Namun bukan itu yang membuat Hazby tertarik. Nama CEO dari perusahaan itu yang membuat Hazby mengeluarkan sesuatu dari sakunya.

Foto laki laki bernama Reno Wijaya. Hazby menanyakan tentang CEO dari perusahaan tersebut dan benar saja, dia adalah Reno yang ada di foto itu. Tanpa pikir panjang Hazby meminta pada sekretaris nya untuk mengatur jadwal bertemu dengan Reno.

Tiba hari di mana Hazby dan Reno akan bertemu. Hazby sengaja memesan tempat yang VVIP yang hanya ada dirinya dan juga Reno.

Hazby memasuki ruangan dan melihat wajah Reno yang sepertinya agak terkejut. Hazby lalu menjabat tangan Reno lalu mempersilahkan dia untuk duduk.

"Dengan Bapak Reno Wijaya, betul ?" Tanya Hazby sembari membaca dokumen.

Reno menjawab dengan canggung, ia tak percaya bisa bertemu dengan Hazby saat ini. Reno hanya berharap Hazby tidak mengingatnya.

"Menurut laporan yang saya baca, De-Univers ini mau bangkrut, kalau boleh tahu ada kendala apa ya pak sampai produk coklat terlaris tahun lalu ini mengalami kebangkrutan dengan nominal yang cukup besar."

Reno sebisa mungkin bersikap profesional dan menganggap yang ada didepannya ini adalah klien, bukan Hazby.

Sementara itu, Marchel dengan tergesa-gesa mengemas beberapa barang elektronik nya seperti laptop dan beberapa perintilannya kedalam tas ransel kemudian bergegas menuju bandara.

PETAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang