4

1.8K 91 1
                                    

Setelah Antonio keluar dari kamarnya, Serena merasakan kemarahan dalam dirinya memuncak. "Keluar."

Maria tercengang mendengar kalimat pertama yang terucap dari bibir Serena semenjak gadis itu tiba di rumah ini. "Ren, ada apa?"

"Aku bilang keluar!" Teriaknya.

"Calon suamimu sebentar lagi tiba. Lihat, sudah hampir jam 7 malam." Maria masih membujuk Serena agar segera menyelesaikan riasannya. "Sudah hampir selesai. Lila akan melakukan sesuatu pada rambutmu."

"Keluarlah Maria! Aku bisa melakukannya." Bentak Serena hingga membuat ketiga wanita itu berpandangan. Maria menghela napas dan mengedikkan kepala pada Sora dan Lila.

"Baiklah, aku yakin kau bisa menyelesaikan semuanya." Maria memegang kedua pundak Serena lalu ia melangkah untuk keluar dari kamar itu walaupun tidak tahu kenapa tiba – tiba Serena bersikap seperti itu. "Ayo Sora, Lila. Biarkan Serena menikmati waktunya sendiri." Lalu mereka bertiga meninggalkan Serena sendirian di dalam kamar yang tertutup.

Serena berdiri dari meja riasnya menuju lemari. Ia menarik sepasang pakaian tidur longgar dan segera mengganti gaun cantik itu dengan marah. Ia tidak sudi untuk memuaskan keinginan ayahnya dengan memamerkan dirinya yang berpenampilan sempurna. Ia akan membuat pria asing itu kecewa dan berbalik dari perjanjian yang mereka berdua ciptakan.

"Dasar bajingan mereka semua!" Umpat Serena sambil mengenakan pakaian tidur bermotif sapi itu. "Mereka pikir dapat menjual hidupku demi tahta kerajaan mafia terkutuk ini, hah?"

Serena ke kamar mandi dan mencuci muka yang sudah Sora rias sebelumnya. Lalu ia mengambil ikat rambut untuk mengikat rambutnya secara asal sambil berjalan menuju tempat tidurnya. "Aku tidak akan memberikan apa yang kalian mau." Ujar Serena dengan kesal.

Seharusnya ia tahu bahwa Antonio tidak akan pernah memikirkan kebahagiaan dirinya.

Serena berbaring di tempat tidurnya dengan selimut menutupi seluruh badannya sekitar dua puluh menit sampai akhirnya seseorang mengetuk pintu kamarnya.

Ia tidak menjawab sehingga membuat orang itu masuk. Lila melongokkan kepalanya ke dalam kamar untuk memanggil Serena.

"Nona, tuan Lucien sudah datang. Tuan Antonio meminta saya menjemput anda ke ruang makan." Lila berkata sambil membelalakkan matanya saat melihat Serena tengah berbaring di atas kasur. Ia khawatir gaun yang dikenakan Serena akan menjadi kusut dan rambutnya berantakan. Lila menghampirinya karena melihat Serena sama sekali tidak bergerak dan mengabaikannya.

"Nona, pakaian dan riasanmu akan berantakan jika berbaring seperti ini." Tangan Lila menarik selimut yang menutupi tubuh Serena hingga membuat Serena kesal karena telah diganggu.

Lila terkesiap saat melihat Serena telah mengganti gaunnya dengan pakaian tidur konyolnya itu. Wanita itu bahkan menghapus riasan yang tadi ia bubuhkan di wajahnya. "Nona, mengapa anda melakukan itu? Tuan Antonio dan tuan Lucien pasti akan kecewa melihat anda seperti ini pada pertemuan penting."

Ucapan Lila justru membuat Serena tersenyum. "Kalau begitu, mari kita buat mereka berdua lebih kecewa lagi, Lila."

Serena bangkit dari tempat tidurnya dan mengenakan sandal rumah yang berbulu imut itu. Ia menuruni tangga dengan Lila mengikutinya panik di belakang. "Tunggu nona. Anda tidak seharusnya muncul dengan penampilan seperti itu."

Serena mendengar itu dan semakin ingin tertawa dan bersemangat menuju ruang makan tempat di mana mereka semua menunggu dirinya.

"Nona!" Teriak Lila masih berusaha mengejarnya. Karena tahu ia akan gagal menghentikan Serena, Lila berteriak memanggil bantuan. "Maria!"

Maria yang sedang berada di dalam ruang makan menyajikan hidangan untuk tamu spesial malam ini mendengar teriakan Lila. Ia mengerutkan kening dan kesal pada Lila karena wanita itu berteriak di saat ada tamu undangan. Antonio dan Lucien pun bahkan mendengar teriakan seorang gadis itu.

"Maria, mengapa pelayanmu bersikap tidak sopan begitu saat ada tamu?!" Antonio menegur Maria karena Lila membuat onar.

"Aku tidak tahu, tuan. Sebentar aku lihat dulu." Maria memang terkadang memanggil Antonio dengan sebutan tuan pada saat kesempatan tertentu seperti saat ini contohnya. Namun tidak jarang ia memanggil pria itu hanya dengan sebutan nama saking sudah lamanya ia bekerja pada keluarga ini.

Saat Maria bergegas keluar dari ruang makan untuk melihat apa yang Lila ributkan, Maria justru kaget karena bersamaan dengan itu ia melihat Serena datang memasuki ruangan. Yang membuat ia tercengang adalah gadis itu telah menanggalkan gaun yang tadi sudah ia pilih dan menggantinya dengan baju tidur bermotif tolol. Serena bahkan menghapus riasan tipis dan mengikat rambutnya dengan asal. "Serena!" Bisik Maria sambil menarik Serena. Tapi Serena menghempaskan lengan Maria dari tangannya dan ia terus melangkah menuju kursi kosong di sebelah ayahnya.

Ayahnya sudah tahu Serena pasti akan mengacau di pertemuan kali ini. Walaupun ia tidak mengira Serena mengacau lebih awal dengan penampilannya yang seperti ini. "Sayang, mengapa kau berpenampilan seperti ini saat ada calon suamimu datang untuk bertemu denganmu?" Tanya Antonio dengan tenang.

Serena yang sudah duduk di kursinya lantas melayangkan pandangan pada pria yang ayahnya sebut sebagai calon suami.

Pada detik itulah Serena terkejut pada penampilan pria itu.

Pria itu memiliki wajah tertampan yang pernah ia lihat, walaupun ia merasa mata pria itu mempunyai aura dingin dan bengis namun alis yang melengkung indah di atas kedua mata itu dapat menyeimbangkan aura menakutkan yang terpancar darinya. Mata itu menyorot tajam memperhatikan dirinya sehingga Serena kewalahan untuk tidak bereaksi apapun dan tetap menjaga ekspresinya sedatar mungkin.

Pria itu mengenakan kemeja yang membalut tubuhnya dengan pas, menampilkan otot bersembulan di balik kain itu. Serena dapat membayangkan seberapa keras tubuh pria itu jika ia menelusurkan jarinya di sana. Pria ini berbahaya! Semakin lama ia semakin terpikat pada penampilan fisiknya. Ia harus segera mengalihkan perhatiannya dari pria itu sebelum ia tertarik lebih jauh. Bagaimanapun pria itu sama liciknya dengan Antonio. Mereka berdua merupakan spesies manusia yang sama, yang lebih mementingkan kekuasaannya dibandingkan hidupnya.

"Sayang, ayo sapa calon suamimu." Perintah Antonio. Ia bersyukur pria tua itu menyadarkan Serena dari keterpanaanya pada Lucien. Sehingga ia dapat kembali menenangkan dirinya dan terlihat bosan menanggapi ayahnya, seperti biasa.

Serena bersandar pada kursi makan bersandaran tinggi itu. Mengistirahatkan kepalanya.

Antonio mengusap kepalanya dengan tangan kirinya. "Baiklah jika kau tidak mau. Kau bisa mulai makan saja sekarang." Antonio memanggil Maria untuk menyiapkan makanan untuk putrinya sementara Lucien masih memandangi Serena semenjak pertama kali mata mereka bertaut.

Lucien mencari celah dari gadis itu. namun, ia tidak menemukan kekurangan dari wanita bernama Serena tersebut. satu – satunya kekurangan yang gadis itu miliki adalah akal pikirannya. Seandainya Serena tidak gila, ia pasti akan dengan senang hati menikahi gadis itu. walaupun saat ini ia juga memang sudah bertekad untuk menerima perjodohan yang ditawarkan Antonio. Namun, jika Serena waras ia akan menganggap wanita itu sebagai istri sungguhannya setelah mereka menikah. Sayang sekali wanita secantik ini harus memiliki gangguan jiwa.

Tiba – tiba saja ia merasa sedikit kecewa karena Serena gila. Padahal sebelumnya ia sudah bersiap untuk menerima kondisi mental gadis yang belum pernah ia temui. Setelah melihat bagaimana cantiknya Serena, hatinya dihinggapi rasa kecewa yang berlebihan dibandingkan saat pertama ia tahu mengenai hal ini dari mulut Andrew.

Married with the hottest CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang