Part 31

36 5 0
                                    

Milli membuka pintu kamar. Terlihat seorang perempuan terdiam dan memperhatikan dirinya dari atas hingga bawah.

"Kenapa sih Bi? Ada yang salah dengan penampilan Ily ya?" tanyanya.

"Ga Non. Bibi terkejut aja. Non sudah bangun padahal Bibi belum ketuk kamar."

Perkataan asisten rumah tangga itu membuat Milli tertawa. Karena memang dirinya biasa di bangunkan setiap pagi harinya. Namun hari ini ia sudah bersiap sejak pukul enam pagi. Padahal sekolah baru dimulai dua jam lagi.

"Mami dan Papi, mana Bi?" ujarnya saat mendapati ruang makan masih sepi. Hanya terlihat para asisten sedang beraktifitas.

"Tuan dan Nyonya masih lari pagi, Non. Biasanya sepuluh menit lagi sudah sampai rumah.... Bibi bantu bantu di dapur dulu ya."

Milli memilih duduk di ruang tengah. saat itulah benda yang ia letakkan di saku kemeja sekolahnya bergetar. Wajahnya tersenyum saat melihat siapa yang menghubunginya. Namun dengan cepat ia mengubah ekspresinya. Ia tidak ingin laki-laki itu kegeeran.

Setelah dianggap sudah berhasil ... ia pun menyentuh lambang vidio pada layar.

"Hai.... belum berangkat?"

Tanpa menjawab Milli menggeleng. Ia melihat laki-laki itu semakin mempesona. Milli tak mampu berkata. Dirinya sedang sibuk mengatur degup jantungnya yang berlarian.

"Sudah sarapan?"

Sekali lagi ia menggeleng. 

"Sarapan dulu ya sebelum berangkat."

Kali ini Milli mengangguk seraya matanya menatap Sakti yang sedang mengenakan jas biru dongker untuk melapisi kemeja putihnya.

Terpesona

Itulah yang ada di pikiran Milli saat ini. Walaupun di dunia modelling banyak pria yang ia temui memiliki tubuh proposional namun laki-laki di dalam layar itu melebihi mereka semua. Milli akui suaminya bukan hanya tampan, baik, meskipun Milli akui ia sering kesal oleh kelakuan suaminya namun ia merasa Sakti sangat peduli dan begitu memperhatikannya.

#####

Milli memasuki kelas. Hari ini adalah hari pertamanya di kelas dua belas. Suka cita bertemu kembali dengan para sahabatnya membuat ia sejak pagi-pagi sekali sudah bangun tidur. Hal ini menjadi kebiasaan pertama kalinya.

Dari tempat duduk di sudut beberapa orang lari menyambut kedatangannya. Agata salah satu yang paling kencang berteriak serta memeluknya.

"Ya ampun Mill.... Gue kangen tau."

Ia bersyukur tidak satupun dari siswa di sini yang mengutik urusan pribadinya. Padahal peristiwa dirinya dengan Sakti menyebar luas. Kalau bukan karena Mama mertuanya yang memiliki sekolah mungkin dirinya akan homeschooling. Entah bagaimana pemberitaan dirinya tiba-tiba menghilang tanpa bekas setelah Seno, kakak iparnya turun tangan.

Bel bunyi dan seluruh siswa duduk di kursinya. Tak lama pintu kelas terbuka dan Miss Rita berjalan ke tengah kelas.

####

Milli sedikit berlari menuju lobi. Di sana sudah menanti kendaraan berwarna hitam. Pintu mobil terbuka dan ia masuk.

"Maaf ya Mah. Tadi ada pertemuan anak kelas dulu." Ujarnya.

"Ga apa-apa. Mama yang minta maaf, jemput Kamu ga ngabarin dulu." Ungkap Nyonya Mutia.

Kendaraan yang mereka tumpangi pun meninggalkan sekolah dan menuju rumah sakit. Ini adalah hampir satu bulan setengah Seno tak sadarkan diri. Milli sendiri sudah beberapa menengok kakak iparnya baik dengan Sakti maupun Mama mertuanya.

Tiga puluh menit kemudian, mobil berhenti di depan lobi rumah sakit. Milli keluar diikuti Nyonya Mutia. Mereka berjalan bergandengan tangan. Meskipun masih mengenakan seragam putih putih namun kemeja sekolah Milli tertutup oleh cardigan hitam.

Saat tiba di ICU, seorang dokter dan perawat keluar dari ruangan.

"Ibu Mutia bisa ikut saya sebentar. Ada yang ingin Kami bicarakan."

Milli melihat Nyonya Mutia menatapnya.

"Ily tunggu Bang Al aja Mah." Ucapnya.

Mereka berlalu dari hadapannya. Sedangkan Milli melihat melalui jendela besar. Ia mengenal Seno yang tak banyak bicara. Hanya satu kali kalimat lumayan lama saat ia dan kendaraannya bermasalah. Seno lah yang menolongnya.

"Milli?"

Suara itu membuatnya menoleh. Nampak Alexandra, istri Seno berdiri di belakangnya.

"Kak Sandra." Ujarnya.

"Kamu sendiri ke sini?" tanya Alexandra.

"Berdua Mama. Tapi Mama sedang konsultasi dengan dokter."

Ohhhh

Milli melihat Alexandra mendekat ke jendela besar. Kedua tangannya menyentuh kaca itu. Ia pun memilih untuk mundur. Melihat perubahan perempuan yang masih menatap kakak iparnya.

Ia ingat kalo perempuan itu memiliki wajah yang cantik. Tinggi. Proposional. Pintar. Sebagai seorang dokter Alexandra memiliki nilai lebih di matanya. Memang layak jika perempuan itu mendampingi kakak iparnya. Namun kini wajah itu nampak lesu. Kepedihan tergambar bukan hanya di wajah putihnya, tubuhnya pun kini sedikit kurus. Milli memaklumi .. siapa yang dapat menyangka kebahagiaan di hari pernikahannya, harus diikuti kedukaan karena kecelakaan yang membuat Seno koma.

"Loh... Sandra?"

Milli melihat Nyonya Mutia memanggil dan Alexandra pun memeluk. Tak lama mereka pun berjalan menuju tempat Milli duduk.

Ia tidak mengganggu komunikasi Mama mertuanya dengan Alexandra. Karena kondisi kakak iparnya sangat penting. Terlebih wajahnya terlihat pucat. Seperti sedang menahan sakit.

"Mah. Sandra ke toilet dulu ya."

Milli yang sedang membuka HP pun menoleh. Terlihat Alexandra sudah berdiri seraya memegang perutnya.

"Mama temenin ya."

"Ga usah Ma. Sandra bisa sen...... "

Brukkkkk

####

Milli dan Mama mertua yang berada di ruang UGD menatap tubuh yang lemas berbaring di ranjang. Mata Alexandra masih menutup. Sesekali Mama mertua melihat ke arahnya lalu menatap Alexandra seraya mengusap lengan terpasang infusan. Milli tak ingin menduga apa yang ada di pikiran Mama mertuanya. Namun yang jelas, informasi dari dokter umum begitu mengejutkan dirinya.

Pasien tidak apa-apa. Ini bisa terjadi di trisemester awal kehamilan.

"Mah.... "

Ia melihat sang Mama mertuanya memeluk Alexandra saat mengetahui perempuan itu membuka matanya.

"Sandra kenapa di sini Mah. Sandra mau lihat Al?" perempuan itu bangun dari tidurnya.

Baik Milli maupun Mama mertuanya menahan Alexandra untuk berdiri. Hal ini membuat perempuan itu terkejut. Bahkan memohon untuk melihat Seno. Di saat itulah Milli melihat Mama mertuanya menangis seraya memeluk Alexandra.

####

To be continue

Melodi Cinta (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang