17

1.1K 55 0
                                    

Barang-barang yang Serena butuhkan sudah beralih ke dalam kamar Lucien. Perawatan wajah dan kulitnya tertata rapi berdampingan dengan milik pria itu yang hanya sedikit, bahkan bisa terhitung oleh jari. Sederetan pakaian Serena pun sudah masuk dan berbagi lemari yang sama walau belum semua karena Lucien sudah ingin mengusir semua pelayannya keluar dari kamar itu.

Lucien sudah bersandar di ranjangnya sejak beberapa saat yang lalu, memperhatikan Serena yang berpura-pura sibuk menata ulang barang-barangnya. "Jika kau tidak segera naik ke atas ranjang, aku sendiri yang akan menyeretmu ke sini, Serena."

Serena menghentikan gerakannya lalu perlahan berbalik menuju ranjang besar itu di mana Lucien sudah duduk dengan tenang, menunggunya. Wanita itu mengenakan setelan tidur dengan motif beruang lucu yang dipilihkan staf rumah tangganya, membuat Lucien geli jika mengingat kelakuan asli wanita itu. "Besok aku akan menyuruh Anne untuk membelikan lingerie untukmu. Pakaian itu tidak cocok kau kenakan." Ujar Lucien mengedik pada baju tidurnya.

Serena duduk di samping pria itu dan menunduk pada bajunya. "Apa yang salah dengan baju ini?"

"Tidak ada." Lucien menahan senyumannya dan mengulurkan tangan pada Serena saat berbaring di atas ranjangnya. "Kemari."

Serena mengikuti perintah suaminya, ia berbaring di dalam pelukan pria itu dengan bingung.

"Aku ingin mengenalmu, Serena."

Serena menengadah. "Kenapa?"

"Apa maksudmu kenapa? Kau istriku."

Serena tahu itu tapi ia masih tidak mengerti mengapa kini pria itu harus bersikap berbeda dengan sebelumnya. "Kau tahu, aku tidak akan mengatakan apapun pada ayah jika kau melakukan apa yang biasanya kau lakukan dengan Anne. Lagipula, ayah sendiri yang menyuruhmu seperti itu."

"Untuk kejadian itu, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud melakukan hal itu jika tahu kau tidak..." Lucien tidak meneruskan kata-katanya khawatir Serena tersinggung.

"Kalau aku tidak gila?" Tanya Serena. "Yah, jangan khawatir. Walaupun aku tidak gila, aku tidak keberatan kau meniduri wanita lain." Asal jangan didepan mataku, batin Serena. Terakhir kali ia melihat Lucien dan Anne di ruang kerja pria itu, memicu sedikit kemarahan dalam hatinya. Mungkin ia tidak akan merasa seperti itu jika tidak melihatnya secara langsung.

"Aku tidak meniduri wanita manapun, setelah menikah denganmu. Aku bersumpah. Hanya saja, kau tahu, aku juga seorang pria jadi itu adalah satu-satunya jalan untukku."

Serena menggumam tidak jelas tapi ia tidak mengeluarkan kalimat apapun lagi walaupun Lucien sudah menunggu. "Jadi, kau tidak ingin menceritakan apapun padaku?"

"Mengenai apa?"

"Mengapa semua orang mengatakan kau gila padahal tidak."

"Mungkin karena aku memang gila."

"Oh, ayolah Serena. Aku tahu kau tidak gila. Tidak ada wanita gila yang dapat bercinta seperti yang kau lakukan beberapa hari lalu."

Serena tersipu malu karena diingatkan pada malam liar itu. Malam yang mengubah semua sandiwaranya dan terpenting adalah, ia lah yang menggoda Lucien pada malam itu. Layaknya wanita murahan.

"Bagaimana denganmu? Mengapa kau bersedia menikahiku padahal kau sama sekali tidak membutuhkan kekayaan ayah." Serena berkali-kali mencari tahu mengenai pria itu sebelum akhirnya mereka menikah. Lucien tidak kekurangan harta sedikitpun. Pria itu sukses dengan usaha propertinya. Banyak bangunan mewah di kota ini yang dimiliki oleh pria itu. Belum lagi, project perusahaannya sudah melanglang buana ke seluruh US. Gedung-gedung terkenal merupakan hasil kerja keras pria itu dan karyawannya. Bagaimana mungkin Lucien mau menikahinya hanya karena dijanjikan harta oleh ayahnya. Pasti ada sebab lain.

Married with the hottest CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang