23

1.1K 51 0
                                    

"Serena, kau bisa menggantikanku siang ini?" Emma tiba-tiba menghampiri Serena sebelum jam kerja di mulai. Ia baru saja menyalakan komputernya saat Emma menarik kursi dan duduk di sampingnya.

"Menggantikanmu untuk apa?" Tanya Serena sambil menekan mouse komputernya. Me-refresh beberapa kali, seperti yang biasa ia lakukan setiap menyalakan laptop, lalu membuka file yang akan ia kerjakan.

"Seharusnya hari ini aku mengunjungi lapangan tapi tiba-tiba saja aku harus izin pulang setengah hari."

Serena membulatkan matanya. "Em, ini hari keduaku. Apa yang harus kulakukan nantinya?"

"Aku akan menjelaskan gambaran singkatnya. Tenang saja, kau hanya harus mengecek apakah pekerjaannya sudah ada banyak perkembangan atau tidak dan apa kau lihat para pekerja bekerja dengan giat atau tidak. Tapi aku yakin, saat kita berada di lokasi, mereka selalu bekerja mati-matian. Berbeda dengan saat kita tidak ada di sana."

Serena menggaruk tengkuknya. Itu memang tugas yang mudah, jika saja seseorang tahu batas aman pekerjaan itu dimana. "Aku tidak yakin, Em. Maksudku, itu terdengar mudah. Tapi jika indikator bagus dariku berbeda dengan indikatormu bagaimana?"

"Hei, tenang saja. Aku akan menemanimu, kalau begitu." Sebuah suara tiba-tiba bergabung dalam obrolan mereka.

Steve yang baru tiba di kantor mendengar percakapan mereka saat kebetulan melewatinya untuk menuju meja kerja. "Serena, aku ahli dalam melakukan pemantauan pekerjaan lapangan. Jangan khawatir."

"Ah, benar! Kau bisa minta Steve menemanimu. Dia bisa beralasan memeriksa bahan property di sana. Mata Emma berbinar saat ia memikirkan alasan brilian yang terpikirkan olehnya.

Serena mengedikkan bahu. "Baiklah kalau begitu, jam berapa aku harus pergi?"

Steve mendekat pada meja Serena. "Bagaimana jika sebelum makan siang? Jadi kita bisa makan di luar sebelum menuju lokasi. Pintar, bukan?"

Serena hanya menganggukkan kepalanya mendengar usulan tersebut. "Boleh saja."

"Sudah kubilang. Steve memang jagonya dalam beralibi. Ada saja alasan yang bisa ia buat demi tidak bekerja." Ucap Emma dengan nada sarkastik.

"Hey! Aku kan berniat membantumu. Mengapa kau menyudutkanku sekarang?"

Emma menyerah dan mengangkat kedua tangannya ke atas. "Baiklah aku mengalah." Emma menepuk bahu Serena dan berkata. "Serena aku serahkan padamu. Tapi jangan sampai kau termakan rayuan Steve di tengah perjalananmu, bisa-bisa kalian akan menghabiskan waktu di gedung kosong untuk menuntaskan tujuan Steve."

Emma pergi dari meja Serena meninggalkan Steve yang kesal karena ejekan wanita itu.

"Jangan dengarkan dia, Serena. Wanita itu memang menyebalkan."

Serena hanya tertawa setelah itu Steve pamit bilang akan kembali ke tempatnya karena jam kerja sudah di mulai.

=-=

Steve memilih kedai kecil di pinggir jalan yang terlihat rapi dan bersih. Belum banyak pengunjung karena jam makan siang belum tiba. Hanya saja mereka sudah pergi lebih dulu setengah jam sebelum jam makan siang yang akan memenuhi kedai ini.

"Ini kedai favoritku untuk memakan sandwhich dan pasta. Kau ingin makan apa?"

Serena tidak familiar dengan menunya yang dinamakan artis-artis Hollywood. Ia menatap menu itu lama dan mengira-ngira menu apa yang akan disajikan nantinya.

Steve menyadari kebingungan Serena. Ia langsung mengambil buku menu itu dari tangan Serena. "Ah, maaf. Aku lupa kau baru di sini. Biar aku jelaskan nama makanan yang ada di menu ini." Dengan sigap Steve menyebutkan satu persatu nama menu yang ada di sana, lengkap dengan penjelasannya. Saking seringnya ia mengunjungi tempat ini di perjalanan pergi ke kantor maupun sepulang dari sana menuju rumah. "Menu favoritku adalah Jen-Law Sandwhich dan Seyfried pasta."

Married with the hottest CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang