10

30.7K 1.9K 106
                                    

Update kejutan dalam rangka merayakan hari mingguku yang gabut 😊

Fresh from oven, happy reading....





*****









Rasanya sudah lama sekali Jihan tidak mendapati dada suaminya begitu membuka mata. Jujur saja, Jihan merasa miris sendiri. Jihan sadar bahwa dirinya masih berusaha menolak kehadiran Ryan, tapi Jihan juga takut jika tiba-tiba Ryan meninggalkannya. Maksudnya, Jihan belum mempunyai bekal untuk masa depan.

Dulu, ia sudah mendapat pekerjaan bagus, pekerjaan yang diimpikannya. Lalu, Ryan menikahinya dan memintanya berhenti bekerja dengan jaminan Ryan yang akan menanggung semua kebutuhannya. Akhirnya, Jihan percaya begitu saja pada Ryan sampai pada hari ini kepercayaannya sudah runtuh, dan ia tidak punya tabungan sedikitpun.

Hal itu membuat Jihan merasa bodoh sekali. Andai saja dulu ia bisa mempertahankan keinginannya untuk tetap bekerja dan menawarkan janji yang mungkin akan disetujui Ryan, Jihan tidak akan sebingung ini.

Merasa pelukan Ryan mengerat tiba-tiba, Jihan berontak berusaha melepaskan diri. Namun Ryan tetap pada posisinya, malah menggumam tidak jelas tepat di ubun-ubun Jihan.

"Ryan!" tegur Jihan.

Setelah itu, barulah Ryan mengendurkan pelukannya dan mensejajarkan wajahnya dengan Jihan. Dan tanpa aba-aba, pria itu mengecup bibir istrinya.

Sekali Ryan berhasil, lalu Jihan mengelak dan Ryan mengecup pipi, pelipis, hidung, sampai telinga karena Jihan terus mengelak.

"Baru bangun tidur aja udah manis gini kamu tuh, Ji. Gimana bisa aku lepasin kamu," ucap Ryan. "Nggak bakal bisa, Sayang. Aku udah cinta sama kamu, ternyata dari dulu, dari mulai aku ngerasa takut kamu lebih milih Azril."

Jihan berdecak sinis. "Lepasin! Aku mau ke kamar mandi!"

"Hari ini ada gerakan hemat air, Ji. Gimana kalau kita mandi bareng aja?"

Jihan makin mendelik sesinis-sinisnya dan Ryan malah terkekeh sembari kembali mengeratkan pelukannya. Tanpa kira-kira juga, Jihan menekukan kakinya yang dihimpit kaki Ryan sampai mengenai pusat selangkangan Ryan. Saat Ryan mengaduh, Jihan bergegas melepaskan diri dan pergi ke kamar mandi.

"JIHAN, INI GIMANA KALAU NGGAK BISA BANGUN LAGI?!"

"Bukan salah aku!" balas Jihan juga berteriak.

Terdengar kembali protesan Ryan namun tidak Jihan hiraukan. Ia melanjutkan kegiatan mandinya sampai tuntas.

Saat keluar kamar mandi, Jihan melirik suaminya yang masih tidur terlentang sambil memegangi area selangkangannya. Jujur, Jihan merasa bersalah. Tapi ia juga bingung harus bagaimana. Salah Ryan sendiri yang tidak mau melepaskannya sehingga Jihan memilih cara yang kejam.

"Masih sakit?" tanya Jihan ragu-ragu. "Ehmm, kalau masih sakit ke dokter aja."

Ryan menggeleng tegas dan bangkit dari rebahannya. "Cuma ngilu dikit, Ji. Dielus kamu juga sembuh."

Jihan berdecak, dan melemparkan handuknya pada Ryan yang malah terkekeh. Saat Jihan hendak pergi, Ryan bergegas turun dari tempat tidurnya dan mencekal pergelangan tangan istrinya.

"Tolong buatin aku sarapan ya, Sayang." Setelah mengatakan itu, Ryan mencium pelipis istrinya sebelum berlalu ke kamar mandi.

***

Yang Patah Tumbuh [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang