Part 42

17 5 0
                                    

Alexandra memandang Seno dengan penuh harap. Mimpinya akhir-akhir ini begitu membahagiakan. Pria yang sedang berbaring kembali lagi sehat. Tanpa sengaja tangannya menyentuh perut. Pikiran melayang ke peristiwa lampau.

Malam itu, ia baru saja tiba di kediaman Nyonya Mutia. Setelah seharian bekerja dan menjenguk sang suami. Rutinitas ini ia lakukan hampir setiap hari. Meskipun dirinya berbadan dua.

Saat berada di kamar mandi , dirinya dikejutkan oleh warna merah seperti darah di lantai. Hingga ia merasakan perutnya mengalami kontraksi hebat.

Air mata Alexandra mengalir mengenang kejadian setahun yang lalu. Saat dokter mengatakan putri di dalam rahimnya tak mampu diselamatkan. Bukti cinta Alexandra kepada pria yang masih rajin menutup mata.

Alexandra mengusap buliran di pipinya tak kala gawai di tas berbunyi. Terlihat Papi menghubunginya.

"Ya, Pih. Sandra segera ke sana."

Percakapan berakhir. Lalu dirinya mendekat kepada pria itu.

"Sayang. Aku pulang dulu ya. Kamu cepat bangun. Jangan biarkan Aku sendiri.... Cukup hanya putri KITA saja yang meninggalkanku."

Setelah mencium kening pria itu, Alexandra pun meninggalkan ruangan. Langkahnya segera menuju lobi rumah sakit.

####

"Siang Mih."

Alexandra mencium pipi perempuan yang sedang duduk seorang diri.

"Papi mana?" Tanyanya.

"Tuh. Di sana ada teman Papi. Om Diras .. Kamu masih ingat?"

Mendengar ucapan itu, sontak dirinya mengangguk. Bagaimana ia lupa Om Diras  dan anaknya, Zacki.

"Hai, Sandra?"

Alexandra menoleh ke sumber suara. Nampak Papi dan seorang pria berada di hadapannya.

"Halo. Zacki????"

"Iya. Saya senang Kamu masih ingat. Bagaimana kabarnya?"

"Aku baik-baik saja.." ucap Alexandra.

"Duduklah. Tak baik bicara sambil berdiri."

Perkataan Papi membuat Alexandra membelalakkan kata. Seolah-olah memprotes ucapan itu.  Bukan ia tidak ingin menghormati tamu Papi. Tetapi, Alexandra tau seperti apa Zacki kepadanya.

"Maaf Om... Saya tidak bisa menemani karena ada hal yang tidak dapat ditunda. Semoga  lain kali saya bisa."

"Saya permisi. Om.... Tante.... Sandra."

Mendengar perkataan Zacki, Alexandra bersorak gembira. Bagaimana pun ia sudah menjadi istri  orang. Meskipun hampir dua tahun ini tidak ada kabar menggembirakan atas suaminya.

#####

Alexandra memasuki kamar tidurnya.  Membersihkan diri lalu bersiap tidur. Saat itu, terdengar pintu kamar di ketuk.

"Loh, Mamih. Kok belum tidur?" Ucapnya seraya mengusap pigura yang terdapat gambar Seno dengan Jas hitamnya.

"Sebentar lagi. Mami cuma mau cek Kamu aja. Ya sudah Mami kembali ke kamar lagi ya. Kamu langsung tidur."

"Mih. Ada apa?"

Dirinya menahan tangan perempuan yang hendak keluar kamar.

"Cerita sama Sandra, Mih. Karena sejak dari resto, Papi terlihat banyak merenung. Apa yang disembunyikan dari Sandra."

Alexandra membimbing Mami untuk duduk di tepi ranjang. Lalu memeluknya dengan penuh kasih sayang.

"Mih. Maaf jika selama ini Sandra terlalu sibuk dengan diri sendiri juga mengurus Al. Bahkan Sandra sering  memilih tinggal di rumah Mama. Karena di sanalah, Sandra bisa melepas kerinduan pada Al. Setelah, Tuhan mengambil.... "

"Tidak, Sayang. Kamu tidak pernah melupakan Kami. Mami dan Papi percaya segala keputusan yang diambil adalah sudah Kamu pertimbangan matang-matang." Ujar Mami seraya memeluknya.

Alexandra meneteskan airmata bahagianya. Betapa ia beruntung di kelilingi orang-orang yang mencintainya. Bahkan selalu ada di saat-saat sulitnya.

"Tapi mulai saat ini, Sandra akan kembali seperti dulu. Menjadi Sandra yang selalu berada di tengah-tengah kalian."

Diciumnya kening perempuan itu. Secara bersamaan, Alexandra melihat airmata mengalir di pipi Maminya.

"Kenapa Mih. Ada yang disembunyikan dari Sandra?"

"Tidak Sayang. Mami hanya bahagia melihat Kamu. Sekarang tidurlah. Mami akan kembali ke kamar. Selamat Malam, Sayang. Cup."

"Selamat malam. Sandra sayang Mamih." Balasnya.

Tak lama kamar kembali lagi sepi dan hanya dirinya seorang. Di saat itu bayangan kebersamaan dirinya dan Seno kembali bermunculan.

Karakter Seno yang dingin dan cuek membuat dirinya harus benar-benar mengerti. Ia tidak ingin ada rasa tak nyaman diantara mereka. Alexandra berusaha menerima pria itu tanpa banyak bertanya dan menuntut.

Satu hal yang membuat dirinya bahagia dan beruntung adalah sifat pria itu yang setia. Bahkan Alexandra tak pernah mendengar atau melihat perempuan lain di kehidupan Seno. Selain dirinya dan Mama. Sebenarnya mudah bagi pria itu di kelilingi banyak perempuan. Parasnya yang rupawan. Sukses di usia muda. Berotak brilian. Dimiliki pria itu.

#####

To be continue

Melodi Cinta (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang