14

27.6K 1.7K 140
                                    

Kadang akutu pengin update siang hari, cuma takut menyulut emosi dan ganggu kegiatan ibadah puasanya. Jadi, selama Ramadhan update malam aja yaa, gaisss😊😊

Coba ramaikan part ini karena ini adalah part terpanjang YPT🥰

Happy Reading....












*****




"Adriana, Sayangku," sapa Azril pada wanita cantik yang menampilkan senyum geli di layar ponselnya.

[Aku geli setiap kali dengar kamu ngomong kayak gitu.]

Dan Azril ikut tersenyum seolah tawa Adriana menular padanya. Tidak dipungkiri di samping Jihan, ia juga merindukan Adriana, calon istrinya yang berada bermill-mill meter darinya.

"Bagaimana oprasinya?"

Adriana terlihat mengusap wajahnya gusar sebalum menyangga dagu. Sekali lihat, Azril dapat menebak kegelisahan gadisnya. Ada yang tidak beres.

[Ini agak rumit, Mas. Selain komplikasi, ternyata ada tumor yang cukup besar di antara dua ginjalnya.]

Setelahnya, Adriana menjelaskan kondisi pasien yang ternyata memiliki tumor di dekat ginjal kiri. Azril menyimak cerita calon istrinya dengan penuh perhatian, mencoba memahami masalahnya berharap ia punya solusi dan meringankan beban pikiran Adriana. Singkatnya, Azril ingin menjadi solusi di setiap masalah yang dihadapi calon istrinya.

[Kita bisa angkat tumor itu, tapi....]

"Mengangkat ginjalnya dulu," jawab Azril mengerti.

[Iya! Tapi aku sangsi kalau harus angkat ginjal, Mas. Maksudnya, ginjalnya sehat, dan masih berfungsi dengan baik.]

"Dan keputusannya?"

[Dokter Faiz nggak jadi operasinya dan nunggu pasiennya bangun untuk minta rujukan lagi.]

"Well, done," balas Azril tersenyum lega. "Kamu bilang dokter Faiz selalu punya solusi untuk pasien-pasiennya kan? Dan menurutku juga itu memang keputusan yang bijak, Adriana."

[Aku takut.] Terlihat Adriana masih menarik napas panjang tanda gelisah. [Kalau dia setuju untuk dioperasi kembali, dan operasinya gagal....itu bakal jadi hari terakhirnya. Tapi, kalau dia nggak dioperasi, tumor itu bakal membesar, dan umurnya dapat diperkirakan hanya beberapa bulan aja.]

"Adriana, kamu selalu bilang bahwa di ruang operasi, kemungkinannya cuma dua; antara berhasil, dan nggak berhasil," Adriana mengangguk. Lantas Azril melanjutkan, "kamu nggak perlu takut atau merasa bersalah nantinya karena ketika pasienmu setujui perjanjian sebelum tindakan operasi, artinya dia setuju dengan semua risiko baik dan buruknya. Setiap keputusan ada konsekuensinya, itu sebabnya dokter Faiz menunggu pasien sadar dulu untuk meminta persetujuan kembali, supaya pasienmu dapat mengambil keputusan beserta konsekuensinya dengan keadaan sadar sepenuhnya. Mengerti kan?"

Adriana terlihat mengangguk paham sembari melebarkan senyumnya lega. [Kamu menakjubkan.]

"Ya, aku tahu karena aku terlalu banyak bergaul sama dokter bedah yang panikan dan tukang overthinking."

Adrian berdecak nyaring sebelum memalingkan wajah dari layar ponsel. Raut wajah Adriana yang terlihat kesal, membuat Azril terkekeh geli. Adriana menjulurkan bibirnya cemberut, dan Azril semakin gemas. Andai saja Adriana ada di depannya langsung, ia akan membawa calon istrinya itu ke dalam pelukannya dan mengatakan, "nggak perlu cemberut, kamu wanita hebat yang pernah aku temui. Kamu nggak ada duanya, Adriana, Sayangku."

Yang Patah Tumbuh [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang