Part 40

26 7 0
                                    

Sakti memasuki apartemen. Setelah meletakkan tas kerjanya segera ia menyegarkan tubuhnya. Agenda kerjanya selalu padat. Menjadi pengganti Seno bukanlah hal yang diinginkan selama ini. Ia sengaja tidak memilih bisnis bahkan tak tertarik pada perusahaan peninggalan Papanya. Baginya dunia itu membuat Sakti tak leluasa bergerak. Namun takdir berkata lain.

Satu hal yang dapat menghilangkan kepenatannya. Ya.... Gadis itu.

Cukup melihat dari dekat. Sudah membuat Sakti dengan cepat merefresh otak dan tubuhnya kembali. Selelah apapun jika kembali ke rumah dan bertemu gadis itu, seketika kejenuhan akan rutinitas yang melelahkan, akan sirna.

Kini semua berubah. Tidak ada yang menjadi pengusir letihnya setiap hari. Sejak, Gadis itu memutuskan mengejar cita-citanya di London. Sakti harus bisa menerima. Dirinnya tak ingin egois. Bagaimana pun, ia harus menghargai hak berkembang gadis itu. Bahkan sejak awal sudah mengenal gadis itu dengan hobi modelling. Sebagai pengganti, satu atau dua hari dalam seminggu, selepas pulang kerja, ia mulai kegiatan bermusik di studio rekaman namun tetap berbeda makna.

Satu hal yang membuatnya sedikit lega adalah. Cara bergaul dan menjaga diri gadis itu tak seperti lainnya. Jika sebagian kehidupan model ada yang 'lepas' namun ia melihat sesuatu yang lain dari seorang Milli Apriliyani Sujatmiko. Selain itu, setelah beberapa hari dan hampir 24 jam bersama gadis itu, Sakti benar-benar dapat melepas berat di hatinya karena harus berjauhan.

Sakti yang baru saja merebahkan dirinya mendengar suara pada gawainya. Ia pun segera mengecek.

Kakak udah tidur? Ily baru sampai apartemen. Capekkkk. Hari ini kegiatan full.

Pesan dari gadis itu membuat dirinya tersenyum. Ia pun segera menghubungi melalui vidiocall. Tak lama di layar gawainya muncul gadis itu yang tengah memegang segelas air seraya berjalan. Sakti melihat gelas itu seketika kosong.

Seraya bercakap-cakap, Sakti tak henti-hentinya bersyukur. Betapa, momen beberapa hari membuat hubungan mereka menjadi intens. Meskipun agak terlambat waktu itu datang. Pasalnya, saat Sakti menemani gadis itu di London, ia benar-benar menikmati kebersamaan yang tak pernah di dapatnya di Jakarta. Menemani saat menjelajah kampus. Bahkan juga mencari beberapa atribut yang diperlukan gadis itu. Hampir dua empat jam berada di sisi gadis itu.

Satu hal yang sangat tidak diduga saat gadis itu melepas kepulangannya ke Jakarta. Wajah mungil dengan mata indah itu menampakan kesedihan. Bahkan gadis itu terlihat sering melayangkan pandangannya selama berada di resto bandara. Seakan-akan tak ingin bertatapan. Sakti tak ingin mempertanyakan itu. Ia hanya ingin menikmati gadis di hadapannya.

#####

Pagi-pagi sekali, Sakti berada di jalan menuju rumah Ny. Mutia. Sekitar satu jam lalu, sang Mama menghubunginya. Katanya ada berita penting dari rumah sakit.

"Pagi Mah."

Sapa Sakti saat melihat dari kejauhan Mama dan Alexandra berada di meja makan.

"Makan dulu, Ali. Setelah ini baru kita jalan."

Sakti pun segera duduk di kursi yang berhadapan dengan Mama. Tak lama seorang asisten membawakan menu kesukaannya.

"Terima kasih, Mbok."

"Sama-sama Mas."

Sekitar tiga puluh menit mereka menyelesaikan sarapan. Lalu segera menuju rumah sakit. Sesampainya di lokasi, Mama dan Alexandra keluar mobil terlebih dahulu. Setelah memarkir kendaraannya, Sakti berjalan menuju kamar perawatan.

Dari kejauhan Sakti melihat Mama berbincang dengan seorang dokter. Ia pun mendekat. Bersamaan itu, tiba-tiba saja Mama memeluknya.

Ali.... Mama bahagia dengan informasi tentang Al.

Untuk memastikan apa yang didengar, Sakti menatap wajah dokter di hadapannya.

"Iya benar. Pasien mengirimkan sinyal. Kami berharap itu adalah awal yang baik. Untuk selanjutnya, kami akan pantau secara intens. Semoga semua sesuai yang kita harapkan."

"Saya permisi dulu."

Setelah pria itu menghilang, Sakti semakin erat memeluk Mama. Penantian panjang akan kondisi Seno... tak sia-sia.

"Loh... Mah. Kenapa?"

"Li?"

Suara Alexandra membuat pelukan Mama mengendur. Bahkan lepas darinya. Kini Sakti melihat Mama memeluk Alexandra dengan erat. Seolah-olah ingin berbagi kebahagiaan. Benar saja, tangisan bahagia kedua perempuan itu terdengar.

#####

Waktu menunjukkan pukul dua belas siang, Sakti baru memasuki ruang kerjanya. Setelah sebelumnya mengantar kembali Mama dan Alexandra kembali ke rumah.

"Mas. Ini laporan yang diminta." Seorang pria menyerahkan tumpukan kertas.

"Ok. Terima kasih."

"Kalau ada yang ditanyakan hubungi saya saja. Saya permisi kembali ke ruangan, Mas."

Sakti mengangguk. Terlihat pria itu meninggalkan ruangannya. Ia pun segera mengecek berkas di mejanya. Saat bersamaan, gawai di kantong jas berbunyi. Sebuah pesan dari seseorang yang jauh di sana.

Senyum terukir dari bibir merah Sakti saat PAP dengan gaya menggemaskan masuk ke gawainya. Ia pun melihat arloji di tangannya. Pantas saja gadis itu mengirimkan wajah khas bangun tidur. Pasalnya di London baru pukul enam pagi.

Sakti tak membalas pesan itu melainkan menghubungi via wajah. Tak lama terlihat gadis itu masih berada di dalam selimut yang tebal. Hanya wajahnya yang nampak.

"Hari ini ga ada kegiatan?"

Gadis itu terlihat hanya menggelengkan kepala atas pertanyaannya.

"Sore rencana mau ke Unty Nin. Katanya ada acara dinner weeding anniversary." Ucap gadis itu.

"Iya ga apa-apa. Salam buat mereka dari kakak. Beli lah hadiah buat Unty dan Om."

Sakti melihat gadis itu memperlihatkan jempol tanda setuju sembari masih bergelung dalam selimut.

Tok.... Tok....

Suara itu membuat Sakti melihat ke arah pintu. Tak lama Riri berjalan mendekat.

"Ily... Sebantar ya."

"Maaf Pak. Ada pesan pagi ini dari Pak Aditya, untuk pertemuan dialihkan nanti malam. Sekaligus makan malam.  Karena beliau akan ke luar kota besok pagi."

"Baiklah. Tolong Kamu siapkan berkas yang kita perlukan. Hubungi Pak Dirga juga."

"Baik Pak. Riri akan siapkan segalanya. Oya Pak. Tadi Pak Dirga izin pulang lebih awal karena istri sedang sakit. Katanya beliau sudah menghubungi Bapak tetapi tidak bisa.  Beliau juga meminta saya untuk mendampingi Bapak."

#####

To be continue 



Melodi Cinta (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang