Part 17

43 7 0
                                    

Studio musik cukup ramai. Sakti dan beberapa pegawainya sedang mengawasi aktivitas di balik kaca lebar itu.

"Gimana Li... masih ada yang kurang ga?"

"Coba Lo atur tuk vokalnya ya. Gue ga begitu paham. Lo hubungi Mas Didit." Jawab Sakti.

Diamati kembali aktivitas di dalam studio rekaman itu. Bersamaan terdengar suara dari dalam saku jaket denimnya.

"Halo... Oke. Dimana?"

"Samm... malam ada agenda ga?"

Laki-laki yang dipanggil Sammy lantas mengecek agenda kegiatan.

"Lo hari ini ga ada agenda keluar... full di studio. Paling nanti Mas Didit ngecek rekaman Jessy."

"Oke. Thanks.".

Sakti pun mengambil gawainya dan mencari kontak seseorang

Sorry... gue masih handel rekaman sampai jam lima sore. Jam 7, gue bisa

Oke...

"Oke kita break dulu..."

Suara itu membuat aktivitas terhenti. Sakti berjalan menuju ruang kerjanya. Seraya mengecek kegiatan hari ini. Ia memilih duduk di kursi putarnya seraya mendengarkan hasil aransemen musiknya. Dengan menutup mata ia mencoba meresapi.

Aktivitas itu terhenti saat beberapa suara mengganggu konsentrasinya. Ia segera bangkit dari duduknya.

"Li, sorry ... gue kecolongan. Tadi gue sakit perut. Jadi ga tau cewk ini masuk ke ruangan Lo." Suara Sammy dengan pelan.

"Lo juga ga baca tulisan di depan?" Tanya Sammy seraya menunjuk perempuan yang berdiri di dekat meja kerja.

"Gue tau Kok. Karena gue lihat Sakti belum makan. Dan tidak gabung di luar. Gue inisiatif memberikan makanan ini." Ujar perempuan itu.

"Thanks Jess... untuk makanannya. Gue udah bawa makanan. Buat anak anak aja di luar."

Tanpa pamit Sakti melihat Jessy keluar ruangan.

"Li... sekali lagi gue minta maaf." Ujar Sam.

"Iya gue tau. Ini luar kuasa Lo. Santai aja. Oya.... Mas Didit udah ngasih kabar?" Tanya Sakti.

"Doi sudah otewe ke sini."

"Sam... Lo bilangin temen-temen. Gue ga bisa gabung malam ini." Ujar Sakti.

"Kenapa? Nyokap Lo sakit?"

"Gue ada janji sama Milli, kayaknya ada yang mau dibicarain ke gue." Jawab Sakti.

###

Sakti memasuki lobi sebuah bangunan. Pandangan lurus menuju pintu kaca. Saat berada di balik pintu itu, pandangannya menyisir setiap area. Hingga ia mendapati lokasi yang dimaksud.

"Sorri."

Ucapan Sakti membuat gadis yang sedang memainkan ponselnya pun menoleh.

"Oke... gue baru sampe lima menitan."

"Sebentar. Sebelum kita bicara. Gue pesen makanan dulu." Ujar Sakti kembali seraya melambaikan tangannya. Pelayan pun datang.

"Lo mau makan apa?" tanyanya.

Gadis di hadapan Sakti membuka lembaran-lembaran dan menunjuk beberapa menu. Sakti pun ikut memesan makanan.

"Jadi apa yang mau diomongin." Ujar Sakti seraya menatap.

"Tentang rencana Papi. Kenapa Lo ga menolak aja. Apa yang terjadi adalah sebuah ketidaksengajaan. Gue juga sudah menceritakan kronologis kejadian. Awalnya Papi ga terima tapi gue terus meyakinkan semua baik-baik saja."

Melodi Cinta (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang