Izinkan saya menjadi tulang punggung kamu, maka akan saya jadikan kamu sebagai tulang rusuk saya.
-Wafi-
______________________Malam kian larut. Asheeqa terbangun dari tidurnya, karena merasa tidak tenang. Sebab, besok adalah hari di mana Fadlan akan dioperasi. Asheeqa pun sempat bicara kepada Dokter Arya, bahwa pendonor jantung untuk Fadlan sudah ada.
"Asheeqa, belum tidur?" tanya Wafi yang baru saja duduk di kursi. Asheeqa pun hanya berdehem singkat.
"Leon, mana?" tanya Wafi, lagi.
"Tadi, Leon sempat terbangun dari tidurnya. Tapi sekarang sudah tidur lagi, kok," jawab Asheeqa.
Keheningan tercipta di antara mereka. Hanya ada suara nyamuk yang seakan menyuruh mereka untuk saling bertegur sapa.
"Asheeqa," panggil Wafi membuat Asheeqa menoleh ke arahnya.
Wafi mengeluarkan kotak kecil berwarna merah dari saku celananya. Kemudian, ia berikan kepada Asheeqa. Namun, pandangannya tetap lurus ke depan. Entah apa maksud Wafi, hanya dia yang mengetahuinya.
"Ini, apa?" tanya Asheeqa tidak mengerti.
"Terima kotak kecil ini, kalau kamu menerima pinangan saya. Atau … buang kotak kecil ini, kalau kamu menolak pinangan saya." Asheeqa melebarkan pupil matanya, tidak menyangka dengan perkataan Wafi.
"Maaf, ya. Saya masih belum pro. Saya belum tahu, tentang istilah-istilah pernikahan dalam Islam. Jika kamu menganggap bahwa saya sedang melamar kamu, maka jawabannya iya. Saya juga bukan lelaki yang romantis. Saya pun tidak pernah memandang seseorang hanya melalui satu sudut pandang. Yang terpenting hatinya baik, hal itu sudah cukup menurut saya." Wafi menjeda perkataannya sejenak.
Lelaki itu menoleh ke arah Asheeqa, sedangkan Asheeqa secepatnya menunduk. Namun, segera mereka menukar posisi. Kini Asheeqa yang menoleh menatap Wafi, sementara Wafi menundukkan kepalanya. "Saya takut berdosa, karena selalu memikirkan kamu. Saat kamu bilang kepada saya untuk menjauh, jujur saya kecewa. Maka dari itu, izinkan saya mencintai kamu, karena Allah. Izinkan saya menjadi imam di dalam kehidupan kamu. Izinkan saya menjadi tulang punggung kamu, maka akan saya jadikan kamu sebagai tulang rusuk saya."
Asheeqa menangis, terharu dengan kalimat yang diungkapkan Wafi untuknya. Jika ini adalah mimpi, tolong jangan bangunkan Asheeqa!
"Bismillahirrahmanirrahim, Asheeqa enggak bisa," sahut Asheeqa membuat Wafi kecewa.
"Baiklah, tidak apa-apa. Saya pamit, ya. Assalamualaikum." Wafi beranjak dari kursinya. Lelaki itu akan pergi meninggalkan Asheeqa. Asheeqa pun kesal sendiri, karena Wafi tidak mau mendengarkan perkataannya sampai selesai.
"Asheeqa, belum selesai bicara!" ujar Asheeqa menghentikan langkah Wafi. Namun, lelaki itu tetap dalam posisinya yang membelakangi Asheeqa.
"Ada apa?" tanya Wafi.
"Tadi Asheeqa bilang, enggak bisa. Iya! Enggak bisa menolak!" seru Asheeqa dengan wajah kesalnya. Sedangkan, Wafi? Lelaki itu tersenyum bahagia, hingga tanpa berpikir panjang pun segera membalikkan tubuhnya menatap Asheeqa yang sedang membuang pandangan ke arah lain.
"Kamu tidak bercanda, 'kan?" tanya Wafi memastikan.
"Pikir sendiri!" sahut Asheeqa yang berbalik badan untuk melangkah meninggalkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asheeqa's Dream [COMPLETE]✔
General FictionPersiapkan air mata! Supaya enggak menangis di pertengahan cerita. (o'・_・)っ ________________________________________ Ini bukanlah cerita tentang Putri Salju yang bertemu dengan Pangeran. Ini adalah kisah perjuangan seorang gadis yang mencoba mendapa...