Chapter 28 [Ending]

1.9K 82 8
                                    

Definisi kebahagiaan itu sebenarnya sangat sederhana. Jika melihat orang yang disayang bahagia, itu sudah cukup. Namun, bagi sebagian orang tidak beranggapan seperti itu. Mungkin, karena ego lebih menguasai daripada perasaan kasih sayang itu sendiri.
__________________________

Waktu terasa cepat berlalu. Tidak terasa, 5 tahun telah menjadi kenangan terindah tentang pertemuan terakhirnya dengan sang ayah.

"Sayang, kamu jangan terlalu lama di luar balkon! Aku takut, kalau kamu masuk angin," ucap seorang lelaki bertubuh tinggi yang melangkah menghampiri istrinya.

Wafi Muzzaki Ishak dan Asheeqa Syazani Albirru telah menjalin rumah tangga sejak 5 tahun yang lalu. Tepatnya, sebelum Asheeqa kecelakaan. Memang tidak ada resepsi, pernikahannya pun terkesan sangat sederhana. Sengaja, mereka mempercepat pernikahan, agar tidak terjadi fitnah bagi orang-orang yang melihatnya bersama.

"Lebay." Asheeqa mencibir pelan.

"Bukan lebay, tapi karena aku say--"

"UMMI, ABI! SI ADE PIPIS DI CELANA!" pekik Leon membuat Asheeqa dan Wafi mendengus pelan. Mereka berdua pun segera keluar kamar untuk melihat keadaan anak pertamanya yang sudah menginjak usia 3 tahun.

Sejak Asheeqa sembuh, Leon tinggal bersama dengan mereka di Singapore. Farha dan Zaki pun kembali menetap di Indonesia. Leon yang tidak memiliki ayah dan ibu, sudah dianggap sebagai anak oleh Wafi dan Asheeqa. Anak lelaki yang dahulu berusia 4 tahun itu, telah bertambah usia menjadi 9 tahun seiring berjalannya waktu.

"Nai, ndak tahan. Solly, Mi," ucap Naila dengan sesekali menarik sesuatu di dalam hidungnya.

Adzkiya Naila adalah namanya. Karena mereka cukup lama tinggal di Singapore, gadis kecil itu pun mulai terbiasa dengan bahasa asing.

"Why, pee in your pants?" tanya Wafi dengan wajah berpura-pura kesal.

Naila yang masih belum mengerti pun menganggap bahwa ayahnya sedang marah. Gadis kecil itu menundukkan kepalanya dengan sesekali menghapus air mata menggunakan pergelangan tangannya.

"I'am so solly," sahut Naila.

Asheeqa tidak tahan dengan kejahilan Wafi pun menginjak kaki lelaki itu, hingga Wafi memekik tertahan.

"Sini, Sayang! Hug, Ummi!" pinta Asheeqa yang dibalas pelukan erat dari Naila.

"Nai, janji. Ndak akan mengulanginya lagi," kata Naila dengan nada berbisik di depan telinga Asheeqa yang tertutup jilbab.

Asheeqa tersenyum hangat, kemudian melerai pelukannya. Asheeqa mengambil celana Naila yang bersih, kemudian menggantikannya dengan yang kotor tersebut.

"Besok kita pulang ke Indonesia, ya," ungkap Wafi menyita perhatian Leon dan Naila. Kedua anak manusia itu memekik senang, berbeda dengan Asheeqa yang membungkam mulutnya.

Gadis itu sudah sembuh dari trauma yang mengakibatkan self injury serta bipolar disorder yang dahulu kerap kambuh, namun kini dirinya masih belum memiliki kekuatan lebih untuk bertemu dengan ayahnya.

"Insyaallah, semuanya akan baik-baik saja. Kamu masih memiliki aku, Leon dan Nai." Wafi mengusap pipi Asheeqa dengan lembut. Lelaki itu tersenyum manis, ketika matanya terpaku pada mata hitam pekat milik Asheeqa.

Asheeqa hanya mengangguk sebagai tanggapan, meskipun dirinya kurang yakin dengan keputusan untuk pulang ke Indonesia.

--oOo--

Hari di mana Asheeqa, Wafi, Leon dan Naila kembali ke Indonesia telah tiba. Kini mereka telah turun dari pesawat, sekitar 15 menit yang lalu. Karena Naila merengek minta makan, akhirnya mereka memilih untuk duduk di resto terlebih dahulu dengan menikmati beberapa cake serta air mineral. Kenapa, air mineral? Karena menurut Asheeqa, air mineral itu lebih terjamin kesehatannya.

Asheeqa's Dream [COMPLETE]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang