Part 43

19 5 0
                                    

Sakti bergegas memasuki ruang perawatan Seno. Ya.   Pagi ini ia dikabari oleh rumah sakit bahwa sang kakak membuka matanya. Sesampainya di ruangan, terlihat beberapa pria berjas putih sedang memeriksa Seno.

"Pagi, dokter Faris. Bagaimana keadaan Abang Al." Ujarnya.

"Sekitar 30 menit lalu, salah seorang perawat mengabarkan saya bahwa pasien membuka mata. Saya dan teman-teman langsung mengecek ke ruangan. Berita itu benar adanya namun pasien tidak memberikan respons terhadap kami. Kami akan memerika keadaan ini dan berharap sesuatu yang KITA inginkan akan terwujud  "

"Dok.... Saya mewakili keluarga berharap dokter dan tim memohon agar Abang segera sadar kembali."

"Kami hanya berusaha memberikan yang  terbaik selebihnya ada campur tangan Tuhan di dalamnya. Tapi satu hal yang harus diingat kesembuhan pasien juga harus disadari oleh KEMAUAN kuat pasien  untuk sembuh."

Sakti mengangguk atas ucapan dokter Faris. Ia lalu berjalan dan berhenti di sisi Seno. Menatap lekat saudara kembarnya yang selama dua tahun tidur.

"Li. Kami keluar dulu. Jika ada yang ditanya lebih lanjut silakan ke ruangan saya."

Sontak Sakti menoleh ke arah suara berasal. Tak lama dokter itu dan lainnya meninggalkan ruangan. Kini hanya ia dan Seno yang tersisa.

"Bang.... Gue tau Lo. Pria kuat. Lo selalu mampu menyelesaikan masalah di keluarga. Bukan hanya itu, hanya Lo yang tegar menyaksikan kepergian Papa. Bahkan Lo juga mampu meneruskan dan membesarkan perusahaan."

"Please Bang Al. Lo harus bangun. Ga bisa gue bayangkan betapa Mama bahagia melihat bangun dari tidur panjang ini."

####

"Ga ada kuliah pagi ini?"

Sakti melihat gadis itu masih bergelung di balik selimut.

"Hari ini ujian semesteran terakhir  jadi  agak siangan sedikit. Kakak tau.... Setelah ini kuliah libur.  Yeahhhhhhh.....  Unty Nin dan keluarga mengajak camping. "

"Kakak ga ke sini?"

Sakti yang sedang memeriksa macbook. Langsung melihat ke layar gawainya.

"Saat ini Kakak sedang mempersiapkan audit perusahaan. Tapi kalo sudah selesai Kakak pasti ke sana. Kamu tentukan  mau kemana aja. Kakak akan setuju dengan usulan Kamu."

Yeahhhhhhh.....

Teriakan dan wajah gadis itu langsung sumringah  mendengar perkataan dirinya.Hal itu membuat Sakti sedikit lega. Pasalnya ia tidak ingin ada kecewa di diri gadisnya.

"Ily.... Ya ampunnn.  Udah jam berapa nih. Lo kan mandinya lama."

Sakti mendengar suara Vina. Tak lama ia terkejut melihat wajah sepupu gadis itu pada layarnya. Nampak Vina terkejut saat melihat wajahnya.

"Pantesss. Lagi pacaran. Sorry ya Li. Sepupu gue ini harus mandi sekarang.  Nanti telepon disambung lagi"

"Vin. Sebentar lagi ya. Sepuluh menit lagi. Setelah itu gue pasti mandi."

Terlihat percakapan dua orang itu dan membuat Sakti bersyukur ada Vina yang mendampingi gadisnya. Meskipun dirinya sering mendengar cerita bahwa mereka saling bertengkar kecil. Bahkan bukan kali ini saja, mereka berdebat di layar kaca.

"Oke. Gue tungguin Lo. Di sini ... Di kamar ini. Waktu gue mulai dari sekarang."

"Ga. Lo di luar aja. Gue masih mau ngobrol ma kakak."

"Ga. Pokoknya gue di sini. Titik. Daripada kita terlambat."

Sakti hanya menyimak kedua gadis itu saling bertahan dengan pendirian masing-masing.

#####

Tepat jam sembilan malam, ia memasuki apartemen. Letih di tubuhnya mulai berasa. Pasalnya sudah tiga minggu,  ia mempersiapkan data untuk audit lusa.

Rutinitas ini dilakukan selama dua tahun belakangan. Betapa keadaan ini menyita seluruh tenaga, pikiran, juga pisik. Ia salut dengan saudara kembarnya yang mampu melewati itu semua.

Ia pun segera menyegarkan tubuh dan pikiran dengan mandi. Setelah hampir tiga puluh menit, ia pun selesai.

Kini di tangannya,  segelas air putih perlahan masuk ke sela-sela kerongkongan. Tak tersisa air di dalamnya.

Gawai di tangannya tiba-tiba berbunyi. Nampak panggilan masuk dari Pak Dirga. Sakti pun menyentuh lambang berwarna hijau itu. Percakapan tentang berkas audit perusahaan. Ia mencermati apa yang didengarnya.  Sesekali Sakti menanyakan hal belum dipahami. 

Tepat jam sebelas malam, percakapan Sakti dan orang kepercayaan perusahaan pun berakhir.

Sakti mengetikkan beberapa kata dan bermaksud mengirim pesan. Akan tetapi usaha terpatahkan saat sebuah panggilan masuk kembali ke gawainya.

"Halo... Sandra."

....

"Ada apa San?"

....

"Oke. Besok aku ada di kantor."

Setelah pembicaraan itu berakhir, sakti segera mengirimkan pesan yang tertunda.

1 menit

2 menit

5 menit

Tidak ada balasan dari gadis itu. Ia pun berpikir mungkin masih mengikuti ujian. Karena tak ingin menganggu, Sakti memutuskan untuk menunggu kabar dari gadisnya. Namun ingatan mundur saat gadis itu menelponnya setelah ujian.  Selain itu, Keluarga Unty Nin juga sudah menjemput dan bersiap melakukan perjalanan menuju hutan. Ia juga mengabari jika sinyal di sekitar tempat perkemahan agak lemah. 

Kali ini ... malam ini. Pertama kalinya Sakti tidak mengucapkan selamat tidur. Jika biasanya banyak cerita yang didengar dari bibir mungil gadisnya. Meskipun waktu tidur berkurang namun bagi Sakti hal itu adalah penggugur lelahnya. Dirinya berharap liburan singkat itu dapat menyenangkan. Pasalnya Sakti tak dapat menemani  karena kesibukkannya.

Jika boleh meninggalkan ini semua, tentua malam ini ia terbang menemui gadis itu. Melepaskan segudang rindu di dadanya. Terlebih hampir satu bulan dirinya tak bertemu. Ia pun sudah berencana akan mengambil cuti selama satu minggu untuk  menghabiskan waktu bersama gadisnya.

###

To be continue


Melodi Cinta (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang