Delapan belas : Laporan

2.7K 650 366
                                    

[gabut, liat galeri ada manip bagus yodah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[gabut, liat galeri ada manip bagus yodah...

maaf gais gak rapi, aku noob 😔🙏🏾]

•••

“MI?! KALAU WONY MIMPI JANGAN DIBANGUNGIN!!”

Sekarang pukul tiga pagi, suara melengking Wonyoung membuat dua manusia lain yang tengah bergelung dalam selimut mencebik kesal, Mami Jennie sedang mengumpulkan nyawa setelah dipeluk erat menandakan sang suami baru merebahkan badan habis begadang semalaman menonton bola. Anak siapa itu mulutnya kayak mercon? Berisik banget!

“Anakmu halal dijual ke pasar loak.” Gerutu Jennie, wanita paruh baya itu tidur lagi lantas mendusel, bergerak mendekati Taeyong. “Samperin gih, takutnya kesurupan.”

Menghela napas panjang, Taeyong menarik istrinya dalam pelukan. “Yang ada, setannya takut sama dia.”

Keduanya tampak tak peduli dan memejamkan mata kembali ke alam mimpi. Bukan sekali dua kali Wonyoung berteriak di pagi buta seperti tadi, bahkan sebelumnya terdengar lebih kencang saat jaket Haruto semalaman menempel di badannya. Masih ingat? Sore itu Wonyoung minta diajari materi Bahasa Jepang, tapi dia sendiri yang ketiduran. Kalau Dohyon mah bukan dikasih jaket atau setidaknya selimut, Wonyoung akan digulung dalam karpet ruang tengah. Saat bangun sesak napas. Masuk pembunuhan berencana, gak?

Yah anggap saja impas karena Wonyoung suka menempelkan upil di badan si bakpao.

Sampai sekarang jaket abu-abu itu masih aman di lemari pakaian Wonyoung, katakan dia cabul, setiap pagi aroma Haruto yang tertinggal ia cium sampai mabuk kepayang.

“Bisa-bisanya gue tremor diajak ke rumah Mamanya.” Masih gemetar, Wonyoung menatap ponselnya tak percaya, satu gelembung pesan dari sang kesayangan membuat Sabtu paginya terang benderang bahkan sebelum mentari merangkak menuju tahtanya. Ia sudah rol depan tiga kali, kayang sampai tulangnya berbunyi krek, dan mencakar tembok, terlalu lemas untuk melakukan salto.

“Ahay pipipipip calon mantu.” Cuitnya sambil bergaya bak model di depan cermin, membuat berbagai ekspresi, mondar-mandir mengibaskan rambut kusutnya.

“Kenalannya gimana, ya?” Tanya Wonyoung pada diri sendiri. “Ehm, saya Wonyoung, ibu dari cucu-cucu tante kelak.”

Menjijikkan bukan? Ya, aku yang nulis juga mau pindah planet aja.

“Eh kalau emaknya gak asik gimana? Kalau dia ilfeel, terus gue di blacklist dari daftar calon mantu?”

Hampir empat jam memikirkan berbagai cara perkenalan yang baik, memilih pakaian yang pantas dan sopan, bahkan Wonyoung mencari artikel di internet, membaca dengan seksama, berusaha menyimpannya di otak untuk dilakukan saat sudah bertemu Mama Haruto.

Hampir empat jam memikirkan berbagai cara perkenalan yang baik, memilih pakaian yang pantas dan sopan, bahkan Wonyoung mencari artikel di internet, membaca dengan seksama, berusaha menyimpannya di otak untuk dilakukan saat sudah bertemu Mama Haruto

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pink Lemonade ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang