1

59.8K 2.4K 141
                                    

"Aryan Abimana?"

Yang dipanggil, menoleh kearah sumber suara lalu melebarkan matanya terkejut melihat keberadaan wanita di belakangnya.

"A...Ariska?" tanyanya memastikan dengan gugup.

Ariska tersenyum lebar dan memeluk Ryan singkat sebagai jawaban. "Sudah lama nggak ketemu. Kamu apa kabar?"

"Baik," jawab Ryan diiringi dengan dehaman lirih.

Ariska masih menyunggingkan senyum manisnya, sementara Ryan seperti tertarik ke masa di mana ia memuja senyuman itu, saat ia dibuat jatuh cinta pada Ariska. Dan Ryan sadar, bahwa senyum itu masih mampu membuatnya terpesona.

Ariska, wanita manis, cantik, nun lembut yang mampu memikat hati Ryan beberapa tahun yang lalu sampai akhirnya Ryan memberanikan diri mengakui perasaannya pada Ariska.

Ariska menerima Ryan dengan terbuka dan lapang, sepenuh hati. Setidaknya sampai Ryan menawarkan sebuah pernikahan, Ariska mengatakan tidak bisa dan pergi begitu saja tanpa pamit, tanpa alasan sampai pada hari ini mereka bertemu kembali tanpa sengaja.

"Kamu nggak nanya kabar aku, Yan?" tanya Ariska dengan nada usil namun ada sorot kerinduan di matanya.

Ryan yang berusaha meredam debaran hatinya dan balik bertanya, "kamu apa kabar?"

"Kemarin aku sering kangen kamu, dan sekarang kita ketemu. Aku seneng banget."

Jawaban Ariska seperti bom yang meledakkan isi dada Ryan. Debaran yang ia sangkal, tidak bisa ia elakkan. Jantungnya berdegub lebih kencang dari biasanya, perasaannya membuncah tidak karuan. Ada bahagia, juga bingung. Ryan tidak bisa berkata apapun. Harapannya seperti muncul kembali ke permukaan. Dia Ariska, batinnya.

Ryan meneguk air mineral yang ada di tangannya, menghindari kontak mata dengan Ariska yang memiliki netra teduh. Ia tidak ingin tenggelam kembali dalam netra itu dan membuatnya tersesat.

"Empat tahun kita nggak ketemu, dan kita jadi canggung gini, ya, Yan," mulai Ariska tersenyum getir. "Benar-benar waktu begitu cepat merubah keadaan... dan perasaan sepertinya."

"Ya, dan sebaiknya nggak perlu dibahas lagi. Semuanya udah berlalu, Ris."

"Aku menyesal, Ryan," balas Ariska. "Dan aku ingin sekali mengulang masa dulu."

Ryan memberanikan diri menatap Ariska, mengenyahkan perasaannya dan menjawab, "udah terlambat, Ariska, aku sudah-"

"Aku cinta kamu, dari dulu sampai sekarang aku cinta kamu," tukas Ariska. "Waktu nggak bisa merubah perasaanku, Ryan."

Ryan meneguk ludahnya dengan serat saat melihat mata Ariska yang berkaca-kaca. Rasanya ia ingin merengkuh tubuh wanita itu ke dalam pelukannya dan menenangkannya. Persis seperti yang ia lakukan dulu jika melihat gelagat resah Ariska.

Lamunan Ryan terputus oleh dentingan ponsel yang beruntun. Dengan cepat, sebagai pengalihan, Ryan merogoh ponselnya dan membaca pesan yang baru saja masuk.

Istriku

•Kamu pulang jam berapa?
•Mau aku masakin apa?

"Ryan," panggil Ariska.

Ryan menaikkan pandangnya dari layar ponsel, menatap Ariska. "Ya?"

"Kamu ada waktu hari ini?"

Ryan melirik arloji di tangan kirinya dan mengangguk. "Sudah jam akhir kerja."

Ariska tersenyum, tanpa sadar Ryan pun menyunggingkan senyumnya tipis.

***

Yang Patah Tumbuh [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang