Masih anget, fresh from oven. Tolong tandai kalau ada kalimat rancu.
Thank you & happy reading.....
*****
Ryan menepati janjinya. Ia tidak ikut serta penawaran nego Jihan dengan Daffa. Ryan hanya mengantarkan Jihan ke rumah Daffa sampai Azril datang, dan secara terang-terangan Ryan mengultimatum Azril untuk menjaga jarak dari Jihan.
Jihan sempat kesal karena Ryan berbicara di depan Daffa dan membuat Daffa berpikir seolah dirinya yang bermain dengan Azril. Jihan ingin protes, tapi malas karena Ryan juga tengah menahan kesal karena roti selai kecap yang Jihan suguhkan.
Akhirnya, Jihan menerima tatapan aneh Daffa selama penawaran nego dengan berusaha menahan malu atas dosa yang tidak pernah ia buat.
Setelah selesai dengan negonya, tidak peduli dengan penawaran Daffa yang menurutnya masih terlalu tinggi, Jihan menandatangani perjanjian kerja sama dengan Daffa agar urusannya cepat selesai. Setelah itu, ia pamit undur diri.Saat di luar Jihan sudah hendak pulang sendiri, mengabaikan keberadaan Azril. Baru beberapa langkah, Azril menyeret Jihan untuk ikut ke mobilnya. Sampai saat ini, antara keduanya belum ada yang membuka obrolan.
Jihan tetap bungkam, lantas Azril menepikan mobilnya. "Aku nggak tahu kalian kenapa. Tapi kalau Ryan sempat marah besar ke kamu, aku minta maaf dan biarin aku jelasin semuanya ke Ryan."
"Aku benci Ryan," ujar Jihan akhirnya. "Dia seenaknya. Nyakitin aku, nuduh kamu, mempermalukan aku depan mitranya."
"Aku nggak masalah atas tuduhan Ryan, karena aku memang bukan orang ketiga di rumah tangga kalian."
Jihan menoleh dan menjawab, "Daffa udah terlanjur mikir gitu.""Dari mana kamu tahu?"
"Kelihatan." Jihan mengedikan bahu. "Wajah kesal Ryan waktu nganterin aku, waktu dia kasih kamu peringatan, itu pasti bikin Daffa mikir yang enggak-enggak."
"Nggak peduli gimana pandangan orang, pada akhirnya kamu tetap bertahan sama Ryan, Ji."
Jihan terkekeh mendengar nada bicara Azril yang terdengar pernyataan sekaligus bertanya. "Aku lagi nunggu waktu yang pas buat pisah sama Ryan, Mas."
"Maksud kamu?"
Jihan kembali mengedikan bahunya. "Seenggaknya aku harus nabung dulu buat bekal aku sendiri. Jangan sampai aku pisah dari Ryan, hidupku jadi melarat, keluargaku kesusahan."
"Maksudnya kamu mau memeras harta Ryan?" Ada nada tidak percaya dari kalimat tanya Azril, dan Jihan bisa melihat wajah terkejut Azril yang saat ini mengerutkan dahinya.
Jihan terkekeh dan menjawab, "aku masih butuh Ryan sebagai penopang hidupku sampai aku bisa berdiri di kaki sendiri dan menanggung beban keluarga di pundakku."
"Aku harus berhasil dulu sebelum pisah dari Ryan," lanjut Jihan sembari memalingkan wajahnya dari Azril. "Mengejar mimpi lagi, menjadi orang sukses dan nampu penuhi kebutuhan keluargaku seperti yang Ryan lakukan saat ini."
"Itu sama aja dengan kamu memanfaatkan Ryan, Jihan," balas Azril.
"Ryan juga manfaatin keadaanku buat nahan aku supaya tetap ada di sisinya. Dia punya kekuatan, materi yang bisa membeli dukungan keluargaku. Aku harus bisa lunasin semua yang udah Ryan kasih ke aku sampai dia nggak punya kekuatan buat nahan aku lagi. Dia mau aku mandiri, tapi aku nggak bakal sama dia lagi kalau aku mandiri," jelas Jihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Patah Tumbuh [END]
Random"Aku cinta kamu, dari dulu sampai sekarang aku cinta kamu," tukas Ariska. "Waktu nggak bisa merubah perasaanku, Ryan." Ryan menelan salivanya dengan serat saat melihat mata Ariska yang berkaca-kaca. Rasanya ia ingin merengkuh tubuh wanita itu ke dal...