Part 9

38 5 0
                                    

Milli membereskan tas. Ia keluar paling akhir dari kelasnya. Terlebih sang sopir sudah memberitahukan akan menjemput terlambat. Setibanya di lorong kelas terlihat hanya beberapa tenaga kebersihan dan petugas jaga.

Sebuah getaran terasa dari tasnya. Ia pun segera membuka tas dan mencari benda yang dimaksud. Saat bersamaan Seorang laki-laki keluar dari pintu seraya berbicara dengan seseorang melalui benda di telinganya.

Awww

Brukkkk

Suara teriakan itu membuat petugas kebersihan yang sedang berada di lobi maupun lorong mendekat. Bahkan guru dan sekuriti pun mendekat untuk mengecek keadaan. Namun saat mengetahui apa yang dilihatnya seluruh dari mereka membelalak. Marah. Kesal. Kecewa. Dan cemburu...

Karena tubuh laki-laki itu dan tubuh Milli menyatu tanpa jarak. Bahkan keduanya seakan-akan saling mengunci pandangannya. Tangan laki-laki itu begitu erat memeluk pinggang Milli.

Ehmmmm

Mereka tersadar kembali. Hingga kedua terbelalak kaget melihat keadaan masing-masing.

"Maaf Pak Sakti, Anda tidak apa-apa?" suara sekuriti menginterupsi ke duanya.

"Saya tidak apa-apa. Bisa bantu kami?"

Milli terlihat kesal saat sekuriti menanyakan keadaan laki-laki itu. Karena bukan hanya laki-laki itu yang terjatuh dirinya pun sama. Saat yang bersama Milli menghirup aroma mint dari laki-laki di hadapannya. Hingga ia merasakan seorang sekuriti perempuan memegang bahu dan bermaksud membangunkannya. Namun matanya terkejut saat melihat dua kancing kemejanya yang tergeletak di lantai. Segera ia menolehnya. Namun terlambat, laki-laki di hadapannya sudah melihat kemejanya yang terbuka.

Ahhhh...

Suara Milli membuat yang lain terkejut. Sumpah ia malu dan kesal akibat keadaan ini. Namun sebuah suara menginterupsi.

"Maaf. Sepertinya biarkan Dia ini tetap seperti semula. Saya khawatir ada tulang pinggangnya yang bergeser."

Kalimat itu membuat Milli terkejut. Ia ingin marah namun ia tiada upaya menolak. Menginggat beberapa sekuriti dan guru laki-laki berada di situ.

"Bisa ambilkan selimut dan pereda sakit di klinik? Untuk yang lain bisa melanjutkan pekerjaannya. Silahkan... " Pinta laki-laki itu.

Alhasil tinggallah Milli dan laki-laki itu. Sumpah Milli ingin segera lepas terlebih laki-laki itu malah membiarkan tubuhnya saling berdekatan.

"Ikuti permainan saya. Kalau tidak ingin mereka semua menikmati apa yang kamu punya." Bisik laki-laki itu.

Entah mengapa Milli menyetujuinya.

Seorang sekuriti tak lama menghampirinya. Sebuah selimut putih milik klinik diberikan kepada mereka. Dengan segera laki-laki itu menyelimuti tubuh mereka dan tanpa sengaja tubuh bagian milik menyentuh dada laki-laki itu. Milli benar-benar menahan napas juga irama jantungnya. Terlebih saat laki-laki itu menyentuh pinggangnya seakan akan ingin mengobati sakit.

###

Milli masih shock meninggat peristiwa siang tadi. Ia benar tidak habis pikir nasib apes dirinya yang berujung hilangnya harga diri.

Akhhhhh

Untung saja kamarnya kedap suara. Kalau tidak pasti kedua orang tuanya terbangun. Maklum saja saat ini sudah menunjukkan pukul 12 malam. Milli belum mampu menutup matanya. Pikirannya masih melalang buana. Padahal dirinya termasuk gadis yang mudah untuk terlelap.

Ia bangun dari tidurnya dan berjalan menuju balkon dengan jendela besar. Hanya lampu lampu menerangi kota di malam hari yang terlihat. Ia membuka pintu ke arah balkon. Angin malam menyapanya.

Tak lama suara bel terdengar. Ya Milli lupa jika keberadaannya di balkon pada tengah malam terdeteksi oleh cctv yang ada di kamar orang tuanya. Bergegas ia memasuki kamar dan menutup pintu.

Klik

"Kenapa belum tidur Sayang? Perlu Mami buatkan susu?" Tanya perempuan dengan pakaian tidurnya.

"Ga Papa Mi. Ily ga bisa tidur aja. Besok kan libur."

"Iya. Papi khawatir karena alarm di balkon kamu menyala. Takutnya ada sesuatu."

"Mami ga usah cemas. Abis ini Ily pasti tidur. Mami kembali ke kamar aja ya."

"Baiklah. Kamu langsung tidur ya. Malam sayang."

"Malam Mi."

Milli menutup kembali pintu kamarnya. Berjalan memasuki kamar mandi. Ia segera membersihkan kakinya dan membasuh kembali wajahnya. Setelah itu menaiki kembali ranjang besarnya dengan mata yang dipejamkan paksa.

###

Sementara itu di sebuah rumah

Sakti masih mengolahragakan tubuh dan pikirannya. Ini adalah kali pertamanya berkegiatan hingga larut malam. Biasanya olah raga selesai tepat pukul 10 malam. Namun kali ini seakan isi kepalanya tidak mau beristirahat.

Milli Aprilian Sujatmiko

Peristiwa siang tadi membuat Sakti mencari tau siapa sesungguhnya gadis yang bertabrakan dengan dirinya. Untung saja ia memiliki akses untuk mengecek identitas lengkap seluruh orang yang berkaitan dengan Maheswara Poundation. Bahkan ia dengan mudah mencari seorang siswa.

Sakti masih bingung dengan alasan atas tindakannya. Mengapa ia begitu tertarik dengan mencari tau seseorang. Ini adalah kali pertamanya 'kepo' dengan seorang perempuan. Begitu mengejutkan saat mendapati usia gadis itu adalah 15 tahun.

Usia yang begitu muda. Namun tidak sebanding dengan postur gadis itu yang terbilang proposional. Keterkejutannya berkurang saat membaca identitas lengkap gadis itu yang merupakan perpaduan dua Negara. Terlebih hampir selama tiga tahun gadis itu berada di luar negeri. Tentu akan berimbas pada asupan makanan juga pembawaannya. Gadis itu tidak seperti anak pada usia 15.

Sakti juga mencari tahu bahwa dengan tubuhnya yang proposional gadis itu memjadi bintang pada produk kecantikan juga fashion. Ia baru ingat pernah bertemu dengan gadis itu saat peragaan Mr. Abrams.

"Lo masih olah raga?" kalimat itu mengejutkan Sakti seraya melihat ke arah pintu ruang olah raga yang terbuka.

"Gue baru pulang. Lo sendiri, baru pulang bang?" ujar Sakti.

"Udah malam. Istirahat. Gue ke kamar duluan."

Sakti mengangguk dan segera menyudahi aktivitasnya. Ia melihat Seno berjalan menjauh darinya. Sakti pun segera membawa kaos yang dilepasnya dan berjalan menuju lift.

Ting

Pintu lift terbuka. Ia terkejut saat mendapati Nyonya Mutia yang sedang berdiri mengambil minum. Mereka sama-sama terkejut.

"Mam... "

"Kamu belum tidur?" Tanya Nyonya Mutia  seraya memandang ke arah jam besar pada sudut ruang makan.

"Eh.... Emmm... Ali pulang agak malam dan biasa Mam, buang kalori dulu. Hehe.... Ali duluan ya Mah, mau mandi.... Dah Mam."

Sakti bergegas menuju kamar tidurnya.

###

To be Continue

Melodi Cinta (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang