Di dalam ruang makan dengan meja panjang berisikan dua belas kursi itu, Antonio duduk di ujung kepala meja dengan seorang pria berumur tiga puluhan di samping kanannya. Di meja itu terhidang berbagai macam makanan untuk menjamu sang tamu yang hanya seorang diri.
Tamunya tidak menyentuh makanannya sama sekali, sementara Antonio sudah melahap steak yang dibuat oleh koki rumahnya. Dengan tenang, pria tua itu mengiris daging sapi itu sebelum memakannya. "Mengapa kau tidak makan?" Tanya Antonio tanpa mengalihkan wajah dari piringnya.
Pria tersebut memiringkan senyumnya. "Aku tidak berselera makan hingga kau memberi tahuku apa maksud undanganmu hari ini."
"Kalau begitu tunggulah sebentar lagi. Aku akan menikmati makananku terlebih dahulu." Ujar Antonio sambil mengunyah makanannya.
Dengan kesal, pria itu menuangkan wine ke dalam gelasnya sendiri sambil menunggu Antonio selesai dengan hidangan sialannya.
Cairah berwarna merah darah itu masuk melalui kerongkongannya. Sudah lama ia tidak bersantai semenjak masalah yang menyita waktunya belakangan ini. Pagi tadi, tiba – tiba saja tua bangka itu menghubunginya dan meminta ia datang ke kediaman mewah ini pada jam makan siang.
Ini bukanlah kunjungan persahabatan atau apa. Karena pada nyatanya, umur mereka terpaut jauh. Dirinya yang masih berusia 32 tahun, tidak mungkin dapat berteman akrab dengan pria tua yang berumur 60 tahun. Lucien seorang pengusaha terhormat, mengapa juga ia harus berteman dengan ketua mafia seperti Antonio?
Ia tidak bodoh. Ia jelas mengetahui bahwa Klan Antonio adalah jaringan mafia terbesar di Amerika Serikat. Jika ia mencari masalah dengan pria itu, bukan tidak mungkin dirinya dan bisnis yang sudah ia bangun dengan baik akan hancur lebur di tangan pria tua itu. seorang pebisnis tentu harus mempunyai dukungan juga dari dunia gelap. Hubungan di antara mereka berdua bisa dikatakan cukup baik walaupun tidak bisa dibilang akrab. Setidaknya, itulah mengapa ia berani datang ke kediaman Antonio seorang diri. Tanpa anak buahnya yang mengawal dan membuntuti karena ia yakin tidak pernah mengalami masalah apapun dengan klan Antonio sehingga dirinya dapat tenang saat memenuhi panggilan tiba – tiba dari pria itu.
Matanya menyipit saat melihat Antonio menyuapkan potongan steak terakhir ke dalam mulutnya. Kemudian pria itu mengelap bibirnya dengan sapu tangan setelah menenggak air putih yang sudah dituangkan oleh pelayan rumahnya.
"Baiklah. Aku akan memulainya sekarang." Pria tua itu membenarkan duduknya dan sedikit menyandarkan badannya pada kursi. "Aku sudah mengamatimu dan juga bisnis yang kau bangun beberapa tahun terakhir ini, kuakui aku terkesan dengan semua pencapaianmu di usia yang menurutku masih terbilang sangat muda." Bisnis propertynya memang sedang meraih kesuksesan beberapa tahun belakangan ini.
"Lalu kenapa? Dunia kita berbeda. Aku pebisnis, sedangkan kau berada di bidang yang berbeda denganku. Kita tidak akan bersinggungan dan tidak ada urusan satu sama lain."
Pria itu tertawa. "Tentu saja. Walaupun kita di dunia yang berbeda, aku lebih berkuasa di duniaku, dibandingkan kau di duniamu sendiri." Ucapnya dengan angkuh. Namun, ia tidak dapat membantahnya karena itu benar. "Tapi aku berniat memberikan segala yang kupunya padamu. Seorang pengusaha sukses, harus mempunyai dukungan dari orang-orang seperti kita, bukan?"
Pria itu menaikkan alisnya saat mendengar ucapan Antonio. "Apa maksudmu?"
"Kau tahu aku tidak punya putra yang dapat meneruskan tahtaku. Semua anggota klanku tidak ada yang sebanding denganmu. Mereka memiliki darah seorang bawahan. Pelayan yang terus menerus menjilati kaki tuannya. Tidak bisa kuandalkan untuk memegang kekuasaan yang sudah kupegang selama ini. Tapi kau, aku memperhatikanmu selama lima tahun terakhir ini."
"Jadi maksudmu kau akan menurunkan klanmu padaku?" Pria itu mendengus tak percaya.
Antonio menangkup dagunya dengan tangan sambil mengusap janggut yang sudah berwarna putih itu. "Yah, aku kira kau jauh lebih mampu dari pria manapun yang kukenal. Aku sudah mengenalmu sejak kasus penggelapan uang yang melibatkan pembunuhan perdana menteri tiga tahun lalu, sebagai seorang pengusaha keterampilanmu di dunia gelap ini pun patut diperhitungkan."
Ah, ia ingat. Saat itu, perusahaannya tertuduh dalam kasus penggelapan dana dan penyogokan seorang pejabat. Salah satu orang yang berpengaruh di negeri ini. Itulah yang membuatnya menjadikan seperti sekarang, berurusan dengan orang-orang yang dapat memberinya bantuan dengan tepat, seseorang seperti Antonio. Bukan polisi. Polisi hanya ingin dirinya dipenjara agar mereka mendapat bonus atas penangkapan itu, walaupun mereka salah menangkap pelaku.
"Lalu apa imbalan yang kau minta? Aku tak percaya kau akan dengan mudahnya memberikanku tahta kerajaan yang sudah kau bangun sejak berpuluh – puluh tahun yang lalu."
Antonio tampak berpikir keras sebelum ia menjawab. "Aku tidak meminta imbalan apapun darimu. Memangnya kau kira apa yang kau punya yang tidak aku miliki, heh?"
"Jadi hanya terjadi begitu saja? Tiba – tiba aku memegang kendali seluruh klanmu?" Tanyanya sangsi. Ia tahu di dunia kelam seperti itu tidak ada yang namanya kebaikan. Hal – hal seperti ini harus ia waspadai sebelum terjadi konsekuensi yang menghancurkan dirinya.
"Ternyata kau pria yang cerdik." Antonio mengulurkan tangan untuk mengambil gelas wine nya dan mulai menggoyangkan tangkai gelas itu agar isinya tercampur sebelum masuk ke dalam mulutnya. "Aku hanya ingin kau meyakinkanku bahwa kau tidak akan menghancurkan kerajaan yang sudah kubangun dengan susah payah ini."
"Bagaimana caranya aku meyakinkanmu? Tidak mungkin kau memintaku menandatangani surat perjanjian. Hitam di atas putih."
Antonio terkekeh lagi mendengar gagasan pria itu. "Sejujurnya ada benarnya yang kau katakan. Aku memang akan meminta kau menandatangani sesuatu. Tapi bukan surat perjanjian."
"Lalu apa?" Tanyanya tidak sabar. Pria tua itu benar - benar menguji kesabarannya.
"Buku nikah. Aku akan memintamu menikahi putriku, dengan begitu aku tahu kau telah terikat secara hukum dengan keluargaku dan juga sekaligus tahta kerajaan mafiaku ini."
Pria itu tercengang meminta permintaan Antonio.
"Permintaanmu terlalu banyak. Maksudmu aku harus mengorbankan hidupku pada putrimu demi bisa menjadi seperti dirimu?" Tawa sinis keluar dari mulut pria itu. "Itu bahkan tidak ada dalam rencanaku."
"Tidak. Permintaanku adalah hal yang wajar. Putriku saat ini berumur 25 tahun. Dan pertama kali aku membangun kerajaan ini adalah saat tepat putriku lahir. Jadi bisa dibilang, putriku dan kerajaan ini terlahir bersamaan dan tidak dapat dipisahkan. Jika dulu putriku tidak lahir, klanku tentu tidak pernah ada."
Pria itu semakin tidak mengerti apa hubungannya klan ini dengan putrinya. Putri Antonio tentu saja tidak pernah turut andil dalam dunia kemafiaan. Jadi mengapa putrinya harus menjadi satu kesatuan dengan klan itu?
"Jika kau tidak mengerti. Saat putriku lahir, aku adalah pria miskin yang tidak dapat memberikan apa – apa pada istri dan anakku. Di hari pertama, aku melakukan pekerjaan kotor demi menghidupi mereka berdua. Hingga saat ini. Jadi, kau tahu mengapa putriku sangat penting untuk hidupku bukan?"
"Jika putrimu sangat penting untukmu lalu kenapa kau memberikan putrimu padaku? Apa kau yakin, aku tidak akan melakukan sesuatu yang berbahaya pada putrimu?"
Antonio tertawa lagi. "Aku serahkan itu padamu. Jika kau dapat melakukan sesuatu yang berbahaya padanya, terserah kau saja."
Pria tua sinting! Mana ada seorang ayah yang berkata seperti itu mengenai putrinya sendiri. Tapi tawaran untuk menggantikan posisi Antonio begitu menggoda. Jika ia dapat menguasai klan mafia seluruh bagian Negara Amerika Serikat, itu tandanya akses untuk dapat menemukan musuh bebuyutannya akan lebih mudah. Dan ia dapat membayarkan dendamnya yang selama ini ia pertahankan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with the hottest CEO
RomanceSeorang mafia yang menikah dengan wanita gila. Namun, benarkah wanita itu gila?