18

1.1K 48 0
                                    

"Serena?" Lucien memanggil wanita itu yang sedari tadi tidak mengucapkan apapun. "Sekarang giliranmu. Apa yang terjadi sehingga kau memutuskan untuk berpura-pura gila?"

Serena menggeleng sambil tersenyum tipis. "Tidak ada yang terjadi. Aku hanya lelah hidup sebagai diriku yang dulu."

"Memangnya apa yang salah denganmu?"

"Tidak ada. Hanya saja, aku butuh menjauh dari semuanya. Aku ingin memulai kehidupan yang baru sebagai orang lain."

"Itu saja?"

"Itu saja. Tidak ada alasan lain."

Lucien memandang Serena curiga. Jika hanya karena itu, mengapa wanita itu bertingkah seperti orang gila selama bertahun-tahun hingga semua orang di sekitarnya percaya bahwa Serena memang gila. Alasan itu kurang memuaskan keingintahuan Lucien. "Tidak ada lagi yang ingin kau ceritakan padaku?"

Saat Serena menggeleng, Lucien merasa istrinya itu menarik dirinya kembali. Menjauh darinya. Namun ia tidak dapat memaksa wanita itu lagi.

"Aku mengantuk." Ucap Serena walaupun matanya masih terlihat segar hanya saja wanita itu menjadi tidak bersemangat untuk membicarakan apapun dengan Lucien dan membalikkan badannya sehingga ia membelakangi Lucien dan memeluk bantalnya.

Lucien melihat wanita itu baru saja memunggunginya dan itu bukan yang ia inginkan dari pernikahan ini maka lengannya memeluk pinggang wanita itu untuk ia tarik hingga kedua tubuh mereka menempel dengan erat. Ia mengecup bahu Serena dari belakang. "Selamat malam, Serena."

Serena tidak menjawab Lucien tapi matanya masih terbuka. Pikiran dalam dirinya berkecamuk. Bagaimana jika suatu hari nanti Lucien mengetahui bahwa orang yang ia cari adalah ayahnya? Tidak. Bisa saja cerita itu hanya kebetulan dan sebenarnya orang yang waktu itu ia lihat bukanlah ibu dan tunangan Lucien. Tidak mungkin dunia sesempit ini bukan? Tapi waktu dan tempat yang diceritakan Lucien begitu sama persis dengan kejadian saat ia memergoki ayahnya membunuh kedua wanita tersebut. Apa yang harus ia lakukan jika itu memang benar?

Dalam waktu lama Serena memikirkan berbagai rencana hingga otaknya menjadi lelah dan tanpa ia sadari dirinya tertidur pulas dalam pelukan Lucien. Di tengah malam ia terbangun karena lilitan lengan dan kaki Lucien di tubuhnya. Serena memandang wajah Lucien sesaat lalu dengan perlahan ia melepaskan tubuhnya dari pria itu dan berjalan keluar dari kamar tersebut.

Ia tidak tenang menatap wajah Lucien. Bayangan kedua wanita itu selalu melintas saat ia menatapnya. Serena kembali ke kamar tidur asalnya yang kini tampak kosong karena sebagian barang-barangnya telah beralih ke kamar sebelah. Kamarnya bersama Lucien.

Ia masuk ke kamar mandi dan mencuci wajahnya, lalu menghampiri tempat tidur dan berbaring di sana. mungkin ia akan tidur lebih nyenyak di sini, pikirnya. Namun baru saja ia tertidur dalam belasan menit, Serena terbangun karena mendengar suara pintu terbuka dengan keras. ia terlonjak dan dengan sekali gerakan Serena duduk saat menyadari Lucien masuk ke kamarnya.

"Serena, apa yang kau lakukan di sini?"

"Hah?" Serena gelagapan dan bingung menjawab pertanyaan itu karena otaknya masih setengah tertidur. "Aku.. aku tidak bisa tidur di sana."

"Kenapa? Kau lebih suka kamar kecil ini?" tanya Lucien sambil memandang kamar yang sebenarnya tidak kecil menurut Serena.

Serena menggeleng. "Aku tidak terbiasa tidur dengan orang asing."

"Orang asing? Maksudmu aku?" Lucien tampak tersinggung mendengar jawaban dari wanita itu. "Jadi aku hanya orang asing bagimu?"

Mau dipikir bagaimanapun, Lucien memang orang asing bagi Serena. Mereka tidak mengenal sama sekali sebelum menikah. Dan setelah berbulan-bulan menikahpun tidak banyak interaksi yang terjadi. Baru setelah Serena berulah di pesta itu, Lucien jadi semakin memperhatikannya, bukan?

"Maksudku, selama ini aku tidur sendirian. Jadi aku tidak terbiasa ada kau disampingku."

"Malam itu kau tidur lelap di sampingku." Lucien mengingatkan kejadian setelah mereka pertama kali bercinta usai pesta.

"Ya, dulu aku lelah. Kita sama-sama kelelahan jadi aku dapat tertidur dengan mudah." Serena melemparkan jawaban apapun yang terpikir di pikirannya.

Mata Lucien menyipit dan pria itu berjalan mendekat. "Kalau bagitu aku akan membuatmu kelelahan seperti malam itu."

"Apa?" Lucien menyergap Serena. Menggendong wanita itu dan berjalan keluar dari kamarnya menuju kamar mereka. "Tunggu, Lucien. Apa yang kau lakukan? Aku akan tidur di kamarku malam ini."

"Tidak ada. Kau sudah berjanji akan tidur bersamaku mulai sekarang."

"Aku harus membiasakan diri dulu."

"Aku akan membantumu." Jawab Lucien sambil menutup pintu dengan kakinya begitu ia tiba di dalam kamar.

Lucien menaruh Serena di tengah tempat tidurnya dan menindih wanita itu dengan tubuhnya. Bibir pria itu menyerangnya dengan terus menerus hingga mau tidak mau Serena membuka mulutnya karena membutuhkan udara dan pada saat itulah lidah pria itu menelusup untuk menjelajahi rongga mulutnya. Satu tangannya merayap naik hingga menyentuh ujung payudara Serena dan membuat wanita itu bergetar. Lucien tersenyum saat melihat reaksi wanita itu di bawah tubuhnya. "Kau akan terbiasa denganku mulai malam ini, Serena." Janji Lucien padanya.

Bibir panas pria itu turun dan meninggalkan jejak panas di sepanjang lehernya, menyesap dengan lembut sementara kedua tangannya meremas payudara indah milik Serena. Serena memejamkan matanya dan berkali-kali mengerang, membuat Lucien semakin bersemangat dan akhirnya melepaskan semua pakaian yang ada pada tubuh mereka.

Serena tidak dapat berpikir jernih saat bibir pria itu berada di puncak payudaranya dan mengulumnya dnegan lembut. Ia memejamkan matanya dan meremas rambut pria itu saat Lucien mengigit pelan putting yang sudah mulai berubah kemerahan karena kelakuan Lucien. "Lucien, hentikan. Aku tidak tahan."

Lucien mendongak pada Serena dan bibirnya tersenyum jahil. Ia mencium Serena sekilas saat menyiapkan dirinya untuk memasuki tubuh Serena, namun sebelum itu ia menggesek-gesekkan miliknya pada inti kewanitaan Serena berulang kali hingga wanita itu merasa akan gila. "Lucien jika kau tidak ingin melakukannya, hentikan sekarang juga!" Serena kesal karena pria itu terus menggodanya.

Lucien menunduk dan berbisik dengan suara paraunya. "Sayang, mana mungkin aku mau berhenti saat wajahmu saja sudah merangsangku sepenuhnya." Setelah itu barulah Lucien memasukkan miliknya ke dalam tubuh Serena yang nikmat dan panas. Pria itu mengerang dan memejamkan mata. Pinggulnya bergerak cepat memompa wanita yang berada di bawah tubuhnya dengan keras.

Lucien meremas payudara wanita itu sambil terus menggerakkan tubuhnya di dalam Serena. "Kau sangat cantik Serena. Bagaimana bisa tubuhmu terasa sangat nikmat dan seindah ini?" Kepala Lucien turun hanya untuk menghisap payudara Serena dengan keras setelah itu ia kembali menegakkan tubuhnya dan mengangkat kaki Serena agar ia dapat masuk lebih jauh ke dalam tubuh Serena. Tangannya meremas pinggul Serena dan menghentakkan tubuhnya dengan keras sampai cairan panas miliknya menghujani Serena yang sudah mencapai puncaknya lebih dulu.

Serena terengah-engah dan mendorong Lucien dari atas tubuhnya namun pria itu menyusup ke belakangnya dan menyampirkan tangan di atas dada Serena. Ia memainkan payudara berisi milik wanita itu sebelum akhirnya mereka berdua tertidur pulas.

Married with the hottest CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang