Part 41

19 6 0
                                    

Milli sedang menikmati kebersamaan dengan keluarga Unty Nin. Perlu diketahui jika Beliau adalah adik bungsu Papi. Kebetulan suaminya, Om Bram memiliki perusahaan jasa ekspor impor di negara yang memiliki jam raksasa itu.

Keluarga mereka tinggal agak jauh dari pusat kota. Sesampainya di sana bangunan luas dengan taman dan halaman belakang yang cukup luas akan membuat siapapun kerasan. Bahkan Papi dan Mami tidak pernah menetap di apartemen melainkan memilih kediaman mereka saat berada di London.

"Ily.... Sini."

Suara Unty Nin membuat Milli menoleh. Ia pun segera bergabung. Tak lama perayaan perkawinan pun di mulai. Beberapa tamu undangan memberikan ucapan selamat. Suasana malam pun menjadi hangat ditambah  dekorasi indah halaman belakang.

Milli yang sedang berbincang dengan Eki, Vina, dan Dipo dikejutkan oleh kehadiran salah seorang asisten rumah tangga.

"Maaf Non Milli. Sekitar setengah jam yang lalu Mas Sakti menanyakan apakah Non sudah sampai? Katanya hubungi Non ga diangkat. Terus Bibi tawarkan mau bicara dengan Non ga. Kata Mas Sakti nanti Dia akan hubungi Non lagi."

"Ya ampun Bibi. Ily lupa kasih kabar. Terima kasih ya Bi." Ucapnya seraya membuka tas dan mencari gawainya.

Benar saja, panggilan tak terjawab sebanyak 10 kali dari laki-laki itu. Belum lagi panggilan vidio dari Papi.

"Ly. Papi nih.... Katanya Kamu dari tadi ga bisa dihubungi."

Tiba-tiba Unty Nin berapa di hadapannya seraya menyerahkan benda di tangannya. Melihat Papi dan Mami yang masih terjaga membuat Milli tertawa kecil. Pasalnya dirinya tau jika di Jakarta sudah pukul dua belas malam. Hampir satu jam Milli melepas kangen dengan orang tuanya...  Bahkan ketiga sepupu pun ikut berbicara secara bergantian.

Ya ampun... Milli menepuk keningnya. 

Ia pun mengirimkan pesan kepada seseorang. Tak lama gawai yang dipegangnya bergetar. Mengetahui siapa yang menghubungi, Milli pun dengan cepat menyentuh layar.

"Kakak lagi di Mama? Kok ga bilang?"

#####

Milli membuka mata perlahan saat merasakan usapan di wajahnya.

"Sayang. Bangun yuk."

"Satu jam lagi ya. Please. Unty."

"Kamu tidur jam berapa? Kok masih ngantuk." Ucapan perempuan itu seraya mengusap kepalanya.

"Unty ..... Hoooammmm."

"Ya ampun Ily." Unty Nin menggelengkan kepalanya. 

Milli hanya memperlihatkan giginya atas kalimat Unty Nin. Pasalnya ini bukan kali pertama dirinya menghabiskan waktu ngobrol dengan laki-laki itu saat berada di apartemen. Untung saja Unty tidak mengetahui. Ia bersyukur Vina tak memberitahukan kepada Mommynya.

"Tante ke bawah dulu ya. Ingat jam tujuh sudah mandi dan Unty tunggu di ruang makan."

Milli melihat adik perempuan Papa segera keluar kamar. Ia pun melanjutkan tidurnya.

####

Milli dan Vina meminta izin tuk kembali ke apartemen. Esok mereka sudah kembali beraktivitas sebagai mahasiswa. Meskipun keduanya tidak satu kampus, namun lokasi tidak terlalu jauh. Sehingga baik pulang maupun pergi selalu bersama.

"Ily. Gimana rasanya LDR?"

"Hah...? " Terkejut atas pertanyaannya Vina.

"Maksud gue... Lo dan Sakti! Ga capek berjauhan."

"Biasa aja. Kan gue atau Kakak bisa teleponan. Lagi pula KITA saling kasih kabar kegiatan setiap hari kok. Bulan lalu juga Kakak baru dari sini." Jawabnya agak meninggi.

"Jangan marah Ly. Kan gue tanya. Gue ikut bahagia kalau Lo bahagia. Tapi kalo Lo sedih, gue pasti juga. Kan gue baru kenal Sakti saat Dia temenin Lo di sini. Semoga Sakti selalu membuat sepupu gue ini BAHAGIA LAHIR BATIN."

Entahlah mendengar ucapan Vina, Milli terdiam. Selama dua tahun bersama, Milli tidak banyak tau sifat laki-laki itu. Namun ia ingat bahwa selama mereka bersama, tingkah dan ucapan laki-laki itu tidak ada yang membuatnya kesal. Kalau pun ada, biasanya karena Milli sendiri.

Laki-laki itu memperbolehkan Milli meraih cita-citanya. Walaupun harus hidup berpisah. Bukan hanya itu saat Milli masih di Jakarta, laki-laki itu tidak memaksa untuk menginap di rumah Mama. Terakhir yang ia ingat adalah... Permintaan Milli agar laki-laki itu membeli apartemen dan menempati selama dirinya tidak di Jakarta.

Bahkan semalam laki-laki itu mengatakan alasannya berada di rumah Mama. Dan meminta maaf karena tak sempat memberi kabar kepada Milli.

"Ily.... Kita dah sampe."

Suara Vina membuat lamunan itu terhenti. Benar saja, kini mereka berada di area parkir gedung. Setelah Vina keluar mobil, Milli pun mengikutinya. Secara bersamaan mereka pun memasuki lift.

####

To be continue








Melodi Cinta (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang