Waktu istirahat mereka sisa lima belas menit lagi. Serena, dan ketiga temannya termasuk Steve bergegas kembali ke kantor mereka sebelum terlambat. Saat sedang menunggu lift untuk membawa mereka ke lantai atas, Lucien dan Andrew tiba di depan lift VIP yang hanya boleh di naiki oleh pemilik gedung dan juga beberapa CEO yang menaruh saham besar di bangunan tersebut.
Andrew mendekati Serena dan berbicara dengan formal. "Miss, tuan Salvatore ingin anda ke ruangan beliau."
Bukan hanya Serena, Jane dan Emma pun terkesiap mendengar kaki tangan Lucien meminta Serena untuk ikut dengannya. Serena kemudian menjawab, "apa aku melakukan kesalahan di hari pertamaku bekerja?" mata Serena melirik Lucien yang masih bergeming di depan pintu lift di sampingnya.
"Tidak ada. Hanya prosedur untuk karyawan baru, tuan Salvatore sendiri akan menjelaskan beberapa hal penting mengenai perusahaan yang harus anda ketahui." Lantas Andrew menjulurkan tangannya, mengarahkan Serena untuk bergeser ke depan pintu lift yang akan dinaiki oleh Lucien.
Saat pintu lift VIP terbuka lebih dulu, mereka bertiga masuk ke dalam kotak besi yang meluncur dengan cepat tersebut. Andrew berdiri di barisan paling depan sementara Serena sejajar dengan Lucien. Ia melirik pria itu yang sedari tadi tidak mengucapkan sepatah katapun padanya. Dari samping, Serena dapat melihat rahang tegas milik pria itu mengeras dan sorot matanya lurus dan tajam. Baru saja ia akan bertanya pada Lucien, mengapa ia dibawa ke ruangan miliknya namun lift sudah terbuka dan berhenti di sebuah lantai yang dua kali lipat lebih mewah dari lantai kantornya.
Ornament pada ruangan itu terkesan mahal dan dingin. Beda dengan kantornya yang walaupun elegan namun masih terasa hangat. Ruangan ini seolah mengingatkan kita untuk bersikap berhati-hati saat berada di sana. langkah panjang Lucien menuju ke suatu ruangan dengan dua pintu tinggi menjulang. Tanpa harus bertanyapun, Serena tahu ruangan ini milik pria itu. Lucien menutup pintunya begitu Serena memasuki ruangan itu.
"Lucien sepuluh menit lagi jam istirahat selesai." Ia mengingatkan. "Prosedur apa yang ingin kau beritahu padaku?"
"Ini baru hari pertama." Ucap pria itu. tentu saja Serena tahu ini hari pertamanya.
Serena menatap suaminya dengan bingung dan menunggu pria itu melanjutkan kalimatnya.
"Ini baru hari pertama dan kau sudah menggoda karyawan lain bahkan sebelum hari ini berakhir."
Serena yakin ia mengerjap beberapa kali untuk memastikan indera pendengarannya tidak salah mendengar kalimat yang baru saja keluar dari mulut pria itu. "Menggoda apa maksudmu?"
"Apa yang kau lakukan di kafetaria dengan pria itu?"
"Aku bersama dua teman wanita lainnya di sana. bukan hanya dengan pria itu."
"Tapi hanya kau yang berpelukan mesra dengan pria itu, bukan mereka!" Nada suara pria itu membuat Serena sedikit kaget.
"Lucien, apa kau tidak pernah memeluk seorang wanita atau bagaimana? Itu tidak bisa dikatakan berpelukan."
Alis pria itu naik. "Lalu apa? pada hari pertama bekerja saja kau sudah menggoda pria lain."
"Apa kau melihatku menyentuh pria itu barusan?" Tanya Serena kesal.
"Tidak perlu menyentuhnya, kau bisa menggoda pria manapun hanya dengan senyuman sialanmu!" Lucien mengingat kejadian saat pesta di rumahnya tempo itu. Dengan sedikit senyuman menggoda dari istrinya, beberapa pria tergoda dan berlomba untuk mendapatkan perhatiannya.
"Kalau begitu itu salah mereka, kenapa kau memarahiku?"
"Jadi kau mengakui bahwa tadi kau memang menggoda pria itu?"
Serena memutar bola matanya.
"Jawab aku, Serena!"
Serena mengambil langkah untuk mendekat pada pria itu. ia mengulurkan tangannya untuk meraih rahang yang sedari tadi ingin ia gapai lalu berjinjit untuk berbisik pada telinga Lucien. "Ini yang bisa kau sebut sebagai menggoda." Tidak lupa Serena meninggalkan jejak bibirnya pada garis rahang Lucien yang mengeras.
Serena pikir dirinya dapat sedikit menjahili Lucien dengan bersikap seperti itu namun ia salah. Detik berikutnya yang ia tahu, Lucien sudah menyudutkan tubuhnya pada meja kerja pria itu dan menghempas jarak di antara mereka. Bibir pria itu dengan rakus menciumi bibir Serena dan turun hingga leher jenjangnya yang membuat Lucien gila. Tangannya berada di balik kemeja Serena, menyentuh apa yang bisa ia sentuh dan meremas bagian tubuh terseksi dari wanita itu.
Serena mengeluarkan desahan saat pria itu memutar putingnya sedikit keras, dengan gerakan tangan Lucien yang cepat kancing kemeja Serena sudah terbuka dengan sempurna. Pria itu menyingkap bra milik Serena ke atas hingga memperlihatkan apa yang ingin ia lihat sedari tadi. mulut pria itu langsung turun dan melingkari puncak dada Serena sementara tangannya membuka sabuk dan celana yang ia kenakan.
Suara gemerincing sabuk itu menyadarkan Serena.
Sambil terengah, Serena berkata. "Lucien dalam waktu kurang dari lima menit lagi aku harus sudah berada di kantor."
Lucien tidak mendengarkan karena ia sudah berhasil menurunkan celananya. Pria itu mengangkat pinggang Serena agar wanita itu duduk dengan nyaman di atas mejanya.
"Lucien, hentikan." Pinta wanita itu saat Lucien melanjutkan gerilya tangannya di tubuh Serena.
"Aku akan melakukannya dengan cepat."
"Tidak ada waktu. Aku sedang bekerja sekarang."
"Kau bekerja di perusahaanku, itu artinya kau bekerja untukku."
Benar juga. Serena mengerutkan kening karena kesal tapi Lucien tidak ingin membuang waktu dengan pembicaraan sia-sia. Jari kuat pria itu merentangkan kaki Serena dan menggeser celana dalam yang dikenakannya ke samping.
"Lucien, kau bahkan tidak ingin melepaskan celana dalamku terlebih dulu?"
Pria itu menyeringai. "Kau bilang sudah tidak ada waktu lagi." Lantas jari pria itu mengusap inti kewanitaan Serena yang sudah terasa basah dan siap untuk ia masuki. Sambil menciumi leher wanita itu, Lucien menyatukan tubuhnya dengan Serena secara perlahan.
Serena menahan napasnya saat tiba-tiba sesuatu yang besar memenuhi dirinya. Tangannya mencengkram pundak Lucien dan berpegangan selagi pria itu memompa dirinya dengan semangat.
"Aaah.. Lucien.."
"Ya, panggil namaku sayang.." Lucien mengulum puting wanita itu lalu sesekali menjilat dan menggodanya, membuat Serena bergetar karena nikmat. Saat ia sudah merasakan Serena akan mencapai puncaknya, Lucien memperkuat dorongan tubuhnya tanpa henti hingga akhirnya mereka mendapatkan kepuasan masing-masing.
Lucien mengistirahatkan kepalanya di atas dada Serena. Mencoba menormalkan detak jantung dan napas mereka sebelum akhirnya Serena mendorong pria itu dari atas tubuhnya. "Bosku pasti akan memecatku segera setelah tahu apa yang kulakukan saat ini, pada jam kerja." Candanya.
"Oh, percayalah, bosmu akan berterimakasih atas apa yang kau lakukan. Kau adalah karyawan teladan di kantor ini." Ucap Lucien sambil mengambil tissue dari atas mejanya dan membersihkan dirinya. Setelah memakai kembali celananya, ia mengambil beberapa lembar lagi untuk membersihkan milik Serena.
Serena menghentikan gerakan tangan Lucien karena rasanya aneh saat ada seseorang yang melakukan itu untuknya. "Aku bisa melakukannya sendiri." Namun seperti biasa, Lucien tidak ingin dibantah. Ia menepis tangan Serena dan melanjutkan apa yang sempat tertunda. Pria itu tidak menyadari bahwa Serena setengah mati menahan malu karena pria itu melakukan hal intim itu untuknya. padahal jika dipikir lagi, mereka berdua sudah berulang kali tidur bersama. Tetap saja, hal-hal seperti ini masih membuatnya malu dan salah tingkah.
Setelah Lucien puas dengan hasil pekerjaannya, ia membantu Serena berdiri dan merapikan pakaian beserta rambutnya. "Ini terakhir kali aku memperingatkanmu. Jangan menggoda karyawan lain jika kau masih ingin bekerja di sini. kau mengerti, Serena?"
"Aku tidak mengerti karena aku tidak merasa telah menggoda siapapun hari ini kecuali suamiku sendiri." Jawab Serena kembali ketus.
Lucien tersenyum dan mencium kening wanita itu. "Selamat bekerja."
Tanpa mengatakan apa-apa, Serena berjalan keluar dari ruangan besar itu menuju ke lantai kantornya yang berada dua lantai di bawah lantai khusus milik suaminya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with the hottest CEO
RomanceSeorang mafia yang menikah dengan wanita gila. Namun, benarkah wanita itu gila?