19

1.1K 48 0
                                    

"Aku sudah bilang kau akan mudah tertidur setelah kita bercinta. Mulai malam ini kita bisa melakukan itu setiap hari hingga akhirnya kau terbiasa." Lucien mencium bibir istrinya yang baru saja selesai mandi. Rambutnya yang masih basah meneteskan air, tubuhnya masih terbalut handuk kimono. Lucien tidak terbiasa dengan pemandangan ini dan hal itu membuatnya senang tanpa ia sadari.

Hari ini adalah hari pertama Serena akan bekerja di kantor Lucien. Setidaknya, ada sesuatu yang akan menyita pikiran Serena sehingga ia tidak akan terlalu banyak berpikir tentang ayahnya serta ibu dan tunangan Lucien. Serena hanya tersenyum menanggapi ucapan Lucien. Pria itu baru saja akan memasuki kamar mandi tanpa sehelai benang menutupi tubuhnya.

Setelah pintu kamar mandi tertutup, Serena mengeringkan rambutnya dan segera berpakaian lalu menyiapkan sarapan untuknya dan juga Lucien.

Ia tidak tahu apa yang biasanya pria itu makan untuk sarapan namun pelayan di rumah ini sudah menyiapkan banyak hidangan saat ia turun ke bawah. Sehingga Serena tidak perlu mengerjakan apapun dan hanya menunggu Lucien turun untuk bergabung makan bersamanya.

"Kau tidak makan?" Lucien selesai dengan pakaiannya. Pria itu terlihat sangat berbeda dengan setelan kerja rapi yang menutupi tubuhnya. Tetap tampan, namun tattoo yang ada di lengannya tidak terlihat dan mengurangi aura gelap yang biasanya ia lihat saat pria itu tanpa busana.

"Aku menunggumu." Serena mengambilkan piring untuk Lucien begitu pria itu duduk di sampingnya. "Kau mau makan apa?" Serena mengisi piring itu dengan yang Lucien sebutkan sebagai jawaban dari pertanyaannya dan ia memberikan sepiring penuh makanan untuk suaminya sedangkan ia mengambil piring lain untuk ia isi dengan roti dan selai strawberry. "Lucien, sebaiknya aku berangkat lebih dulu sebelum kau."

Lucien menaikkan alisnya. "Kenapa?"

"Agar kita tidak tiba bersamaan."

"Memangnya kenapa jika kita tiba dalam waktu yang bersamaan?"

"Aku tidak ingin menyebabkan keributan."

"Tidak akan ada keributan. Mereka akan menutup mulutnya jika aku meminta untuk tidak membicarakan istriku saat itu juga."

Serena menggigit roti itu dengan pelan. "Itu maksudku. Aku tidak ingin mereka tahu bahwa aku istrimu."

"Apa maksudmu?"

"Aku datang ke kantor itu untuk bekerja."

"Aku tahu. Itu sebabnya aku mencarikan posisi yang sesuai untukmu."

"Tapi aku tidak mau orang-orang membicarakan aku apalagi karena aku bekerja di sana sebagai istrimu."

"Apa pedulimu mengurusi omongan mereka?"

Serena cemberut. "Aku benar-benar tidak mau mereka tahu kita telah menikah."

"Berikan satu alasan yang tepat untukku."

"Aku ingin bekerja secara profesional dan jika mereka tahu aku adalah istrimu, mereka akan memperlakukanku secara istimewa karena aku adalah istri dari pemilik perusahaan dimana mereka bekerja."

"Aku tidak mengerti kenapa kau mempermasalahkan hal itu."

"Oh, ayolah. Kumohon, kali ini saja. Biarkan aku berkembang di perusahaanmu karena kemampuanku, ya?" Wajah Serena memohon dengan sungguh-sungguh pada Lucien. Karenanya pria itu tidak mampu menolak keinginan Serena saat itu.

"Baiklah tapi aku akan berubah pikiran kapanpun jika kau mengacau dan membuatku terpaksa melakukannya. Mengerti?"

Senyuman di bibir Serena mengembang lebar. "Okay."

Tanpa Lucien sadari, bibirnya juga ikut tersenyum saat melihat itu.

=-=

Serena memang sangat bahagia hanya karena suaminya mengijinkan ia bekerja di perusahaan itu dengan jati dirinya sendiri. Tanpa ada satu orang pun yang mengetahui bahwa ia adalah istri dari pemilik bangunan megah itu, CEO dari perusahaan property yang paling diincar oleh wanita muda di kalangannya.

Ia masuk lebih dulu ke lantai dimana dirinya akan bekerja karena Lucien meminta Serena untuk meemui Andrew untuk mempersiapkan semuanya. Seperti yang sudah dijanjikan suaminya, Andrew tampak berdiri menunggu kedatangan Serena di pintu masuk kantornya yang mewah dan elegan. Pria itu sedikit membungkukkan badan untuk memberi salam padanya. "Nyonya, silakan masuk."

Serena melotot pada Andrew, dan langsung mendekatkan diri pada pria itu untuk berbisik. "Jangan panggil aku seperti itu. Aku hanya karyawan baru di sini, bukan istri dari atasanmu. Kau mengerti?"

Andrew langsung paham dan merubah sikapnya dengan cepat. "Mari ikut saya, miss."

Serena mengekori Andrew yang tengah memperkenalkan dirinya pada departemen lain, beberapa orang memandangi Serena karena penasaran dimana ia akan ditempatkan dan beberapa lain memandangnya hanya karena takjub pada kecantikan wanita itu. Sebagian kecil dari mereka ada yang tidak peduli dan hanya menanggapi Serena dengan gumaman dan senyum sopan saat ia memperkenalkan dirinya.

Tekanan bekerja di kantor bonafid sudah mulai terasa begitu jam kerja sudah di mulai. Serena memperhatikan semua orang fokus dan serius dengan apa yang mereka lakukan saat ini. Sedangkan ia masih mencerna pekerjaan barunya yang akan ia kerjakan mulai hari ini. Serena menghela napas dalam dan kembali mengembalikan perhatiannya pada tumpukan dokumen yang harus ia pelajari sebelum menangani tugas yang lebih penting nantinya.

Ting

Bunyi tanda notifikasi pesan dari ponselnya berbunyi.

'Menikmati hari pertamamu?'

Serena menyunggingkan sedikit senyuman di mulutnya saat Lucien mengirimi ia pesan singkat. Ia melirik ke sekeliling ruangan untuk memastikan tidak ada yang melihatnya, lalu ia buru-buru membalas sesingkat mungkin. 'Tidak buruk.'

'Harimu akan lebih menyenangkan jika kau berada di ruanganku sekarang.'

Hampir saja Serena terkekeh saat membaca itu. 'Aku yakin tidak akan seperti itu.'

'Mau bertaruh? Aku bisa memikirkan banyak aktifitas yang bisa dilakukan di sini.'

Tentu saja, Lucien tidak akan kehabisan akal untuk membuat mereka berdua beraktifitas. Belum apa-apa, pipinya sudah bersemu karena memikirkan aktifitas apa saja yang bisa mereka berdua lakukan di dalam ruangan pribadi milik pria itu. tapi, ia harus fokus bekerja di hari pertamanya dan menolak godaan menyenangkan dari suaminya. 'Tidak, terima kasih. Aku harus kembali bekerja sebelum bosku menangkap basah karyawan barunya tidak bekerja.'

'Oh, bosmu harus memberikan hukuman setimpal yang sangat panas.'

Serena tersenyum pada pesan terakhir pria itu, jika ia membalasnya maka mereka berdua tidak akan berhenti untuk saling mengirimi pesan. Harus Serena yang mengakhiri kekonyolan ini. setelah mematikan ponselnya, ia kembali menumpuk berkas yang sudah ia pelajari ke samping kiri sedangkan ia memeriksa beberapa tumpuk lagi di bagian kanan dan menghela napas berat. Bekerja tidak akan semudah yang ia bayangkan walaupun Serena mendapat posisi ini berkat suaminya.

Ia mendapat gelar sarjananya sebelum dikirim ke tempat rehabilitasi atau yang lebih sering ia sebut tempat pembuangan. Namun meski ia sudah lulus kuliah, dirinya tidak pernah punya kesempatan bekerja karena kejadian mengerikan yang mengharuskan ia menarik diri dari dunianya. Dunia yang dulu ia kira sempurna. 

Married with the hottest CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang