Sesakit apa pun luka fisik, lebih sakit luka hati. Sakit, tetapi tidak berdarah.
_____________________Pendapat dari beberapa orang, keluarga adalah tempat untuk pulang. Namun, bagaimana jika keluarga tersebut justru adalah musuh terbesar yang memang seharusnya dihindari? Seperti itu kehidupan seorang gadis, bernama lengkap, Asheeqa Syazani Albirru. Kematian ibu kandungnya merupakan takdir Allah. Namun, gadis itu yang harus menanggung hukuman terbesar di dalam kehidupannya.
Self harm atau self injury yang biasa dikenal dengan menyakiti diri sendiri adalah dampak terbesar akibat gangguan mental. Bukan hanya itu, Asheeqa pun kerap merasakan gejala yang mengarah pada depresi atau biasa dikenal dengan istilah, bipolar disorder. Bipolar disorder sendiri memiliki arti sebagai kelainan psikologi yang ditandai dengan perubahan mood atau perasaan yang terbilang ekstrem.
Bipolar dan kepribadian ganda sebenarnya adalah dua hal yang berbeda. Secara sederhana, gangguan bipolar disorder adalah gangguan suasana hati. Namun bila diperhatikan, gangguan bipolar tidak pernah memiliki masalah dengan identitas diri seperti kondisi pengidap kepribadian ganda.
Kumandang azan Subuh telah terdengar sejak lima belas menit yang lalu, Asheeqa segera bersiap-siap untuk melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim.
Selesai mengucapkan salam pada tahiyat akhir, terdengar suara ketukan pintu dari arah luar kamarnya.
"Dek, kamu dipanggil ayah," ucap Alia dengan suara pelan, karena takut mengganggu adik tirinya.
"Iya, Kak." Asheeqa segera melipat mukena dan sajadah, kemudian beranjak untuk menghampiri ayahnya yang sepertinya sedang berusaha menahan amarah.
Dengan langkah pelan, Asheeqa berusaha menetralkan degup jantungnya. Firasatnya mengatakan, akan ada masalah besar yang memancing kemarahan sang ayah.
"Ada keperluan apa, Ayah?" tanya Asheeqa berusaha tersenyum di hadapan ayahnya.
Fadlan mengambil gelas kaca, lalu memecahkannya di hadapan Asheeqa, hingga membuat semua yang berada di sana tersentak, tidak terkecuali Asheeqa.
"Tidak usah, basa-basi! Saya tahu kalau kamu menyimpan perasaan benci kepada saya, tetapi pembalasan dendam kamu itu sangat licik. Kamu sengaja 'kan, menyembunyikan dokumen perusahaan saya? Tidak usah, mengelak! Karena, saya tahu kalau kamu yang merapikan ruang kerja saya. Sekarang, kembalikan dokumen itu!" ujar Fadlan mencengkeram lengan Asheeqa hingga membuatnya meringis kesakitan.
"Asheeqa enggak pernah berniat untuk balas dendam, Ayah. Baiklah, Asheeqa akan menjawab dengan jujur. Memang, Asheeqa yang menyembunyikan dokumen itu. Asheeqa minta maaf. Asheeqa terpaksa melakukan hal itu, agar bisa menarik perhatian Ayah--"
PLAK!
Fadlan menampar pipi putrinya, hingga tercetak jelas kemerahan akibat tamparannya yang cukup keras.
"Ayah, cukup! Kasihan, Asheeqa," ucap Alia yang tidak tega melihat adik tirinya diperlakukan kasar.
"Alia, masuk kamar!" ujar Firda yang tidak mau jika Alia ikut mencampuri urusan suami dan anak tirinya tersebut.
"Tapi--" Alia terlalu takut dengan Firda, hingga apa pun yang diperintahkan Firda selalu dituruti olehnya. Kini, Alia menatap Asheeqa dengan tatapan iba, kemudian berlari menuju kamarnya.
"Mas, aku mau keluar sama teman, ya. Kamu selesaikan saja urusanmu dengan anakmu yang tidak tahu diri itu!" ujar Firda mengusap bahu Fadlan dan beralih mengambil tas kecilnya yang berada di kursi ruang tamu, lalu melangkah pergi meninggalkan Fadlan dan Asheeqa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asheeqa's Dream [COMPLETE]✔
General FictionPersiapkan air mata! Supaya enggak menangis di pertengahan cerita. (o'・_・)っ ________________________________________ Ini bukanlah cerita tentang Putri Salju yang bertemu dengan Pangeran. Ini adalah kisah perjuangan seorang gadis yang mencoba mendapa...