Sekarang hari Senin, kalau di beberapa sekolah habis classmeeting pasti libur, SMA Fiesta mana mungkin. Jangankan libur, jam kosong aja jarang pake banget. Heran deh kenapa para guru terlalu rajin masuk kelas, gak kasihan sama siswa-siswi yang kepalanya mau meledak tiap hari?
Wonyoung bersyukur gak ada upacara bendera, ia punya empat puluh lima menit sebelum bel masuk berbunyi, masih ngantuk habis begadang mikir konspirasi dunia setelah nonton konten youtube Nessie Judge. Wonyoung emang lagi kacau pikirannya akhir-akhir ini akibat kebanyakan tugas, Papi mulai protektif karena Dohyon yang makin sering ikut balapan liar, dan sisi lain Haruto.
Padahal isinya cuma itu-itu aja tapi semrawut gak karuan.
Niat mau cari hiburan malah konten konspirasi yang muncul di beranda. Wonyoung kan jadi mikir juga!
Pagi yang gak cerah-cerah amat, Wonyoung berangkat sendirian karena Dohyon sakit. Iya, sakit habis dimarahin habis-habisan sama Papi setelah menabrak gerobak tukang cilok. Lah dia bukannya balapan di sirkuit yang aman malah balapan liar di jalan, mana belum punya SIM. Mau menyalahkan siapa, sih? Jawabannya pergaulan. Temen SMA Dohyon gak senakal itu, apalagi dia sekelas sama Haruto yang selalu dibangga-banggakan sama guru. Kembarannya punya tongkrongan di luar sekolah, dan Wonyoung baru tahu Kak Hangyul yang sering diceritakan itu ketua gengnya. Isinya orang dewasa semua, udah berpenghasilan sendiri, Dohyon satu-satunya yang masih sekolah.
Kalau besok ada berita Kak Hangyul hilang, pelakunya Papi.
Lupakan masalah si bakpao, mari melihat kesengsaraan Wonyoung yang disuruh menggantikan Yujin piket padahal dia ngantuk. "Jin, perasaan gue ngutang cuma tiga ribu dah kok lo memperbudak gini, sih?"
"Iya bener lo cuma ngutang tiga ribu, tapi tiap hari anjing." Sahabat sumpit menatap kesal. "Katanya mau diganti, nyatanya enggak."
"Perhitungan bener." Cibir Wonyoung sambil ogah-ogahan menyapu bagian depan kelas, entah mereka kepagian atau yang lain dilanda kesiangan berjamaah, kelas Wonyoung masih sepi.
"Btw, ntar lo tanya ke temen kelas apa pernah hutang ke mereka, ntar pas mati kuburan lo gak lapang."
Memang temen biadab! Doanya jelek banget. Wonyoung melempar kemoceng DIY dari tali rafia hasil tangan Jeongwoo ke arah Yujin, menatapnya tajam. "Tapi tiap kita jalan keluar gue yang traktir, anj-"
"Udah sana, cariin Mas Uyon buat benerin proyektor." Bahkan belum selesai melontarkan pembelaan, udah dipotong duluan. Yujin asik main smartphone sementara Wonyoung cuma bisa senyum sambil istighfar.
SMA Fiesta memang sekolah favorit dan elit, tapi beberapa fasilitasnya bobrok. Seperti proyektor kelas Wonyoung yang sering mati tanpa sebab, udah pengajuan buat minta baru sejak bulan lalu sampai sekarang belum diganti. Kemana mengalirnya duit dari pemerintah? Heran!
Setelah menyelesaikan urusan menyapu, Wonyoung mencuri pisang yang akan dimakan Yujin lantas melesat keluar kelas.
"OASU ANAK ANJING?!"
Mulut-mulut yang gak pernah disekolahin. Yujin bukan cewek lemah lembut yang mulutnya selalu manis kayak Jihan-temen kelas mereka yang maruk, gigi kelinci punya, lesung pipi punya, diborong semua-yang bikin iri. Kalau Wonyoung barbar ditindakan, Yujin diperkataan. Ya gitu deh, namanya aja sahabat sumpit.
Dengan langkah gontai Wonyoung menyusuri koridor kelas sepuluh, beralih ke daerah TU, jalan sampai green house tapi gak menemukan Mas Uyon di sana. Satu-satunya tempat paling mungkin itu di halaman belakang, jarang dijamah murid karena katanya dulu ada yang bunuh diri setelah dihamili guru. Itu cerita udah lama banget, lima belas tahun lalu kayaknya. Mas Uyon kalau gak ada kerjaan pasti ngopi di sana, pokoknya yang deket sama kantin, jalannya tembus, bagi orang kayak Wonyoung yang sering ke kantin pasti tahu perihal jalan tikus di belakang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pink Lemonade ✓
Fanfiction"If we could just be together every day, the rain would turn into a rainbow too." ft. wonruto plutoisme, 2020.