16

2.8K 125 14
                                    

Begitu tiba di rumah, Serena lebih dulu keluar dari mobil yang dikendarai oleh Lucien. Wanita itu berjalan masuk untuk langsung naik ke kamarnya meninggalkan Lucien yang masih di belakang.

Lucien menatap Serena dari belakang namun membiarkan wanita itu sementara ia pergi ke ruangan kerjanya untuk melanjutkan pekerjaan yang tertunda. Seharusnya ia menangani pekerjaannya langsung tapi terhalang karena sibuk mengurusi istrinya.

Andrew yang juga sudah tiba beberapa saat lalu, langsung menghampiri Lucien. "Kita tidak akan melanjutkan perjalanan menuju markas?"

Lucien menggeleng. "Besok saja kita selesaikan. Aku sedang tidak ingin melakukannya hari ini."

Andrew mengangguk lalu meninggalkan ruangan, meninggalkan Lucien sedirian.

Pria itu menangkup kepalanya dengan kedua tangan dan menghela napas. Menahan rasa kesalnya yang tidak beralasan. Ia sendiri tidak mengerti mengapa ia bisa semarah itu pada Serena. Entah karena Serena pergi keluar rumah tanpa izin dan pengawasan anak buahnya ataukah karena ia menemukan wanita itu dengan pria lain. Walaupun Serena bersikeras pria itu hanya orang asing namun tetap saja ia kesal melihatnya.

Akhirnya ia menyerah dan bangkit dari meja kerjanya menuju tempat yang sejak tadi ingin ia datangi. Kamar Serena.

Tanpa mengetuk pintu, Lucien masuk ke dalam kamar tersebut dan mendapati istrinya sedang asyik berbicara dengan seseorang, membuat matanya menatap tajam wanita itu. "Siapa yang sedang kau hubungi saat ini?"

Serena terlonjak kaget dan berbalik dari jendela saat mendengar Lucien bertanya. Ia tidak mendengar pria itu masuk ke dalam kamar sebelumnya. Dengan cepat, Serena mematikan panggilan dan mengunci ponselnya. "Pintu itu ada di sana agar kau bisa mengetuk sebelum masuk ke dalam kamar ini!"

Lucien berhadapan dengan Serena yang memandangnya dengan tatapan menantang. "Aku tidak perlu mengetuk pintu untuk masuk ke dalam rumahku."

Serena melayangkan tatapan kesal padanya dan melipat tangan di depan tubuh sebagai tanda perlawanan.

"Kemarikan ponselmu." Perintah Lucien. Tangan pria itu terbuka untuk menerima ponsel yang tidak kunjung Serena berikan.

"Ini ponselku!"

"Aku tahu itu ponselmu. Aku hanya ingin tahu siapa yang selama ini kau hubungi di belakangku."

"Kau melanggar privasi."

"Aku suamimu."

"Dalam pernikahan masih tetap ada batas privasi. Jika kau tidak mengetahui hal dasar seperti itu, seharusnya kau tidak menikah, Lucien."

"Baiklah, kalau begitu mulai hari ini kau akan tidur di kamarku dan aku akan melarang semua orang di sini mengizinkanmu pergi keluar, tanpa aku. Kau mengerti?"

"Apa?" Serena berteriak. "Tunggu, kenapa aku tidak boleh keluar dari rumah ini sama sekali? Kenapa pula aku harus tidur sekamar denganmu? Apa kau gila?"

Lucien menaikkan alisnya. "Kita suami istri, kenapa kita tidak bisa tidur di kamar yang sama?"

"Tidak mau! Aku sudah bilang padamu, perlakukan aku seperti kau memperlakukanku sebelumnya." Hidung Serena mengerut karena kesal atas sikap Lucien yang seenaknya. "Bukankah selama ini kau memperlakukanku seperti adikmu sendiri?"

"Sayang, fantasimu liar sekali."

"Apa maksudmu?"

"Seorang adik? Apa kau membayangkan percintaan antara kakak beradik denganku?"

"Hentikan, Lucien! Bukan itu maksudku."

Lucien berjalan lebih dekat pada Serena hingga tidak ada ruang lagi di antara mereka. Tangannya perlahan naik dan mengangkat dagu Serena agar wanita itu mendongak. "Aku akan memenuhi semua fantasi yang kau inginkan, asalkan denganmu."

Married with the hottest CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang