Serena baru saja selesai menyikat gigi dan mencuci wajahnya sebelum ia siap untuk tidur. Tapi rencananya tertunda karena Lucien masuk ke dalam kamarnya yang lupa belum ia kunci. Ia tidak tebiasa untuk mengunci kamarnya karena biasanya Lucien hanya akan masuk sekali lalu keluar lagi setelah mengecup keningnya. Nampaknya, setelah kemarin malam semuanya akan berbeda.
Pria itu mengenakan kimono tidur berbahan sutera gelap yang panjangnya hanya dapat menutupi lutut sedangkan betisnya yang kuat dapat terlihat dengan jelas oleh Serena. Dada pria itu pun mengintip karena Lucien tidak menalikan baju kimono itu dengan rapat. Rambutnya masih setengah basah dan disisir dengan jari ke belakang. Serena bahkan tahu bahwa pria itu tidak mengenakan apapun di balik kimono tidurnya.
"Mengapa kau ke sini?" Tanya Serena sambil melotot pada pria itu.
Sebaliknya, Lucien menanggapi pertanyaan wanita itu dengan santai. Bahkan Lucien kini bersandar pada tiang tempat tidur milik Serena. "Sepertinya kau harus pindah ke kamarku mulai sekarang, tempat ini terlalu kecil untuk percintaan liar kita."
Serena mengerutkan keningnya. "Memangnya siapa yang akan bercinta denganmu lagi?"
Lucien menaikkan alisnya karena melihat Serena mulai memancing lagi amarahnya. "Kita tidak akan membahas itu lagi, Serena."
Serena berjalan melewati Lucien menuju pintunya dan memutar kenop itu hingga pintu terbuka. "Benar, kita tidak akan membahas tentang itu jadi sekarang silakan keluar dari sini."
Lucien sedang tidak ingin bermain peran malam ini. Ia hanya menginginkan Serena dalam pelukannya. Pria itu berjalan dan menutup pintu dengan kasar lalu menggendong Serena dan menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur. "Hentikan Serena, aku hanya ingin tidur denganmu." Ucap pria itu saat Serena mulai memberontak. Pria itu menahan kedua tangan Serena di atas kepala wanita itu dengan satu cekalan.
"Aku sudah bilang aku tidak ingin tidur denganmu lagi!"
"Kalau begitu mengapa kau menggodaku kemarin? Jika aku tidak pernah merasakanmu maka aku tidak akan segila ini menginginkan tubuhmu sekarang!"
Serena melihat Lucien murka dan wajahnya menggelap. "Lucien, bahkan ayahku pun membebaskanmu untuk tidak setia padaku. Jadi, sekarang carilah Anne dan tiduri dia. Jangan cari aku!"
Lucien mendengus pada perkataan Serena. "Mengapa menurutmu aku akan mau meniduri wanita lain di saat aku memiliki istri seperti dirimu."
"Well, beberapa hari lalu kau masih menginginkan wanita itu bahkan saat setelah kau memilikiku sebagai istri."
Lucien memejamkan matanya menahan kesal. "Kau tahu sendiri alasannya, lagi pula aku tidak pernah meniduri wanita itu maupun wanita lainnya setelah aku menikah denganmu. Aku hanya minta mereka untuk memuaskanku. Tidak untuk aku tiduri."
"Terserah, Lucien. Aku tidak peduli."
"Bagus, kalau begitu mari kita mulai." Lucien sudah tidak ingin mendengar omong kosong dari Serena. Ia mengabaikan jeritan wanita itu saat satu tangannya melepaskan pakaian Serena satu persatu. Kemarahannya karena Serena menolak dirinya telah membuat telinga Lucien tuli sehingga ia tidak peduli Serena menjerit sekeras apa saat dirinya memasuki tubuh wanita itu dengan keras. Memasukkan kejantanannya yang sudah mengeras sejak tadi dan menikmati kembali rasa hangat dan lembut dari tubuh Serena. Satu tangannya masih menahan kedua lengan Serena sementara lengan satunya menjelajah dan memainkan payudara wanita itu. "Please, Serena. Nikmatilah, kau tahu kita berdua saling menginginkan." Bisik Lucien pada wanita itu.
Setelah Lucien berulang kali menyeburkan lahar panas ke dalam tubuh Serena barulah ia berhenti dan ikut berbaring di sebelah wanita itu. Pria itu menarik Serena yang tidak melawan karena sudah terlalu lemas bahkan untuk mengatakan satu kata pun.
"Serena, aku menyakitimu?"
Serena memejamkan matanya perlahan air matanya mengalir tapi Lucien tidak dapat melihatnya karena Serena berbaring membelakangi Lucien sambil memeluk guling. Tapi pria itu mendengar isakan lembut wanita itu sehingga membuat dirinya iba dan merasa bersalah. Lucien menciumi punggung Serena berulang kali sambil memeluknya. "Maafkan aku." Bisik pria itu tapi Serena masih tidak menjawab hingga ia tertidur karena kelelahan.
Semenjak kejadian pembantain kejam yang membunuh ibu Lucien dan Valerie, pria itu tidak dapat tidur nyenyak. Bayangan mereka saat matanya memohon pada Lucien yang masih sangat mudah itu agar menyelamatkan mereka dari kelompok mafia yang akan membunuhnya begitu membekas dalam ingatannya.
Ia merasa bersalah karena masih hidup di saat mereka berdua, wanita yang ia cintai sudah mati. Sejak saat itu pula ia jarang sekali menikmati waktu malam untuk tidur karena bayangan itu menghantuinya. Tapi semenjak malam pertama ia tidur dengan Serena, semuanya mendadak menghilang. Bayangan mereka berdua tidak pernah muncul dalam mimpinya. Serena menjadi satu – satunya harapan bahwa hidupnya masih dapat di perbaiki. Sehingga ia sakit hati saat wanita yang ia anggap akan memperbaiki dirinya justru malah menolaknya dan menyuruhnya menjauh.
Serena membuat dirinya hilang akal. Dalam hal apapun. Bagaimana bisa seorang wanita seperti dia dapat membuat perasaaannya berantakan seperti saat ini? Melihat Serena sudah tertidur lelap, Lucien menarik Serena ke dalam pelukannya hingga wanita itu tidak tersadar sedang bersandar di atas dada milik Lucien yang penuh dengan otot dan tato.
Tangan Lucien mengusap punggung Serena yang tidak tertutup sehelai kainpun. Selimut tipis yang tadi dikenakan Serena telah berkumpul di pinggang wanita itu dan Lucien tidak memiliki niatan untuk membenarkan posisi selimut itu. Ia masih suka memandangi tubuh polos wanita itu dan merasakan kelembutan kulitnya di bawah sentuhan jemarinya.
Lucien sudah hampir akan terlelap saat ia mendengar suara ponsel dari suatu tempat. Ia menaikkan kepalanya sambil mencari di mana ponsel itu berada. Berusaha untuk tidak membangunkan Serena yang sudah nyaman di posisinya.
Saat sekali lagi suara itu terdengar, Lucien tahu bahwa ponsel itu sedari tadi berada di bawah bantal Serena.
Lucien mengulurkan tangan untuk mengambil ponsel itu yang layarnya masih menyala lantaran baru saja mendapat pesan baru.
Pesan baru?
Saat ia membaca nama pengirim pesan itu, Lucien ingin mengumpat dan mengutuki Serena. Ada lebih dari sepuluh pesan yang dikirim oleh pria bernama Diego. Yang tidak pernah Lucien dengar namanya. Sayang sekali Lucien tidak dapat membuka kuncinya maka mematikan ponsel itu dan menaruh di bawah bantalnya alih – alih mengembalikan benda itu ke bawah bantal Serena.
Lalu ia mencoba tertidur walaupun nama Diego berputar di benaknya seolah bertanya pada dirinya siapa pria yang bernama Diego dan mengapa Serena berhubungan dengan pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with the hottest CEO
RomanceSeorang mafia yang menikah dengan wanita gila. Namun, benarkah wanita itu gila?